Tampilkan postingan dengan label Baptisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Baptisan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Oktober 2007

BAPTISAN BAYI - SEBUAH TINJAUAN ALKITABIAH DAN PENDAPAT BAPA-BAPA GEREJA PERDANA

http://www.goarch.org/en/ourfaith/articles/article7067.asp

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan


TENTANG BAPTISAN BAYI

Simbol-simbol Keselamatan dan Baptisan termasuk Bayi dalam Perjanjian Lama :

  1. Sunat, tanda perjanjian Allah antara umat Abraham dengan DiriNya sendiri, hanya dilakukan pada setiap anak laki-laki yang telah berumur 8 hari [Kejadian 17:12]. Banyak orang melihat hubungan pararel langsung antara sunat dan baptisan umat Kristen dalam Kitab Suci seperti yang ditunjukkan dalam Kol 2:11,12 : “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa; karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Apabila baptisan adalah “sunat dalam Perjanjian Baru” maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada keberatan apa pun untuk membuat semacam “perisai” bagi bayi-bayi dalam keluarga-keluarga yang telah menjadi Kristen untuk dipersembahkan ke dalam Kristus Perjanjian Baru.

  2. Tindakan Musa memimpin umat Israel menyeberangi Laut Merah dapat dilihat sebagai sebuah bayangan baptisan umat Kristen dalam Perjanjian Lama. Ayat Perjanjian Baru dengan jelas menunjukkan hal ini : “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus”. [1 Kor 10:1-4]. Adalah hal yang sangat patut untuk diketahui bahwa “semua telah dibaptis” melalui kepemimpinan Musa dalam menyeberangi Laut Merah. Musa tidak meninggalkan bayi-bayi atau anak-anak di lepas pantai Mesir untuk menjadi mangsa dari pasukan Firaun yang kesal karena mereka toh tidak cukup tua untuk percaya pada janji Perjanjian Lama. Namun lebih dari itu, bayi-bayi atau anak-anak tersebut dipercayakan kepada iman orang-orang tua mereka, bahwa mereka dibawa serta melalui “baptisan Musa”.

  3. Selamatnya seluruh keluarga Nuh di dalam bahtera dapat pula dilihat sebagai pra-figurasi dari baptisan yang melibatkan bayi. Semua yang harus dikatakan, seperti dalam kasus Musa melintasi Laut Merah, adalah bahwa seluruh keluarga tersebut adalah berada dalam bahtera. Mengapa kita kita harus meninggalkan bayi-bayi kita dalam bahtera baptisan itu ?

SEJARAH GEREJA
  • Polycarpus mengatakan di saat kemartirannya (167/8 A.D ) bahwa dia telah melakukan “Pelayanan” Kristus selama 86 tahun. Sumber lain mencatat bahwa masa hidup Polycarpus ini kemungkinan dihitung dari usia sejak dia lahir. Joachim Jeremias, dalam “asal usul baptisan bayi” membuat kesimpulan sbb : “Ini menunjukkan di setiap tingkatan bahwa orangtuanya sudah menjadi kristen atau setidak-tidaknya masuk menjadi Kristen sesaat setelah kelahiran Polycarpus. Orangtuanya adalah kaum pagan pada saat kelahiran Polycarpus, maka dia sudah akan dibaptis bersama dengan “rumah”nya pada saat bertobat jadi Kristen. Bahkan apabila orangtuanya sudah Kristen pun, kata “pelayanan Kristus selama 86 tahun mendukung adanya pembaptisan setelah kelahirannya daripada ketika dia dibaptis pada saat usia matang”....karena tidak ada bukti sama sekali yang menunjukkan hal ini”.

  • Jeremias mengambil contoh yang sama yang terjadi pada Polycrates dari Ephesus. Di tahun 190/91, ketika dia menulis surat ke Roma tentang perselisihan Paskah, Polycrates menyatakan bahwa dia “telah ada dalam Tuhan selama 65 tahun”. Karena rujukan terhadap usianya ini maka dinyatakan “sebab oleh kepeduliannya yang lama sekali terhadap ajaran/posisi Kristen yang tak dapat dijatuhkan”, Jeremias membuat postulat bahwa baptisan Polycrates “terjadi sejak saat kelahirannya, daripada sejak adanya pembatasan usia pembaptsian”.

  • Justin Martir memberikan testimoni yang lain terhadap praktek baptisan bayi dengan menyatakan bahwa orang tua baik laki-laki dan perempuan dan orang yang berumur 70 an tahun telah menjadi murid Kristus sejak saat masa kanak-kanak mereka.

  • Tak ada insinden yang tercatat dalam sejarah umat Kristen perdana yang menghasilkan bukti bahwa baptisan dilarang kepada setiap orang atas dasar batasan umur atau bahwa hak orangtua Kristen agar anak-anaknya dibaptis telah ditolak atau dipertanyakan.

  • Meskipun beberapa contoh telah ada sejak abad ketiga bahwa anak-anak Kristen telah dibaptis sejak saat masih bayi, dan juga dalam semua literatur dan kumpulan inskripsi dari abad ketiga tersebut, maka tidak ditemukan satu pun contoh bahwa orang-orang tua menunda bayi mereka untuk dibaptis.

  • Tidak juga kaum Ebion, Novatian, Arianus, Donatis, Montanis, atau tidak juga kaum bidat lainnya pada masa-masa gereja perdana yang menolak baptisan bayi, bahkan banyak dari antara mereka yang mempraktekkan baptisan bayi.

  • Bukti pararel yang signifikan terjadi antara baptisan orang bertobat yang masuk Yahudi [ketika kaum pagan bertobat menjadi agama Yahudi] dan baptisan orang Kristen perdana. Hubungan antara baptisan umat Kristen perdana dan orang pagan yang masuk Yahudi tersebut, dengan kesamaan pada terminologi, interpretasi, simbolisme dan ritus itu sendiri, maka terdapat hal-hal yang secara khusus layak untuk dicatat. Tetapi apa yang menjadi kepentingan terbesar adalah baptisan Gereja perdana mengikuti baptisan orang bertobat masuk agama Yahudi tadi, dimana anak-anak kecil dan bayi dibaptis bersama dengan keluarga mereka yang juga telah bertobat.

  • Tidak ada bukti di masa Gereja perdana bahwa setiap orang menolak baptisan bayi dengan alasan bahwa pertama-tama kamu harus “percaya” dulu dan baru kemudian dibaptis”. Tertulian [160-230 A.D], satu-satunya orang yang mempertanyakan baptisan bayi. Namun keberatan Tertulian terhadap baptisan bayi adalah berkaitan dengan kesesatannya bahwa dosa setelah baptisan hampir tak dapat diampuni.

  • St. Cypiran [St. Siprian-indo], adalah seorang uskup terkemuka dari Afrika utara, beliau mengumpulkan sinode uskup yang berjumlah 66 orang di Kartago untuk mendiskusikan apakah mereka [para uskup] merasakan atau tidak bahwa baptisan bayi seharusnya ditunda sampai hari kedelapan setelah kelahirannya menggantikan hari kedua atau ketiga sesuai kelazimannya saat itu.


BAPA-BAPA GEREJA PERDANA

  • Seorang guru di masa Umat Kristen perdana, Irenaeus [120-202 A.D], menulis sebagai berikut :


“Dia datang untuk menyelamatkan semua manusia melalui DiriNya – yang dapat kukatakan, siapa pun yang melalui Dia akan dilahirkan kembali baik dalam rupa bayi-Allah, anak-anak, orang muda, maupun orang tua. Demikian Dia melintasi segenap usia, menjadi seorang bayi untuk para bayi, menguduskan para bayi tersebut; menjadi seorang anak bagi anak-anak kecil, menguduskan mereka oleh karena usia itu dan di waktu yang bersamaan Dia memberikan mereka sebuah teladan kesalehan, kebaikan, dan kepatuhan; menjadi seorang anak muda bagi orang-orang muda, memberikan teladan bagi orang-orang muda tersebut dan menguduskan mereka bagi Tuhan”.
Disini kita mendengar bahwa Yesus Kristus datang agar semua orang dilahirkan kembali dalam Allah. “Bagaimana seorang bayi dapat dilahirkan kembali kalau dia tidak percaya ?”, kata orang yang bertanya hal ini. Maka aku jawab, “Bagaimana seorang bayi dapat dilahirkan kembali apabila orangtuanya yang Kristen itu menghalangi bayi tersebut untuk dibaptis ?”. Apakah seorang anak yang tidak mencapai “usia yang dikategorikan bertanggungjawab/memiliki akal” tidak dapat lahir kembali sampai dia mencapai umur tigabelas tahun baru pada saat itu dia perlu dilahirkan kembali ?
  • Pandangan Origen [185-254 A.D] terhadap baptisan bersifat langsung dan transparan :

“Apa itu dosa ? Dapatkah seorang anak kecil yang baru saja dilahirkan melakukan dosa ? Dan apabila si bayi memiliki dosa lalu apakah lantas dia diperintahkan menyediakan kurban, sebagaimana ditunjukkan dalam Ayub 14:4 [Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!] dan Mazmur 51:5-7 [Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!]. Karena untuk alasan inilah Gereja menerima dari Para Rasul tradisi untuk melayani baptisan bagi anak-anak pula. Karena orang-orang yang kepadanya rahasia dari misteri ilahi dipercayakan mengetahui bahwa dalam setiap orang terdapat kenajisan yang harus dicuci bersih dengan air dan roh”.

Dalam homilinya tentang Lukas, sekali lagi dia menyatakan kepercayaannya terhadap baptisan bayi :
“Bayi-bayi dibaptis karena untuk penghapusan dosa. Dosa-dosa apa ? Kapan mereka berdosa ? Faktanya, tentu tidak pernah. Dan lagi : “tidak seorangpun bersih dari kenajisan” (Ayub 14:4). Tetapi kenajisan hanya dapat dibersihkan melalui misteri baptisan. Itulah sebabnya mengapa para bayi juga perlu dibaptis”.
  • Persepsi Hippolytus [170-236 A.D] tentang baptisan bayi cukup jelas dan langsung mengena, yakni sbb :

“Dan pertama-tama baptislah anak-anak kecil; dan apabila mereka dapat berbicara, mereka sebaiknya dibaptis, tapi apabila tidak, orangtua mereka atau walinya yang berbicara atas nama mereka”.
  • Tidak ada satu pun Bapa Gereja yang menyangkal atau mempertanyakan validitas baptisan bayi. Hal ini bukan suatu lokalitas atau tidak ada periode mana pun masalah baptisan bayi ini dipandang sebagai sesuatu yang diciptakan setelah masa Perjanjian Baru.




♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...