BINATANG YANG PERTAMA
Tak berhasil menyerang perempuan dan anaknya itu, naga itu kemudian menyerang keturunan lainnya, yaitu yang memegang perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Naga itu mengumpulkan keturunannya sendiri, dua binatang yang menakutkan. Sangat aneh, di antara segala harapan dan gambaran-gambaran menakjubkan yang memberi inspirasi dalam Kitab Wahyu, monster-monster jahat ini justru menarik segala perhatian. Produser-produser film dan televangelis (penginjil-penginjil televisi) mengupas jauh lebih lama dan lebih panjang tentang angka 666 dibandingkan tentang lautan kaca atau Singa Yehuda.
Saya merasakan perlunya memberikan gambaran kepada Anda tentang realitas binatang-binatang tersebut. Binatang-binatang itu adalah lambang, tetapi bukan sekadar lambang. Mereka adalah benar-benar makhluk roh, anggota dari ”pemerintahan rendah” iblis, pribadi-pribadi yang mengontrol dan mengkorupsi tujuan politik suatu bangsa. Yohanes menggambarkan dua binatang buruk. Tapi saya percaya bahwa binatang yang ia lihat jauh lebih mengerikan dari yang ia tulis.
Dalam banyak bagian dalam Kitab Wahyu - tetapi terutama pada bab 4 dan 5 - Yohanes menggambarkan realita-realita di balik Misa Kudus. Sekarang ia melakukan yang sama, dengan dosa dan kejahatan. Seperti yang kita lakukan dalam liturgi dipersatukan dengan makhluk-makhluk surgawi yang tak terlihat, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan kita yang penuh dengan dosa melekat pada kekejaman yang mengerikan. Di dalam Misa Kudus, apa yang ingin Allah perbuat bagi kita? Kerajaan imam-imam yang memerintah melalui persembahan-persembahan kurban mereka. Di lain pihak, apa yang ingin dicapai iblis melalui binatang-binatangnya? Ia ingin menggulingkan rencana Allah dengan mengkorup kedua pemerintahan dan imamat. Dengan demikian, Yohanes memperlihatkan kepada kita, pertama-tama, iblis yang mengkorup otoritas pemerintahan, negara. Kemudian, ia menyingkapkan iblis yang mengkorup otoritas agama.
Pertama-tama binatang yang pertama: Dari dasar laut muncul makhluk seram monster berkepala tujuh, bertanduk sepuluh, kombinasi menakutkan antara macan tutul, singa, dan beruang. Tanduk melambangkan kekuasaan; perhiasan-perhiasan kebesaran (atau mahkota-mahkota), jabatan raja. Kedua kekuasaan dan jabatan rajanya diterimanya dari naga itu. Kita bisa saja salah, bila kita identifikasikan binatang ini dengan kerajaan pada umumnya. Tidak, binatang itu mewakili berbagai macam otoritas politik yang korup.
Sangat menggoda, juga, untuk mengidentifikasi binatang itu khususnya dengan Roma, atau dengan dinasti Herodian yang dipertahankan Roma di tanah suci. Yang pasti, Roma pada masa Yohanes melambangkan semacam yang mewakili binatang-binatang itu. Tetapi binatang itu sendiri tidak boleh identifikasikan secara gamblang. Ia sebetulnya kombinasi dari keempat binatang dari penglihatan nabi Daniel dalam Perjanjian Lama (lihat Dan 7). Saya mengikuti Bapa-bapa Gereja, yang melihat binatang-binatang Daniel menunjuk kepada empat kerajaan kafir: Babilonia, Medo-Persia, Yunani, dan Roma - dimana semua menganiaya umat Allah sebelum kedatangan Mesias.
Binatang berkepala tujuh dalam Kitab Wahyu, kemudian, berarti semua kekuasaan politik yang korup. Karena adalah dorongan hati manusia untuk melihat pada kekuasaan negara sebagai kekuasaan di atas bumi dan berkata: seperti orang-orang dalam Kitab Wahyu, "Siapa yang dapat melawannya?" Karena ketakutan akan kekuatan ini - atau keinginan untuk ikut berbuat - orang-orang terus-menerus berkompromi dan menyembah naga dan binatang itu. Contoh sejarah yang jelas dari institusi manusia yang mati menandingi hak prerogatif Allah adalah Roma dan Kaisar-kaisarnya. Mereka secara harfiah menuntut Iibadat yang menjadi hak milik Allah saja. Dan mereka berperang dengan orang-orang kudus, menghasut mereka yang tidak mati menyembah kaisar dengan hukuman berdarah.
Akan tetapi, sekali lagi, binatang itu bukan saja hanya Roma, atau boneka Roma, kaum Herodian. Binatang itu menunjuk juga pada semua pemerintahan yang korup, setiap negara yang menempatkan dirinya di atas perjanjian Allah. Terlebih, binatang itu mewakili kekuatan rohaniah yang korup di balik institusi-institusi ini.
Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar