BAB DUA
Siapa Saja Yang Ada Di Surga
RIBUAN PEMERAN DALAM KITAB WAHYU
Kecuali untuk wabah anti-Kristus yang muncul pada tahun 1970-an,
Atau mungkin sutradara menyerah oleh pemeran-pemeran yang dituntut oleh Kitab Wahyu (belum lagi biaya spesial efek!). Cecil B. DeMille harus puas dengan ribuan pemeran dalam film The Ten Commandments (Sepuluh Perintah Allah). Kitab Wahyu membutuhkan ratusan ribu. Mungkin ini adalah Kitab dalam Kitab Suci yang paling padat dengan makhluk hidup.
Siapakah mereka-mereka ini yang mengisi panorama dunia dan panorama surganya Yohanes ? Dalam bab ini, kita akan mencoba mengenal mereka lebih dalam lagi.
Tapi pertama-tama, sebuah pengakuan: saya takut untuk melangkah ke sini. Mungkin tidak ada subyek lain yang menarik atau yang menjadi obsesi para sarjana Kitab Wahyu, para pengkhotbah, dan orang-orang yang senang menyelidiki, selain mencari identifikasi dari binatang-binatang dalam Kitab Wahyu, makhluk-makhluk merayap, para malaikat dan orang-orang.
Identifikasi seorang pembaca tentang mereka, sebagian besar tergantung pada skema tafsirnya. Skema kaum futuris misalnya, memberikan inspirasi kepada penafsir-penafsir untuk mengidentifikasi binatang-binatang, dengan Napoleon, Bismarck, Hitler, dan Stalin di antaranya. Pandangan kaum “preteris” - yang menekankan pemenuhan ramalan Wahyu pada abad pertama condong mengidentifikasi binatang-binatang misalnya, dengan salah seorang Kaisar Romawi, atau dengan Roma sendiri, atau dengan Yerusalem. Pandangan ketiga, kadang-kadang disebut kaum “idealis” melihat Wahyu sebagai sebuah alegori peperangan rohani yang harus dijalani oleh setiap orang beriman. Sedangkan pandangan lain dari kaum “historis” (“sejarawan”), menganggap Kitab Wahyu sebagai rancangan dari rencana utama Allah untuk sejarah, dari permulaan hingga akhir.
Pandangan mana yang saya ikuti ? Ya, semuanya. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa mereka secara keseluruhan tidak benar semuanya. Kekayaan Kitab Suci tidak ada batasnya. Orang-orang Kristen perdana diajarkan bahwa naskah suci bekerja berdasarkan empat tingkat, dan seluruh tingkatan itu, semuanya bersama-sama, mengajarkan satu kebenaran Allah - seperti sebuah simfoni. Bila saya memihak pandangan yang satu di atas pandangan yang lain, berarti adalah “preteris”. Walaupun, sekali lagi saya katakan, saya tidak meremehkan yang lain. Apa yang mengikat mereka adalah yang mengikat kita semua pada Kristus: Perjanjian Baru, dimeteraikan dan diperbarui dengan liturgi Ekaristi.
Sebab di dalam Kitab Wahyu muncul sebuah pola - dari perjanjian, kejatuhan, penghakiman, dan penebusan - dan pola ini menggambarkan periode sejarah tertentu, tetapi juga menggambarkan setiap periode sejarah, dan seluruh sejarah, juga arah kehidupan untuk kita semua.
“AKU, YOHANES”
Saya mengatakan di awal buku ini, bahwa ada banyak pertentangan mengenai siapakah yang dimaksud dengan penulis Yohanes dari Kitab Wahyu ini. Perdebatan itu, meskipun menarik, tidaklah penting bagi penyelidikan kita tentang Misa Kudus dan Kitab Wahyu. Walaupun demikian, satu hal jelas bahwa naskah itu sendiri mencirikan Yohanes (Why 1 :4, 9; 22:8). Dan ”Yohanes” dalam Perjanjian Baru (dan di dalam pikiran Bapa-bapa Gereja zaman dahulu) berarti Yohanes Rasul.
Dan buku-buku pun mengindikasikan demikian, bila bukan berasal dari penulis yang sama, maka berarti berasal dari penulis-penulis dengan aliran pendidikan yang sama. Sebab Wahyu dan Injil keempat mempunyai kesamaan-kesamaan dalam hal-hal teologi. Kedua buku mengungkapkan pengetahuan yang tepat mengenai Bait Allah Yerusalem dan ritual-ritualnya; keduanya terlihat memusatkan perhatiannya pada peranan Yesus sebagai ”Domba Allah”, kurban Paskah baru (lihat Yoh 1:29, 36; Why 5:6). Selain itu, Injil Yohanes dan Kitab Wahyu menggunakan terminologi yang sama di mana di dalam Perjanjian Baru hanya mereka yang menggunakannya. Misalnya, hanya Injil keempat dan Kitab Wahyu menyebut Yesus sebagai ”Firman Allah” (Yoh 1: 1; Why 19: 13); dan hanya kedua buku ini yang menyebutkan ibadat Perjanjian Baru sebagai ”di dalam Roh” (Yoh 4:23; Why 1:10). Juga, hanya di dalam kedua Kitab ini berbicara tentang keselamatan dengan istilah ”air kehidupan” (Yoh 4: 13; Why 21:6). Masih banyak lagi kesamaan-kesamaan lainnya.
Peng-identifikasi-an penulis Yohanes dengan Rasul Yohanes adalah penting hanya karena pengenalan akan hal itu membawa kita pada kuasa penglihatan Kitab Wahyu. Di dalam Injil, misalnya, Yohanes diidentifikasikan sebagai "Murid yang dikasihi Tuhan" (lihatYoh 13:23; 21:20, 24). Yohanes adalah Rasul yang paling dekat dengan Tuhan Yesus, murid yang sangat disayangi Tuhan. Yohaneslah yang bersandar pada dada Tuhan Yesus waktu Perjamuan Terakhir. Meskipun demikian, di dalam Kitab Wahyu, ketika ia melihat Yesus di dalam kuasa dan kemuliaan-Nya, berkuasa atas alam semesta dan berkuasa di surga, Yohanes tersungkur di hadapan-Nya (lihat Why 1: 17). Ini adalah detail-detail penting untuk kita, yang ingin menjadi "murid-murid yang dikasihi" pada masa ini. Sambil berjuang untuk membangun relasi yang intim dengan Yesus, sulit bagi kita untuk memulai percakapan, sampai kita dapat melihat Yesus sebagaimana Dia adanya, di dalam kesucian-Nya yang melampaui segalanya.
Identitas Yohanes juga penting dalam hubungannya dengan perihal Wahyu duniawi. Tradisi mengidentifikasi Rasul Yohanes sebagai uskup dari Efesus, salah satu dari ketujuh jemaat/gereja yang ditulis dalam Kitab Wahyu. Jemaat-jemaat diidentifikasikan dengan kota-kota, ketujuhnya terletak dalam radius lima puluh mil di Asia Kecil, mungkin menandakan area otoritas Yohanes. Kita dapat melihat mengapa Yohanes, sebagai uskup, dipilih untuk mengirimkan pesan pastoral yang demikian, seperti yang terdapat dalam Kitab Wahyu, terutama di dalam surat-surat yang ditujukan bagi ketujuh jemaat (Why 2, 3).
Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar