TUJUAN YESUS
Erat berkaitan dengan pertanyaan tentang klaim Yesus adalah pertanyaan tentang tujuan Yesus. "Penyelidikan Kuno tentang Yesus sejarah" (yang kadang-kadang disebut "Penyelidikan Abad XIX") diluncurkan ketika para ahli mulai mempertanyakan maksud Yesus. Tulisan anumerta Hermann Samuel Reimaru (1774-1778) berpendapat bahwa Yesus berusaha menjadikan diri-Nya sendiri sebagai raja politis Israel di bumi. Tesis provokatif ini menuntun pada pembacaan Injil secara baru dan kritis. Seluk beluk Penyelidikan Kuno ini dibahas dengan fasih dan dinilai oleh Albert Schweitzer dalam karya klasiknya, Penyelidikan tentang Yesus Sejarah. Dengan munculnya kritisisme bentuk pada tahun 1920-an, di mana para pelaksana awal berpikir bahwa sebagian besar bahan Injil berasal dari gereja dan bukan dari Yesus, banyak orang meninggalkan Penyelidikan itu. Menurut beberapa teolog, hal itu dipandang mustahil secara historis dan tidak sah secara teologis. Namun penyelidikan baru yang berusaha untuk menemukan kaitan antara Yesus sejarah dan "Kristus iman," dimulai pada tahun 1950-an dan kemudian muncul fase lainnya, yang sekarang disebut "Penyelidikan Ketiga," yang muncul pada tahun 1980-an.
Apakah tujuan aktual Yesus ? Hal itu berkaitan erat dengan pertanyaan tentang makna pemberitaan-Nya tentang kerajaan (atau pemerintahan) Allah. Secara universal, hampir disetujui bahwa Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan bahwa Ia merekomendasikan perubahan pemikiran dan tingkah laku berkaitan dengan kemunculan kerajaan itu.
Meskipun ditentang beberapa orang, ada kemungkinan Yesus melanjutkan himbauan Yohanes Pembaptis agar orang-orang bertobat dan bahwa panggilan pertobatan ini merupakan persiapan untuk munculnya kerajaan itu (lihat Mrk. 1: 15; 6: 12). Yesus percaya bahwa mukjizat-Nya merupakan bukti kemunculan kerajaan itu: "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu." (Luk. 11:20). Yesus mendesak para pengikut-Nya untuk memiliki iman kepada Allah dan saling mengampuni (Mrk. 11:22-25; Mat. 6: 14-15). Desakan ini pada dirinya sendiri, tentu saja, tidak menandai bahwa Yesus melepaskan diri dari Yudaisme. Namun hal itu mengambil nuansa yang sedikit berbeda dari sudut pemberitaan Yesus tentang kerajaan itu. Yesus mendorong para pengikut-Nya untuk saling melayani dan tidak bertindak seperti para penguasa dan pemerintah pada zaman mereka, yang memerintah atas orang lain dan senang dilayani (Mrk. 10:35-45).
Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan duduk di atas takhta dan menghakimi kedua belas suku Israel (Mat. 19:28; Luk. 22:28-30). Perkataan ini memberikan pandangan yang jelas kepada kita tentang tujuan Yesus. Ia dan murid-murid-Nya ingin mendirikan administrasi baru, tentu saja sesuai waktu Allah. Harapan ini berkaitan dengan perumpamaan tentang penyewa kebun anggur yang jahat (Mrk. 12:1-11), yang mengancam para penguasa Yahudi di Yerusalem untuk kehilangan posisi mereka. "Kebun anggur", yaitu , Israel, akan "diberikan kepada orang lain," yaitu, murid-murid Yesus. Berbeda dengan penafsiran beberapa orang Kristen dan Yahudi, penafsiran tersebut tidak berarti bahwa orang-orang dari bangsa lain atau orang Kristen dimaksudkan untuk menggantikan orang Yahudi. Penafsiran semacam itu bertentangan dengan zamannya dan tidak akurat. Yesus tampak jelas mengharapkan murid-murid-Nya sendiri, pada waktu yang hanya diketahui Allah, untuk mendirikan pemerintahan baru, untuk duduk di takhta dan menghakimi (dalam pengertian memerintah, bukan dalam pengertian menghukum). Referensi untuk "kedua belas suku" juga menyiratkan bahwa Yesus sepenuhnya mengharapkan pemulihan Israel, semua suku Israel. Hal ini berkaitan dengan panggilan untuk bertobat. Jika semua suku Israel mati bertobat, mereka semua akan dipulihkan.
Salah satu dari pelayanan Yesus yang mengejutkan dan ofensif adalah hubungan-Nya dengan "orang-orang berdosa," yaitu, dengan orang-orang yang bukan atau paling tidak, tidak tampak sebagai orang yang taat melakukan Torah (Mat. 9:10-13; Mrk. 2:15-17; Luk. 15:12). Tampaknya Yesus percaya bahwa pengampunan bisa dengan cepat dan siap sedia diberikan kepada orang yang melanggar atau mengabaikan hukum Musa. Namun pengampunan yang diberikan ini membutuhkan pertobatan dan iman (Mat. 11:20-24; 12:39-42; Luk.7:47-50; 11:29-32; 13:1-5; 15:7).
Penolakan terhadap Yesus menuntun pada unsur baru dalam khotbah dan pengajaran-Nya. Ia tidak disapa oleh imam besar ketika masuk Yerusalem (Mrk. 11:1-11). Ia mengkritik beberapa aspek kebijakan dan praktik di bait Allah (Mrk. 11:15-19). Imam-imam kepala menantang Dia dan ingin tahu dengan otoritas siapa Ia melakukan semua ini (Mrk. 12: 13-34). Yesus sekali lagi bersikap ofensif. Ia memberi peringatan kepada murid-murid-Nya untuk berhati-hati terhadap ahli Taurat yang menelan rumah janda-janda (Mrk. 12:38-40). Kemudian, sebagai ilustrasi yang hidup tentang peringatan ini, Ia meratap atas janda yang memberikan uang terakhirnya untuk pendirian bait Allah yang kaya dan, menurut pendapat beberapa orang sezaman-Nya, tamak (Mrk. 12:41-44).
Ketika mereka meninggalkan halaman bait Allah, Yesus memberi tahu murid-murid-Nya bahwa bangunan bait Allah di atas gunung itu akan diratakan dengan tanah, dan tidak ada satu batu pun yang akan dibiarkan ada di atas batu lainnya (Mrk. 13: 1-2). Tujuan-Nya atas pertobatan (dan pemulihan) nasional tertahan. Yesus mulai berbicara tentang penghukuman yang akan datang ke atas kota Yerusalem dan bait Allah di dalamnya yang terkenal di dunia (Luk. 19:41-44; 21:20-24). Dalam konteks inilah, Yesus mungkin mengucapkan kata-kata yang belakangan digunakan untuk menentang Dia selama pemeriksaan di depan Kayafas dan sidang yang berkuasa: "Kami sudah mendengar orang ini berkata: ‘Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia'.”(Mrk. 14:58).
KEMATIAN YESUS
Yesus kemungkinan besar dihukum mati karena membuat pernyataan yang dipahami musuh-musuh-Nya, pada satu segi, bersifat mesianik. Plakat yang ditaruh prajurit Romawi di atas salibnya, yang berbunyi "Raja orang Yahudi" (Mrk. 15:26) merupakan bukti utama atas pandangan ini. Ada bukti lain bahwa Yesus berpaut pada ide mesianik bahkan sekalipun Ia tidak menyatakan kemesiasan-Nya secara eksplisit (yang akan tidak sesuai, menurut harapan orang Yahudi). Bukti ini, seperti memasuki Yerusalem dengan naik seekor keledai dan diurapi, telah kita bahas.
Penyaliban Yesus oleh prajurit Romawi memberikan dukungan penting bahwa Yesus meneguhkan kemesiasan-Nya sebagai jawaban terhadap pertanyaan imam besar (Mrk. 14:61-64). Peneguhan kemesiasan-Nya itu sendiri mungkin bukan merupakan penghujatan, melainkan pernyataan duduk di atas takhta Allah, di sebelah Allah sendiri, sudah tentu dipandang sebagai penghujatan. Hal ini memperbesar keinginan untuk menyerahkan Yesus kepada prajurit Romawi.
Alasan lain mereka menghendaki kematian Yesus adalah karena ancaman-Nya terhadap kemapanan bait Allah. Ia bukan hanya menyiratkan dalam perumpamaan tentang penyewa kebun anggur yang jahat bahwa imam-imam kepala akan kehilangan posisinya, melainkan juga meramalkan bahwa karena mereka, bait Allah itu akan dihancurkan. Bahwa imam-imam kepala bisa tersinggung berat oleh retorik semacam itu digambarkan dengan jelas melalui pengalaman Yesus yang lain, anak Ananias, yang sekitar 30 tahun setelah kematian Yesus dari Nazaret berkeliling kota Yerusalem, kadang-kadang dekat dengan bait Allah, dan mengucapkan kutuk berdasarkan Yeremia 7. (Ingat bahwa kritikan Yesus terhadap kebijakan bait Allah juga didasarkan pada Yeremia 7.) Menurut Yosephus (Jewish Wars 6.300-309), orang ini ditangkap oleh imam-imam kepala. Ia kemudian diinterogasi, dipukuli dan kemudian diserahkan kepada gubernur Romawi dengan tuntutan agar ia dihukum mati. Gubernur menginterogasi dia lebih lanjut dan memutuskan untuk melepaskan dia karena dianggap sebagai orang gila yang tidak berbahaya.
Yesus dari Nazaret tidak mati karena Ia bertengkar dengan orang Farisi atas masalah penafsiran yang sah. Ia tidak mati karena mengajarkan tentang kasih, kemurahan, dan pengampunan. Yesus tidak mati karena berhubungan dengan "orang-orang berdosa". Ia tidak mati karena Ia seorang yang baik. Namun, Yesus mati karena mengancam kemapanan politis dengan prospek perubahan yang tidak diingini. Orang-orang sezaman-Nya melihat kemungkinan terjadinya kerusuhan besar atau bahkan mungkin pemberontakan besar. Para pemimpin Yahudi (yang terutama adalah imam besar dan imam-imam kepala) bertanggung jawab kepada gubernur Romawi untuk menjaga hukum dan ketertiban, dan gubernur pada gilirannya bertanggung jawab kepada Romawi. Yesus dipandang sebagai pembuat kekacauan oleh kedua kelompok penguasa ini, sebab itu Ia harus disingkirkan. Karena Yesus tidak disertai pasukan bersenjata, mereka tidak perlu menangkap salah satu pengikut-Nya. Sebab itu tidak ada pertempuran dan tidak ada darah tercurah selain penyaliban Yesus sendiri.
GEREJA MULA-MULA
Mengapa gereja mula-mula muncul ? Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban rumit atau panjang lebar. Gereja mula-mula muncul karena keyakinannya yang teguh bahwa Yesus telah dibangkitkan dan telah menampakkan diri kepada lusinan, bahkan ratusan, pengikut-Nya, Sejak kelahirannya, gereja mula-mula memberitakan kebangkitan Yesus. Terlepas dari kebangkitan, tidak ada alasan untuk mengembangkan dan memelihara identitas diri yang berbeda. Ajaran Yesus tidak mencela Yudaisme. Jadi, kecil kemungkinan bagi para pengikutNya yang semuanya Yahudi untuk meninggalkan atau memperbarui aspek-aspek Yudaisme, terutama sesuatu yang kontroversial seperti penginjilan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, tanpa mengikuti norma yang melibatkan masuknya proselit.
Keyakinan yang tidak tergoncangkan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus, yang pada gilirannya memberi perintah kepada para pengikut-Nya untuk meneruskan khotbah tentang visi kerajaanNya, inilah yang akhirnya menuntun munculnya gereja. Gereja memiliki "karakteristik yang diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan baru yang ia hadapi bertahun-tahun atau berpuluh-puluh rahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus. Gereja percaya bahwa Tuhan dan Juruselamatnya akan kembali. Namun apa yang harus ia lakukan sebelum Ia kembali ? Bagaimana ia bisa bertahan hidup, terutama dalam kaitannya dengan pertumbuhannya, terlepas dari Yudaisme, induk imannya, dan berkaitan dengan meningkatnya penganiayaan di tangan negara kafir? Tulisan Perjanjian Baru dihasilkan, sebagian, untuk menjawab pertanyaan ini.
INJIL
Menurut saya, meskipun Injil ditulis dari sudut pandang iman kepada Yesus, hal itu dapat dipercaya. Iman dan sejarah yang bisa dipercaya tidak harus bertentangan. Kriteria autentisitas, yang tampak jelas ditekankan dalam penerapannya pada Injil, meneguhkan inti penting ajaran Yesus. Kita tidak perlu menyatakan bahwa Injil bebas dari kesalahan, meskipun demi alasan teologis, banyak orang Kristen menerima Injil sedemikian, dan bahwa setiap perkataan dan perbuatan yang dianggap dilakukan Yesus sesuai dengan sejarah. Namun pernyataan bahwa Injil tidak dapat dipercaya, penuh mitos dan legenda dan dengan demikian penuh bias, sehingga pengetahuan tentang apa yang sesungguhnya dikatakan dan diperbuat Yesus tidak bisa dipulihkan, terlalu berlebihan dan tidak beralasan. Bahkan Jesus Seminar, yang kesimpulannya ekstrem dan yang asumsi dan metodenya salah dan menyimpang, mengesahkan beberapa bagian esensial dari intinya. Jesus Seminar telah menyajikan pandangan tentang Yesus yang miring kepada masyarakat, secara pasti, tetapi anggota-anggotanya bagaimanapun juga menyimpulkan bahwa Yesus memberitakan tentang kerajaan Allah dan berhubungan dengan orang berdosa.
Memang benar bahwa Injil mungkin memberi tahu kita banyak hal tentang pergumulan masing-masing penulisnya (yang merupakan tugas kritisisme redaksi) dan bahkan mungkin memberi tahu kita sesuatu tentang orang-orang Kristen mula-mula mewariskan tradisi (yang merupakan tugas kritisisme bentuk), tetapi pergumulan utama para penulis adalah mengisahkan ajaran dan perbuatan Yesus. Kata-kata dan teladan-Nya dipandang normatif. Sejak awal, ada bukti bahwa perkataan Yesus dipandang setara dengan Alkitab, yang dalam konteks Yahudi merupakan hal yang luar biasa.
Melihat penghargaan yang begitu tinggi terhadap perkataan Yesus, kecil kemungkinannya orang-orang Kristen mula-mula dengan semau-maunya mengarang perkataan dan kemudian menganggapnya diucapkan Yesus. Sesungguhnya, pernyataan yang sering didengar bahwa banyak perkataan yang lahir sebagai jawaban atas pertanyaan atau isu yang dihadapi gereja mula-mula diragukan melalui pengamatan isu ini (seperti terlihat dalam surat-surat Perjanjian Baru) tidak dibahas di mana pun juga dalam perkataan Yesus. Ada ketidaksepakatan atas pertanyaan tentang sunat, makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, karunia rohani, hubungan antara orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain, dan kualifikasi untuk pejabat gereja, tetapi tidak ada perkataan Yesus yang membahas pertanyaan-pertanyaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa para penulis Injil tidak punya kebiasaan untuk membuat-buat berita. Jadi kita punya alasan untuk menyimpulkan (sekali lagi, tanpa melibatkan dogma teologis) bahwa Injil melaporkan unsur-unsur utama ajaran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dengan akurat dan jujur.
IMAN KRISTEN DAN KISAH YAHUDI
Pengikut Yesus paling awal adalah orang-orang Yahudi. Awalnya, gereja terdiri dari orang Yahudi sampai setelah perang utama melawan Romawi (66-70 M), dan sebelum perang Bar Kokhba yang menimbulkan bencana besar (132-135 M) gereja Yahudi di Yerusalem sampai pada kesudahannya dan uskup dari bangsa lain menggantikan uskup Yahudi di sana. Diperlukan berabad-abad sebelum pengikut Ebionit (orang Kristen Yahudi) akhirnya berhenti menjadi denominasi yang berbeda dalam kekristenan dan tetap hidup. Dengan demikian, bagi ahli Yahudi dan Kristen saat ini, asal mula Yudaisme dan kekristenan membentuk kisah rumit yang menarik, di mana benang-benang kusutnya tidak perlu diurai.
Kisah Kristen berasal dari kisah Yahudi. Sesungguhnya, banyak orang Yahudi Mesianik saat ini percaya bahwa kekristenan masih tetap kisah Yahudi. Pemberitaan Injil mula-mula -"Yesus sudah bangkit" - merupakan bagian dari kisah Yahudi. Kekristenan adalah gerakan Yahudi yang berakar pada keyakinan bahwa Allah pada akhirnya menggenapi janji-Nya kepada Abraham dan Daud, bahwa Ia pada akhirnya telah menggenapi nubuat yang tidak terhitung jumlahnya, dan bahwa Ia akhirnya telah mendirikan Kerajaan Allah. Gerakan Yahudi yang baru dan enerjik ini menjangkau bangsa-bangsa lain dan membawa mereka untuk menundukkan diri pada ajaran Yesus, orang Yahudi, Mesias Israel. Israel sekarang sungguh-sungguh menjadi "terang bagi bangsa-bangsa" (Yes. 49:6) dan terlibat dalam tugas yang akan memunculkan kemuliaannya (Luk. 2:32).
Ironisnya, Kekaisaran Romawi yang menghancurkan negara Israel dalam serangkaian perang untuk menghukum Israel (dari 66-135 M) pada dirinya sendiri diserbu oleh iman mesianik yang berakar pada Alkitab suci Israel dan keyakinan kunonya pada Allah Abraham. Orang-orang dari bangsa-bangsa lain yang diundang untuk memainkan peranan dalam kisah yang menarik ini tidak boleh melupakan penulis kisah dan pemain Yahudinya.
Kisah sejati tentang Yesus sejarah sangat menarik dan memberi ilham. Kisah ini mungkin merupakan cerita lama, tetapi jauh lebih memukau daripada versi cerita Yesus yang lebih baru, radikal, minimalis, revisionis, sekaligus kabur dan pudar yang telah dikemukakan akhir-akhir ini. Arkeologi yang terus-menerus dilakukan, penemuan yang terus-menerus berlangsung dan riset tentang dokumen kuno akan terus memancarkan terangnya pada kisah tua ini. Penemuan tersebut mungkin memerlukan penyesuaian di sana sini. Namun sejauh ini, penemuan tersebut cenderung meneguhkan bahwa Injil dapat dipercaya dan menyangkal teori-teori baru. Saya curiga bahwa riset terus menerus yang jujur dan kompeten akan menghasilkan hal yang sama.
* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus, 2005 By Craig Evans
Semoga Mereka Menjadi Satu. Blog ini didedikasikan buat upaya-upaya terjadinya Persatuan Gereja antara Roma Katolik, Orthodox dan Protestan. Marilah kita berdoa kepada Allah Tritunggal dan Bunda Theotokos agar Tanggal Paskah antara Katolik dan Orthodox menjadi sama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU
♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...
-
Bidat Nestorian dan Konsili Ekumenis Ketiga Oleh St. Yohanes Maximovitch Ketika semua orang yang berani berbicara melawan kekudusan d...
-
Menuju Persatuan Gereja yang Visible dan Penuh Oleh Leonard T. Panjaitan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar