Tampilkan postingan dengan label Mistik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mistik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 April 2007

Klarifikasi Vatikan Terhadap Vassula Ryden

Diterjehmahkan oleh Leonard T. Panjaitan
Korespondensi antara Vassula dan Konggregasi Ajaran Iman (April/Juni 2002)
Dipublikasikan pertama kali di Jilid 12
Baik dalam bentuk tulisan tangan maupun huruf cetak

Roma. 30 Maret 2003

Yang terkasih para pembaca HSDA
Sejak tahun 2000 saya telah mendapatkan kehormatan untuk berkomunikasi dengan Yang Mulia Kardinal Joseph Ratzinger, Prefect Konggregasi Ajaran Iman. Pada tanggal 6 Juli 2000 lalu saya telah menyampaikan kepada beliau sebuah permohonan mengenai tulisan-tulisanku agar diserahkan kepada Konggregasi untuk dipelajari lebih lanjut dan saya pun memohon untuk diberikan kesempatan menjawab keberatan-keberatan yang dinyatakan dalam Notifikasi tertanggal 6 Oktober 1995. Yang Mulia dengan ramah telah memberikan kesempatan tersebut dan di tangan Fr.Prospero Grech, beliau memberikan kepada saya sebuah surat tertanggal 4 April 2002 yang berisi lima pertanyaan kepada saya agar dijawab. Jawaban-jawaban saya terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diserahkan kepada Konggegrasi Ajaran Iman pada tanggal 26 Juni 2002. Kardinal Ratzinger memohon kepada saya agar mempublikasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama dengan jawaban-jawabannya dan saya bergembira untuk berbagi ini semua dengan kalian sebagai ungkapan pendirian resmi saya.
Saya berdoa bahwa publikasi dokumen ini bisa menyajikan sebuah dialog kebenaran dan kasih yang begitu penting bukan hanya terhadap ekumenisme namun juga membawakan rahmat Allah agar berbuah di dalam Gereja.
Semoga Allah memberkati kalian,
Vassula

Collegio Sta Monica,
Rome
4 April 2002
Yang terhormat Ny Ryden,
Pada tanggal 6 Juli 2000 anda menulis surat kepada Yang Mulia Kardinal Ratzinger sehubungan dengan “Notifikasi” dari Kongregasi Ajaran Iman mengenai tulisan-tulisan anda. Yang Mulia telah memperhatikan surat anda dan bersama dengan pembantunya memutuskan untuk memberi kesempatan kepada anda untuk mengklarifikasi beberapa hal yang menonjol yang terdapat dalam penerbitan anda. Atas maksud inilah saya telah diserahkan tugas untuk menghubungi anda secara personal baik dalam percakapan maupun dalam tulisan sehinggga Konggregasi bisa memperoleh gambaran yang jelas mengenai interpretasi dari hal-hal tersebut. Saya juga ingin memperjelas dari awal mula bahwa dengan tidak menjadi seorang Katolik Roma anda tidak tunduk dalam jurisdiksi Konggregasi dan tulisan-tulisan anda bukan merupakan kecaman pribadi. Tetapi, sebagaimana banyak orang Katolik mengikuti “Hidup Sejati dalam Allah”, mereka pun memiliki hak untuk mengetahui di pihak mana mereka berdiri terhadap hal-hal mengenai doktrin dan praktek yang disarankan dalam tulisan-tulisan anda. Kami pun sadar mengenai karya amal anda, usaha-usaha anda untuk memimpin semua orang Kristen menuju persatuan Gereja dengan Uskup Roma, devosi yang besar terhadap Bunda Perawan Maria, penyajian anda mengenai Allah sebagai Allah Kasih bahkan kepada orang-orang non Kristen dan penentangan anda terhadap rasionalisme dan korupsi di kalangan orang-orang Kristen. Buku anda yang terakhir juga kelihatannya telah mengesampingkan beberapa pernyataan yang bersifat ambigu yang terdapat dalam tulisan-tulisan terdahulu.
Sekalipun demikian Saya berterima kasih apabila anda dapat menjawab sejelas-jelas mungkin mengenai beberapa pertanyaan untuk membantu Konggregasi mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap apa yang sedang anda lakukan.
1. Anda mengetahui dengan baik bahwa menurut orang-orang Katolik dan Orthodox hanya ada satu wahyu yaitu Allah dalam Yesus Kristus yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Gereja Katolik bahkan menerima wahyu “pribadi” seperti di Lourdes atau Fatima, meskipun setelah diperhatikan secara serius bukan merupakan persoalan yang berhubungan dengan iman. Oleh karena itu dalam arti yang mana, anda mempertimbangkan tulisan-tulisanmu sebagai wahyu dan bagaimana seharusnya wahyu tersebut diterima oleh para pembaca dan pendengar anda ?
2. Anda termasuk anggota Gereja Orthodox dan seringkali mendesak para imam dan uskup dari agama anda untuk mengakui Paus dan berdamai dengan Gereja Katolik Roma. Untuk ini, sayangnya, anda tidak disambut di beberapa negara yang memiliki kepercayaan sama dengan anda. Mengapa anda mengemban misi ini ? Apa pendapat anda mengenai Uskup Roma dan bagaimana anda meramalkan masa depan persatuan umat Kristen ? Kadang-kadang orang mendapatkan kesan dalam membaca karya-karya anda, tetapi anda berdiri di atas kedua Gereja tanpa memiliki komitmen kepada salah satunya. Sebagai contoh, kelihatannya anda menerima komuni baik dalam Gereja Katolik dan Orthodox tetapi status perkawinanmu, anda mengikuti kebiasaan oikonomia. Seperti apa yang telah saya katakan, pandangan-pandangan ini jangan diartikan sebagai kecaman pribadi sebagaimana kami tidak memiliki hak sama sekali untuk memutuskan hati nuranimu melainkan anda cukup memahami keprihatinan kami mengenai pengikut-pengikutmu yang Katolik yang mungkin menginterpretasikan sikap-sikap ini dalam cara relativistik dan tergoda untuk mengabaikan kedisiplinan dalam Gereja mereka sendiri.
3. Dalam awal tulisan-tulisanmu, seperti yang diamati dalam “Notifikasi”, ada beberapa kebingungan terminologi mengenai Pribadi-pribadi Trinitas Kudus. Kami yakin bahwa anda menganut ajaran Gerejamu. Apakah anda berpikir bahwa anda dapat membantu kami untuk mengklarifikasikan ungkapan-ungkapan tersebut ? Ketika berurusan dengan masalah iman, tidakkah lebih berguna untuk mengikuti terminologi resmi dari katekismus standar untuk mencegah kebingungan dalam pikiran para pembaca “Hidup Sejati dalam Allah” ?
4. Ada juga beberapa kesulitan mengenai protologi dan eskatologi. Dalam pengertian apa suatu jiwa memiliki “visi akan Allah” sebelum masuk ke dalam tubuh ? dan bagaimana anda membayangkan tempat Pentakosta baru dalam sejarah keselamatan dalam hubungannya dengan parousia dan kebangkitan orang-orang mati ?
5. Apa identitas riil dari gerakan “Hidup Sejati dalam Allah” dan apa saja yang dibutuhkan oleh para pengikutnya ? Bagaimana hal itu terstrukturisasikan ?
Yang terhormat Ny Ryden, kami mohon maaf karena menggangu anda dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan anda boleh yakin bahwa kami menghargai karya-karya dan perhatian-perhatian baik anda. Bagaimanapun juga, dalam jawaban suratmu kepada Kardinal Ratziner, kami merasa itulah tugas kami untuk menjernihkan beberapa ambiguitas dalam tulisan-tulisan anda yang mungkin tidak diperhatikan oleh anda. Kami memperlihatkan ini kepada para pembacamu yang beragama Katolik yang mungkin mengalami konflik bathin dalam mengikuti tulisan-tulisan anda. Silahkan anda menjawabnya; akan lebih baik apabila anda dan saya dapat bertemu serta beberapa kali berbincang-bincang secara informal sebelum anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tertulis. Berdoalah semoga Roh Kudus menerangi anda, dan konsultasikanlah dengan beberapa pembimbing rohani atau teolog yang anda percayai. Kami yakin bahwa pertanyaan-pertanyaan kami juga akan membantu anda memahami implikasi yang lebih dalam dari tulisan-tulisanmu untuk membuatnya lebih diterima baik di kalangan Katolik maupun Orthodox. Saya secara pribadi bisa ditanyakan untuk memperjelas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Yang Mulia mengirimkan anda salam dan kepercayaannya bahwa anda akan memberikan jawaban yang memuaskan untuk meringankan tugasnya dalam rangka memenuhi permintaan-permintaan dalam suratmu itu.
Hormatku dalam Kristus,
Fr. Prospero Grech, OSA
Penasehat Konggrerasi
Roma, 26 Juni 2002
Yang terhormat Fr Prospero Grech
Collegio Sta Monica
Roma
Re : Jawaban Vassula Ryden atas surat Bapak Prospero Grech yang ditulis atas nama Yang Mulia Kardinal Joseph Ratzinger dari Konggregasi Ajaran Iman, tertanggal 4 April 2002.
Yang terkasih Bapak Prospero Grech,
Pertama-tama, Saya mengucapkan terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada saya dalam merespon pertanyaan-pertanyaan mengenai tulisan-tulisan dan kegiatan-kegiatan saya yang diutarakan dalam surat Bapak tanggal 4 April 2002 yang juga mengulangi pertanyaan mengenai kritik yang tertuang dalam “Notifikasi” tahun 1995.
Saya sadar akan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada konggregasi suci Bapak terhadap “ujilah roh-roh itu” (1 Yoh 4 : 1). Saya juga menyadari selama beberapa tahun ini, kompleksitas tugas pembedaan roh ini dan bagaimana sulitnya itu, seperti yang saya alami sendiri dimana saya telah berjumpa dengan orang-orang yang mendekati saya dan mengklaim mereka memiliki pengalaman ilahi juga, yang mana pengalaman mereka ingin dicampurkan dengan saya. Atas hal kehati-hatian dan atas alasan tanggungjawab saya telah memegang prinsip untuk tidak memperhatikan mereka. Oleh karena itu, saya benar-benar menghargai pentingnya karya Bapak melindungi umat beriman dari berbagai kerugian dan menjaga iman tetap murni dari pengalaman-pengalaman yang tidak otentik yang juga setara menjada karisma sejati yang dapat bermanfaat bagi Gereja.
Saya juga turut berterima kasih kepada Bapak bahwa Bapak sedang memberi kesempatan kepada saya untuk mengklarifikasikan dan memberikan penerangan atas ungkapan tertentu yang mungkin tampak tidak jelas seperti yang tertulis dalam perumpamaan dan puisi atau gaya simbolik. Saya sama-sama sadar bahwa pidato saya pada umat Katolik yang dilakukan seorang Orthodox Yunani adalah hal yang tidak lazim tetapi daripada melihat hal ini sebagai suatu kekacauan, saya dengan rendah hati menginginkan hal ini menjadi kontribusi kecil saya bagi kesembuhan akibat perselisihan antara sesama umat Kristen. Dan juga, saya akan menanggapi sebaik yang saya mampu terhadap pertanyaan-pertanyaan yang Bapak perkenankan ajukan kepada saya dalam keadaan jujur dan jernih, sama-sama yakin akan kemurahan hati Bapak, niat baik dan pemahaman dalam keterbatasan saya untuk mengekspresikan pemandangan yang luas yang terdapat dalam ke-12 volume buku Hidup Sejati dalam Allah (HSDA).
Pertanyaan 1 : Hubungan antara HSDA dan Wahyu
Anda mengetahui dengan baik bahwa menurut orang-orang Katolik dan Orthodox hanya ada satu wahyu yaitu Allah dalam Yesus Kristus yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Gereja Katolik bahkan menerima wahyu “pribadi” seperti di Lourdes atau Fatima, meskipun setelah diperhatikan secara serius bukan merupakan persoalan yang berhubungan dengan iman. Oleh karena itu dalam arti yang mana, anda mempertimbangkan tulisan-tulisanmu sebagai wahyu dan bagaimana seharusnya wahyu tersebut diterima oleh para pembaca dan pendengar anda ?
Saya tidak pernah belajar mengenai katekismus termasuk teologi, saya juga tidak tahu nuansa teologis apa saja seperti yang dimaksudkan orang-orang di atas pada awal mula panggilan dan pertobatan saya. Saya diajarkan perbedaan-perbedaan ini secara gradual sebagimana bimbingan lembut Roh Kudus berjalan. Dalam awal-awal panggilan ini, saya bingung dan segera, selama manifestasi malaikatku, inilah yang saya katakan : “Tetapi saya tidak mengerti. Kami sudah memiliki Kitab Suci, lalu mengapa kami membutuhkan amanat-amanat ?”. Malaikatku menjawab : “Lantas apakah kamu benar-benar merasa bahwa semuanya telah diberikan dalam Kitab Suci ?”. Saya menanggapinya : “Ya. Itulah sebabnya saya tidak melihat alasan dari semua ini. Maksud saya bahwa tidak ada sesuatu yang baru.” Kemudian malaikat itu berkata : “Allah ingin amanat-amanat ini diberikan”. Saya berkata : “Apakah ada alasan khusus mengapa saya dipilih ?”. Malaikat lalu menjawab : “Tidak ada. Allah mencintai kalian semua. Amanat-amanat ini hanyalah pengingat untuk mengingatkan kalian bagaimana pondasi kalian itu dimulai”. (07.08.1986)
Seorang pendeta Protestan pernah berkata kepada saya bahwa tidak ada alasan mengapa Allah ingin berbicara kepada kita sekarang sementara kita memiliki Kitab Suci. Dengan bingung saya berkata kepada Kristus : “Tuhan, ada beberapa pejabat gereja yang tidak mau mendengar atau percaya bahwa Engkau dapat menyatakan Diri sendiri seperti ini, melalui aku. Mereka berkata bahwa Engkau, Yesus, telah membawa kami semua kepada kebenaran dan mereka tidak perlu apa pun selain Kitab Suci. Dengan kata lain, seluruh karya ini palsu.” Tanggapan Kristus sebagai berikut :
Aku telah berkata kepada kalian semua bahwa Sang Penolong, Roh Kudus, yang akan diutus Bapa dalam Nama-Ku, akan mengajarkan kepadamu segala sesuatu, dan akan mengingatkan kalian akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Aku tidak memberi kalian ajaran baru. Aku hanya mengingatkan kalian akan kebenaran dan membimbing yang sesat, agar kembali kepada Kebenaran sepenuhnya. Aku Tuhan, akan senantiasa ada diantara kalian sebagai Yang Mengingatkan SabdaKu. Maka jangan heran bila Roh Kudus-Ku berbicara kepadamu. Peringatan-peringatan ini diberi oleh Rahmat-Ku untuk mempertobatkan kalian dan mengingatkan kalian akan Cara-cara-Ku (20.12.1988).
Amanat lain 11 tahun kemudian Tuhan meminta saya untuk menulis sebagai berikut :
Semua amanat ini datang dari Atas dan diinspirasikan oleh-Ku. Amanat-amanat tersebut bermanfaat digunakan untuk mengajar dan membuktikan yang salah. Amanat-amanat ini dapat digunakan untuk menuntun gereja menuju persatuan dan menuntun hidup orang-orang dan mengajarkan mereka untuk hidup suci. Amanat-amanat ini diberikan kepada kalian untuk penjelasan [1] yang lebih baik terhadap wahyu [2]yang telah diberikan kepada kalian. Amanat-amanat tersebut merupakan sumber rahmat yang menakjubkan yang tak habis-habisnya bagi kalian semua untuk memperbarui kalian masing-masing (30.07.1999).
Saya percaya hanya ada satu Wahyu dan saya tidak pernah mengatakan sebaliknya, pun Bapak akan tidak menemukannya dalam tulisan-tulisan saya. Saya tidak mengharapkan para pembaca HSDA untuk menganggap amanat-amanat tersebut lebih dari Kitab Suci dan saya yakin bahwa tidak ada sesuatu pun dalam buku-buku HSDA yang bisa mempengaruhi mereka yang mendengar atau membaca buku tersebut bahwa mereka akan berpikir sebaliknya. Malahan, dalam kesaksianku, saya senantiasa mengutip banyak ayat-ayat dalam Kitab Suci, bahkan kadang-kadang lebih dari amanat-amanat itu sendiri. Di dalam amanat-amanat ini ada suatu desakan yang jelas dan berkesinambungan untuk berpusat pada Kitab Suci dan hidup di dalam kebenarannya. Tulisan-tulisan tersebut merupakan aktualisasi dan peringatan akan satu Wahyu dalam Kristus yang dijaga dalam Kitab Suci dan Tradisi, disebarkan melalui gereja, amanat-amanat tersebut merupakan seruan terhadap Wahyu tersebut. Kenyataannya, tulisan-tulisan itu tidak pernah mempengaruhi pembaca untuk menganggapnya di atas Kitab Suci, melainkan suatu kesaksian yang dipancarkan bahwa amanat-amanat itu membantu para pembaca memahami Sabda Allah secara lebih baik. Namun, kita mengetahui bahwa Allah dapat mengingatkan kita akan Sabda-Sabda-Nya ketika Dia mengetahui bahwa hal ini diperlukan demi kebaikan gereja.
Pemberian HSDA ini kepada manusia merupakan kemurahan hati Allah yang berfungsi untuk mengingatkan kita akan sabda-sabdaNya.
Kemudian orang-orang bisa mempertanyakan, mengapa Allah memanggil seseorang yang sangat terbatas dan tidak layak, secara total tidak tertarik dan acuh terhadap masalah-masalah gereja, yang tidak pernah menginginkan Allah bisa menerima “peringatan Sabda-Nya”? Bukankah para imam dan teolog dipanggil untuk melakukan hal yang sama ? Ya, Saya percaya mereka melakukannya dan saya tidak bermaksud dengan cara apa pun untuk bersaing dengan para imam dan teolog bahwa Allah telah memanggil mereka untuk melakukan tugasnya, tetapi saya percaya bahwa Allah telah memanggil saya secara tak terduga melalui tindakan langsung dari pihak-Nya.
Akhir-akhir ini saya telah belajar bahwa Konsili Vatican 2 telah menggarisbawahi betapa pentingnya awam memperbesar penyebaran Kabar Baik melalui bermacam-macam karunia yang Allah limpahkan kepada Gereja-Nya. Dalam Lumen Gentium, Konsili dengan jelas menyatakan bahwa umat awam berpartisipasi dalam jabatan propetis Kristus dan bahwa Kristus “mengisi jabatan ini, bukan hanya melalui hirarki namun juga umat awam. Sesuai dengan hal itu, Dia menetapkan mereka baik sebagai saksi-saksi dan memberikan kepada mereka pengertian iman (sensus fidei) maupun rahmat Sabda Allah (LG 35). Dengan demikian, setiap awam memiliki bagian untuk berperan dalam pelayanan Kitab Suci sesuai dengan karisma yang Allah berikan kepadanya dan melalui karunia-karunia itu dia menjadi seorang saksi dan instrumen yang hidup dari misi gereja itu sendiri,” menurut ukuran pemberian Kristus”.
Dalam banyak karya klasik Teologi Fundamental Katolik ada perbedaan antara Wahyu sebagai konsep refleksi (Wahyu dengan huruf besar W) dan wahyu sebagai konsep pengalaman (wahyu dengan huruf kecil w, sering wahyu berbentuk jamak). Ketika saya berbicara mengenai pengalaman sederhanaku sebagai “wahyu”, maka saya berbicara wahyu dengan huruf “w” kecil dari sudut pandang pengalamanku itu.
Saya tidak berbicara mengenai pengalamanku sebagai wahyu dari sudut pandang doktriner yang dengan suatu cara ingin menandingi Wahyu. Sama seperti “wahyu pribadi” lainnya atau “wahyu propetis”, karya saya tidak menambahkan sesuatu terhadap Dasar Iman. Sebaliknya, panggilan Allah kepadaku mengarah kepada kepenuhan kebenaran Dasar Iman, memasuki secara penuh kedalam dan hidup berdasarkan kebenaran ini.
Konstitusi Dei Verbum dari Konsili Vatican Kedua telah memperjelas bahwa Wahyu Publik sudah lengkap dan sempurna dan bahwa “tidak ada wahyu publik yang baru yang diharapkan sebelum kedatangan agung Tuhan kita Yesus Kristus” (Dei Verbum 4). Sebaliknya, Dei Verbum juga memperjelas bahwa umat Allah secara terus menerus perlu memperdalam penghargaan terhadap kebenaran ini :
Tradisi yang berasal dari para rasul membuat perkembangan dalam Gereja dengan bantuan Roh Kudus. Ada pertumbuhan dalam wawasan terhadap realitas dan sabda-sabdaNya yang sedang disampaikan. Ini terjadi dalam berbagai cara. Hal ini dilakukan melalui kontemplasi dan studi dari orang-orang yang percaya yang merenungi hal-hal ini dalam hati mereka (lih. Luk 2 : 19 dan 51). Ini berasal dari perasaan yang akrab dari realitas spiritual yang mereka alami. Dan ini juga berasal dari pengajaran mereka yang telah memperoleh, bersama dengan hak suksesi mereka di dalam keuskupan, suatu karisma kebenaran yang pasti. Demikian, sebagaimana abad-abad ini berjalan, Gereja selalu mempercepat menuju kepenuhan kebenaran ilahi sampai akhirnya Sabda-Sabda Allah digenapi di dalamnya (Dei Verbum 8).
Yang Mulia, Kardinal Joseph Ratzinger, telah berkata secara eksplisit mengenai hubungan antara nubuat Kristen dan Wahyu bahwa tesis yang mengatakan bahwa nubuat seharusnya berakhir dengan lengkapnya Wahyu dalam Kristus mengandung kesalahpahaman. Posisi beliau ini diungkapkan dalam sebuah interview mengenai nubuat Kristen dan dalam penjelasannya tentang penyingkapan Rahasia Ketiga Fatima. Izinkanlah saya untuk mengutip kata-kata beliau dalam interview tersebut :
Wahyu pada dasarnya adalah Allah yang memberi diriNya untuk kita, Dia yang menciptakan sejarah bersama kita dan yang menyatukan kembali kita semua bersama-sama. Wahyu adalah pembukaan dari sebuah perjumpaan yang memiliki dimensi komunikatif yang melekat dan struktur kognitif. Hal ini juga membawa implikasi bagi pengetahuan mengenai kebenaran Wahyu itu sendiri. Bila dipahami dengan cara yang tepat, Wahyu mencapai tujuannya bersama Kristus sebab dalam kata-kata indah St Yohanes dari Salib – ketika Allah berbicara secara pribadi tidak ada lagi hal-hal yang perlu ditambahkan. Tidak ada lagi mengenai Logos yang bisa dikatakan. Dia bersama kita dalam cara yang utuh dan Allah tidak memberikan sesuatu yang lebih besar kepada kita untuk dikatakannya lebih daripada diri-Nya sendiri. Tetapi keseluruhan pemberian Diri-Nya itu pun, bahwa Dia adalah Logos yang hadir dalam daging – memiliki arti bahwa kita harus terus memasuki Misteri ini. Hal ini membawa kita kembali kepada pondasi harapan kita. Kedatangan Kristus adalah permulaan dari pengetahuan yang dalam yang pernah ada sekaligus penemuan secara bertahap dari apa yang berada dalam Logos itu diberikan. Dengan demikian, sebuah cara baru dibuka untuk mengarahkan orang-orang ke dalam keseluruhan kebenaran sebagaimana Yesus meletakan kebenaran tersebut dalam Kitab Yohanes ketika Dia berkata bahwa Roh Kudus akan turun. Saya percaya bahwa wacana yang bersifat ‘ambil dan tinggalkan’ tentang Kristologi pneumatologis sangat penting bagi topik yang disampaikan kepada kita bahwa Kristus menjelaskan kedatangan-Nya dalam daging baru merupakan tahap pertama. Kedatangan nyata Kristus akan terjadi ketika Dia tidak lagi terikat pada tempat atau tubuh yang terbatas melainkan ketika Dia datang kepada kita semua dalam Roh sebagai Yang Dibangkitkan sehingga untuk memasuki kebenaran juga membutuhkan intelektualitas yang dalam. Hal ini nampaknya jelas bagi saya bahwa mempertimbangkan bahwa waktu Gereja, yakni saat Kristus datang kepada kita dalam Roh akan ditentukan oleh Kristologi pneumatologis ini – suatu elemen propetis – seperti halnya dasar harapan dan permohonan tidak bisa secara alamiah mengalami kekurangan atau diperbolehkan untuk lenyap (30 Giorni, Januari 1999).
Dalam cara yang sama, saya tidak mengklaim dalam cara apa pun, suatu status atau otoritas dari tulisan-tulisanku serupa dengan Kitab Suci. Kitab Suci diinspirasikan dalam cara yang tak bisa salah. Dengan rendah hati saya percaya bahwa Allah menyentuh saya untuk melakukan perjalanan bersama-Nya melalui tindakan langsung dalam jiwaku yang membantu saya ketika saya dipanggil untuk menulis, tetapi hal ini bukanlah inspirasi dengan rasa yang sama seperti halnya Kitab Suci dan hasilnya pun bisa salah namun ini tidak berarti juga bahwa seharusnya terdapat kesalahan-kesalahan doktriner dalam tulisan-tulisanku yang mana saya yakin tulisan-tulisan ini tidak mengandung kesalahan-kesalahan.
Dalam buku I am a Daughter of the Church karangan Fr. Marie-Eugene, beliau mengingatkan kita bahwa Allah dapat mengadaptasikan dirinya kepada suatu jiwa :
Tindakan langsung Allah, yang dilaksanakan dalam diri manusia yang bisa bermanfaat itu ternyata disesuaikan dengan bagus kepada jiwa manusia secara psikologis. Adaptasi Allah ini seharusnya ditekankan sebagai karakteristik penting dari campur tangan-Nya. Allah, yang setuju berbicara dalam tanda-tanda manusia agar cahaya-Nya bisa diberikan kepada kita, menekankan kerendahan diriNya dengan maksud agar bisa menyesuaikan diriNya ke dalam watak dan kebutuhan dasar manusia dengan memakai tanda-tanda tersebut agar Dia dapat meraih kita lebih yakin. Karena iman telah menjaga kemurnian dan kesederhanannya maka Dia akan berbicara dalam bahasa yang memiliki tanda-tanda yang cemerlang dan eksternal sehingga akan membuat iman bergetar. Karena iman bahwa rasionalisme menjadi hati-hati dan kritis maka Dia akan memiliki lagi bahasa intelektual.[3]
Kardinal Ratzinger berkata, “untuk dapat membuat diri kita sebagai Sabda dan citra dari hubungan interior dengan Allah, sekalipun dalam kasus mistisisme yang otentik, selalu bergantung pada kemungkinan jiwa manusia serta keterbatasannya”. Demikian pula saya mengalami Sabda Allah tanpa adanya usaha, dengan kata lain, tanpa saya memaksa sesuatu, pengalaman ini hanya datang saja. Saya menerima komunikasi lokusi (interior words) ini dalam 2 bentuk. Mohon diperhatikan di sini bahwa saya tidak bermaksud dengan cara apa pun mengatakan bahwa saya mengetahui secara sempurna bagaimana mengungkapkan fenomena ini dan bagaimana Allah dapat melakukan hal-hal seperti ini tetapi inilah yang terbaik yang dapat saya jelaskan sebagai berikut :
1. Melalui intervensi dari interior words yakni lokusi. Kata-kata yang saya rasakan merupakan kata-kata yang substansial, sangat jelas daripada bila saya harus mendengarkan dengan telingaku. Satu kata saja dapat mengandung banyak arti seperti pemahaman pada satu kata tidak dapat secara cepat ditempatkan pada bahasa manusia. Setiap kata ilahi atau instruksi yang diajarkan kepada saya bukanlah cara seperti ajaran di sekolah yang mungkin akibat keterbatasan waktu tidak bisa secara keseluruhan dipelajari semuanya atau karena kelemahan manusia maka bisa saja dilupakan atau bahkan tidak begitu dimengerti. Tetapi instruksi atau kata-kata yang diberikan kepada saya harus disampaikan dalam selang waktu tertentu dan diukirkan dalam pikiran sehingga apapun caranya akan sulit dilupakan. Cahaya yang menyebar begitu banyaknya, serupa dengan cahaya terang yang memancar luas dan melebar, memberikan kita setumpuk pengetahuan yang dengan serta merta melebihi kata-kata itu sendiri. Kata-kata yang diberikan itu seperti sungai lebar yang terpecah dalam anak-anak sungai lainnya yang mengarahkan kita ke segala tempat yang berbeda-beda dimana saja namun selalu berasal dari satu sungai. Setiap ajaran normal dalam sekolah pasti memerlukan beberapa bulan untuk dipelajari. Pada saat saya mengalami kata-kata tersebut begitu kerasnya, saya jelas-jelas sadar bahwa bentuk tulisan dan cara yang mana kata-kata itu seharusnya saya ungkapkan bergantung pada kapasitas terbatasku pada bahasa dan ekspresi.
2. Cara kedua dengan apa saya terima kata-kata Allah itu adalah melalui cahaya pengertian dalam intelektualitasku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ini seperti halnya Allah mengirimkan Pikiran-Nya ke dalam pikiranku. Saya akan segera tahu apa yang Allah inginkan atau ingin katakan. Kemudian saya harus menuliskan “amanat yang tak diekspresikan” ini yang mana saya juga dapat memilih kata-kataku sendiri.
Saya telah diberitahu kemudian di Roma bahwa St Bridget dari Swedia juga memiliki cara menulis amanat-amanatnya yang serupa dengan saya.
Mengapa Tuhan memilih menuliskan amanat-amanatnya dengan cara khusus ini bahkan dengan menggunakan tanganku ? Saya benar-benar tidak tahu. Tuhan menceritakan kepada saya ketika saya bertanya kepada-Nya mengapa : “Karena Dia suka dengan cara seperti ini”. Jadi saya tidak mengetahui bagaimana ini terjadi. Saya ingin menunjukkan meskipun para teolog yang juga ahli graphology dan yang telah menyelidiki tulisan-tulisanku serta menyebutnya “hieratic” (suci), mendeskripsikan perbedaan-perbedaan asli yang berhubungan antara cara saya menulis dengan tulisan-tulisan yang disebut otomatis ini. Saya kemudian mulai mengetahui bahwa mistikus terkenal seperti Theresa dari Avila mengalami rapture (pengangkatan) tubuhnya atau kadang-kadang bagian dari tubuhnya itu. Saya percaya hal ini merupakan bentuk kecil dari rapture terhadap tanganku dan percaya bahwa Tuhan memiliki tujuanNya sendiri.
Pertanyaan 2. Hubunganku sebagai orang Kristen Orthodox dengan Gereja Katolik Roma.
Anda termasuk anggota Gereja Orthodox dan seringkali mendesak para imam dan uskup dari agama anda untuk mengakui Paus dan berdamai dengan Gereja Katolik Roma. Untuk ini, sayangnya, anda tidak disambut di beberapa negara yang memiliki kepercayaan sama dengan anda. Mengapa anda mengemban misi ini ? Apa pendapat anda mengenai Uskup Roma dan bagaimana anda meramalkan masa depan persatuan umat Kristen ? Kadang-kadang seseorang mendapatkan kesan dalam membaca karya-karya anda, tetapi anda berdiri di atas kedua Gereja tanpa memiliki komitmen kepada salah satunya. Sebagai contoh, kelihatannya anda menerima komuni baik dalam Gereja Katolik dan Orthodox tetapi status perkawinanmu, anda mengikuti kebiasaan oikonomia. Seperti apa yang telah saya katakan, pandangan-pandangan ini jangan diartikan sebagai kecaman pribadi sebagaimana kami tidak memiliki hak sama sekali untuk memutuskan hati nuranimu melainkan anda cukup memahami keprihatinan kami mengenai pengikut-pengikutmu yang Katolik yang mungkin menginterpretasikan sikap-sikap ini dalam cara relativistik dan tergoda untuk mengabaikan kedisiplinan dalam Gereja mereka sendiri.
Motivasi untuk mengembang karya persatuan ini

Saya tidak percaya saya akan memiliki keberanian atau semangat menghadapi orthodoksi untuk membawa mereka memahami rekonsiliasi yang Tuhan inginkan dari mereka bila saya tidak mengalami kehadiran Tuhan dan juga saya tidak mungkin bisa menahan perlawanan, kritik dan penganiyaan yang dilakukan kepadaku oleh mereka. Di awal mula intervensi Allah, saya sama sekali bingung dan takut bahwa saya diperdayakan; ketidakpastian ini merupakan salib yang paling berat karena saya tidak pernah mendengar sebelumnya bahwa Allah memang dapat mengekspresikan DiriNya kepada orang-orang di jaman kita dan tidak ada seorang pun yang menanyakan hal ini. Karena hal inilah, saya mencoba untuk melawan perasaan ini, namun saya tidak meninggalkan pengalaman ini dan kemudian, lambat laun seiring waktu, saya menjadi yakin dan percaya diri bahwa semua ini adalah pekerjaan Allah, sebab saya mulai melihat tangan Allah di dalam karya tersebut. Inilah sebabnya saya berhenti takut menghadapi perlawanan dan kritik dan saya memiliki kepercayaan diri penuh dalam Tuhan, mengetahui bahwa dimana saya kekurangan Dia akan mengisinya dan meskipun saya tidak berkecukupan Karya-karyaNya akan berakhir dengan gemilang.
Pendekatan kepada para imam, rahib, uskup Orthodox untuk mengakui Paus dan berekonsiliasi secara tulus dengan Gereja Roma bukanlah tugas yang mudah sebagaimana Tuhan mengatakan dalam salah satu amanat-amanatnya; hal ini sama seperti berenang dalam arah yang berlawanan dari arus yang deras, tetapi setelah melihat bagaimana Tuhan menderita dalam perpecahan kita maka saya tidak dapat menolak permohonan Tuhan ketika Dia meminta saya untuk membawa salib ini; oleh karena karena itu, saya menerima misi ini, namun bukannya tanpa melalui (masih melalui) banyak penderitaan.
Bapak berkata : “Mengapa anda mengemban misi ini ?” Jawabanku adalah sebab saya dipanggil Allah, saya percaya dan menjawab Nya; dengan demikian saya ingin melaksanakan kehendak Allah. Perkataan Kristus yang pertama adalah : “Rumah mana yang lebih penting, rumahmu atau Rumah-Ku ?” Saya jawab, “RumahMu Tuhan.” Lalu Dia berkata : “Hidupkanlah Rumah-Ku, perindahlah Rumah-Ku dan persatukanlah itu”.
Beberapa anggota hirarki Gereja Orthodox sama sekali menolak saya, pertama mereka tidak percaya dengan saya [4], kedua sebab saya seorang wanita dan ketiga seorang wanita tidak boleh berbicara. Beberapa rahib curiga kepada saya dengan mengatakan bahwa saya mungkin seorang kuda Trojan yang dikirimkan dan dibayar oleh Paus atau bahwa saya bahkan seorang Uniate. Banyak orang tidak ingin mendengar rekonsiliasi atau ekumenisme. Mereka beranggapan hal itu sebagai suatu bidah apabila saya berdoa dengan orang-orang Katolik Roma. Hal itu menjadikan mereka melihat saya berdiri di atas kedua Gereja tanpa memiliki komitmen pada salah satunya. Saya memiliki komitmen secara penuh dan menyeluruh kepada gerejaku tetapi hal itu bukanlah suatu dosa atau bidah bila saya hidup secara ekumenis dan berdoa bersama orang-orang Kristen lainnya untuk memajukan persatuan Gereja. Meskipun demikian kunci menuju persatuan menurut Allah dalam tulisan-tulisan itu adalah kerendahan hati dan kasih. Banyak orang dari gereja-gereja belum memiliki kunci ini. Banyak dari umat awam Orthodox Yunani begitu pula beberapa imamnya, sampai dengan rahib di biara-biara terpencil yang sampai dengan hari ini menyebut Gereja Katolik sesat dan berbahaya; mereka diajarkan supaya percaya akan hal ini dan itu adalah salah. Namun, saya percaya bahwa dalam kekakuan mereka, mereka dapat berubah melalui metanoia (pertobatan) dan oleh kekuatan Roh Kudus serta melalui doa-doa umat beriman bisa membuat mereka menekuk. Dalam setiap pertemuan, kami berdoa kepada Allah supaya terjadi perubahan hati.
Meskipun begitu, ini bukan saja pertanyaan mengenai menekuk. Setiap orang harus menekuk dalam kerendahan hati dan kasih. Orang-orang dari setiap gereja seharusnya bersedia untuk mati terhadap ego dan kekakuan mereka dan kemudian melalui kerendahan hati dan kepatuhan kepada kebenaran, maka kehadiran Kristus dapat bersinar dalam diri mereka. Saya percaya bahwa melalui perbuatan kasih dan kerendahan hati ini, kesalahan-kesalahan gereja di masa lalu dan sekarang dapat dihilangkan dan persatuan akan tercapai. Saya tidak pernah kehilangan harapan untuk mendekati kaum Orthodox dan inilah mengapa saya selalu kembali kepada mereka untuk memberikan kesaksian. Kesaksianku diberikan untuk mengingatkan kata-kata Allah : “semoga mereka menjadi satu dalam kita, sama seperti Engkau di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau sehingga dunia boleh percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku,” (Yoh 17 : 21). Dengan sikap seperti ini, meskipun ada halangan-halangan, beberapa kelompok ekumenis dibentuk di Athen dan Rhodes bersama imam Orthodox di dalamnya. Semua kelompok doa ini memulai dengan kegiatannya dengan berdoa Rosario baru doa-doa yang lainnya. Namun, bukan hanya penolakan saja yang saya dapatkan dari hirarki Orthodox karena alasan-alasan yang saya sebutkan di atas tadi namun Allah ternyata juga menyediakan beberapa imam Orhtodox untuk menjadi kawan saya.
Uskup Roma
Tuhan kita memberikan saya penglihatan interior tentang 3 batang baja yang melambangkan 3 tubuh utama umat Kristen, yakni Katolik, Orthodox dan Protestan, Allah memanggil kepala-kepala mereka untuk menunduk sehingga mereka dapat bertemu tetapi untuk bertemu mereka harus menunduk. Bagian ini berbicara mengenai sikap yang diperlukan untuk sampai pada persatuan yang dirindukan Tuhan karena doaNya kepada Bapa – “semoga mereka menjadi satu”. Bagian dari amanat-amanat HSDA ini tidak berpura-pura berbicara tentang persatuan pada level ontologis, yang mengindikasikan bahwa seharusnya tidak ada perbedaan-perbedaan yang sampai pada tingkat tertentu, beranekaragamnya kelompok Kristen telah menahan kebenaran yang Kristus anugerahkan kepada Gereja-Nya. Dan ini tidak benar bahwa saya mengklaim panggilan untuk rendah hati diantara saudara-saudara Kristen akan berimplikasi pada pendekatan pan-Kristen menuju persatuan dan bahwa persatuan seharusnya dimajukan melalui tawar-menawar kebenaran (seperti halnya pedagang, menjual dan membeli), yang mengarah pada levelling (pensejajaran) dan relativisme kebenaran. Sebaliknya, saya sering berbicara tentang pentingnya untuk tetap setia pada kebenaran dan bahkan lebih dari yang sering saya katakan, amanat-amanat tersebut bukan apa-apa melainkan suatu panggilan untuk hidup dalam kebenaran Kitab Suci di dalam Satu Wahyu yakni Kristus seperti yang dijelaskan di atas. Tulisan-tulisanku berisi banyak peringatan terhadap sikap berlawanan sampai pada penggambaran “ekumenisme palsu” seperti kuda Trojan yang memperkenalkan citra mati dari Kristus :
Figur ini dipulaskan dengan rupa-rupa warna, figur ini adalah para pedagang yang mencoba membuat kalian memuja dan mengikuti yang bukan Aku – ini adalah penemuan dari kemampuan manusia yang sesat untuk merendahkan konsep Kesucian dan Keilahian-Ku; ini adalah ekumenisme palsu; penentangan dari apa yang suci. Aku menderita karena dosa-dosa para pedagang ini (22.10.1990).
Banyak amanat-amanat mengenai persatuan tetap memegang 2 aspek vital ekumenisme ini : sikap spiritual yang menyatakan kerendahan hati dan kasih terhadap orang-orang Kristen lainnya bersamaan dengan pencarian kebenaran akan Kristus yang tidak bisa dikompromikan. Satu contoh adalah bagian dimana Bunda Perawan Maria berbicara mengenai struktur persatuan :
Kerajaan Allah bukan hanya kata-kata pada bibir, Kerajaan Allah adalah kasih, damai, persatuan dan iman dalam hati. Hal ini merupakan Gereja Tuhan yang bersatu dalam Kesatuan di dalam hati kalian. Kunci menuju Persatuan adalah : Kasih dan Kerendahan hati. Yesus tidak pernah mendorong kalian untuk saling memecahkan diri – perpecahan dalam Gereja-Nya bukanlah keinginan-Nya (23.09.1991).
Lebih lanjut dalam bagian yang sama, Yesus berbicara tentang kebenaran : “Pertahankanlah selalu kebenaran itu sampai mati. Kamu akan disakiti dari waktu ke waktu, tetapi Aku mengijinkannya hanya untuk membuat jiwamu murni dan patuh”. (amanat ini diulangi pada 05.06.1992, 25.09.1997, 22.06.1998 dll)
Saya beberapa kali mengadakan pertemuan dengan beberapa imam Katolik di Amerika Serikat dan Swiss khususnya mereka yang sangat liberal dan sangat anti Paus. Saya harus mempertahankan Kursi Petrus dan menjelaskannya bahwa saya mendapat amanat-amanat ini langsung dari Kristus, kemudian saya memperlihatkan mereka betapa kelirunya pikiran mereka itu. Akhirnya banyak dari para imam tersebut datang dan memberitahukan saya bagaimana mereka begitu menghargai klarifikasi-klarifikasi ini. Meskipun satu atau dua orang tidak setuju bahwa saya lebih Katolik dari orang Katolik sendir. Meskipun banyak amanat-amanat ini berisi persatuan yang berhubungan dengan persatuan antara gereja-gereja, ada juga beberapa amanat yang ditulis untuk para imam Katolik yang memberontak melawan Paus agar mereka kembali dan patuh kepada beliau. Inilah salah satu amanat itu :
Aku Tuhan tidak menginginkan adanya perpecahan dalam Gereja-Ku. Kalian, demi Nama-Ku, bersatulah dan di bawah Nama-Ku kasihilah Aku, ikutilah Aku dan berilah kesaksian demi Nama-Ku. Kalian harus saling mengasihi satu sama lain seperti Aku mengasihi kalian, kalian akan bersatu dan menjadi satu kawanan di bawah satu Gembala [5]. Aku, seperti yang kalian semua ketahui, telah memilih Petrus – memberikan dia wewenang. Aku, seperti yang kalian ketahui, telah memberinya kunci kerajaan surga. Aku telah meminta Petrus untuk memberi makan domba-domba dan anak-anak domba-Ku – menjaga mereka. [6] Wewenang ini diberikan oleh-Ku. Aku tidak ingin kalian mengubah keinginan-Ku ini. (19.03.1988)
Amanat lainnya yang berbicara tentang masa depan persatuan dikatakan lebih jelas sebagai berikut :
Aku akan menempatkan ke dalam tangan Petrus sebuah tongkat besi yang mana dia akan menjaga domba-domba-Ku dan bagi mereka yang tidak tahu dan masih bertanya pada dirinya sendiri ‘mengapa kami harus memiliki penuntun ?’ Aku berkata kepada mu – “apakah kalian pernah melihat atau mengetahui ada kawanan domba tanpa gembala ?” Akulah Gembala Surgawi kalian dan Aku telah memilih Petrus untuk menjaga anak-anak domba-Ku sampai kedatangan-Ku kembali. Aku telah memberi dia tanggung jawab ini, mengapa muncul segala perdebatan ini, mengapa ada argumen yang sia-sia ? Dan bagi mereka yang masih tidak mengetahui Sabda-sabda-Ku, Aku berkata kepada kalian untuk membacanya dalam Kitab Suci – hal ini dapat ditemukan dalam kesaksian Yohanes, Murid-Ku [7]. Aku akan menyatukan Gereja-Ku dan mengelilingi kalian dengan Lengan-Ku ke dalam satu kawanan, sebab saat ini, kalian semua tercerai-berai, mengembangkan begitu banyak komunitas, memecah belah bagian-bagian. Tubuh-Ku telah kalian robek dan ini TIDAK DAPAT TERJADI. Aku akan menyatukan kalian semua (16.05.1988)
Amanat-amanat lain yang berbicara tentang Paus sebagai Wakil Kristus atau Wakil Gereja sebagai berikut :
Berdoalah bagi seluruh Gereja. Jadilah dupa Gereja-Ku dan dengan cara ini kalian berdoa kepada mereka yang menyatakan Sabda-Ku, mulai dari Wakil yang mewakili-Ku sampai kepada para rasul dan nabi di era kalian, mulai dari jiwa-jiwa para imam-Ku dan rohaniawan hingga kepada kaum awam sehingga mereka dapat siap memahami bahwa kalian semua yang telah Kusebutkan merupakan bagian dari Satu Tubuh, yakni Tubuh-Ku (10.01.1990). (Referensi berikutnya terdapat dalam 01.06.1989, 02.03.1990, 10.10.1990, 10.10.1990, 18.03.1991, 20.04.1993, 20.12.1993, 15.04.1996, 22.10.1996, 20.12.1996)
Tulisan-tulisanku itu tidak berisi keterangan bagaimana peranan Petrus akan berhubungan dengan tahta kepatriakan lainnya, sehingga saya tidak dapat berbicara mengenai hal ini. Tetapi saya mengetahui bahwa Paus sendiri dalam surat ensikliknya “Ut unum sint” membuka ruang diskusi tentang hal tersebut :
Meskipun hal ini signifikan dan cukup membesarkan hati bahwa masalah primacy (keutamaan) Uskup Roma telah menjadi subjek studi yang sekarang sedang berjalan atau yang akan dipelajari mendatang. Hal ini demikian juga signifikan dan mendorong bahwa masalah ini muncul sebagai topik yang esensial bukan hanya dalam dialog teologis yang mana Gereja Katolik berhubungan dengan Gereja-gereja dan komunitas gerejawi lainnya namun juga lebih biasanya dalam gerakan ekumenis sebagai keseluruhan.
Akhir-akhri ini delegasi Komisi Iman dan Ordo Dewan Gereja-gereja Dunia yang mengadakan Sidangnya yang kelima di Santiago Compostela, merekomendasikan bahwa Komisi “memulai sebuah studi baru mengenai pelayanan universal dari persatuan umat Kristen”. Setelah berabad-abad mengalami kontroversi yang pahit, Gereja-gereja dan komunitas gerejawi lainnya lebih melihat secara segar mengenai pelayanan persatuan ini.[8]
Surat ensiklik yang sama menegaskan perlunya Timur dan Barat bersatu kembali, membolehkan perbedaan-perbedaan diantara dua Gereja pada saat melakukan persekutuan penuh (full communion) :
Dalam memandang semua ini, Gereja Katolik berkeinginan tidak kurang dari persekutuan penuh antara Timur dan Barat. Gereja menemukan inspirasinya dalam pengalamannya di milenium pertama ini. Dalam periode tersebut, memang, “perkembangan pengalaman yang berbeda-beda dalam kehidupan menggereja tidak mencegah orang-orang Kristen, melalui hubungan bersama, dari merasakan keyakinan bahwa mereka seperti di rumah bila berada di setiap Gereja, sebab mereka memuji satu Allah, melalui Kristus dalam Roh Kudus, yang membangkitkan mereka semua, dalam berbagai macam bahasa dan melodi yang indah sekali; semua berkumpul bersama merayakan Ekaristi, inti dan model bagi komunitas yang bukan hanya mengenai spiritualitas dan kehidupan moral, namun juga struktur Gereja itu sendiri, dalam berbagai bentuk penggembalaan dan pelayanan di bawah kepemimpinan Uskup, pengganti para Rasul. Konsili pertama merupakan contoh yang mengesankan bagi persatuan dalam perbedaan ini” [9]
Meskipun tulisan-tulisan ini tidak berbicara masalah struktur mengenai Timur dan Barat, namun ada banyak referensi mengenai pentingnya Gereja Timur. Dengan cara demikian, pentingnya peranan Petrus yang ditegaskan dan yang tak bisa dikompromikan itu didukung oleh amanat lainnya dengan suatu wawasan bahwa pembaruan spiritual dapat diinspirasikan dengan baik oleh Gereja Timur. Oleh karena itu, menjadi lebih jelas lagi mengapa Tubuh Kristus itu memerlukan 2 paru-paru agar bisa bernafas.- yakni kehadiran Gereja timur dan barat :
Gereja Barat, kalian telah menyadari melalui Cahaya Roh-Ku, bahwa tubuh memerlukan 2 paru-paru untuk bernafas dengan bebas, dan Tubuh-Ku tidak sempurna hanya dengan satu paru-paru; berdoalah semoga Roh Sang Pemberi Kehidupan-Ku akan menyatukan kalian bersama, tetapi apa yang harus Aku derita sebelumnya [10] (27.11.1996)
Dan pesan lain yang serupa :
Berdoalah agar Gereja timur dan barat bersatu kembali, seperti dua buah tangan yang bergandengan dalam doa, sepasang tangan yang serupa dan indah ketika disatukan bersama-sama, menunjuk ke arah surga ketika berdoa. Biarkan dua tangan itu ,yang memiliki dalam tubuh yang sama, bekerja bersama-sama dan berbagi satu sama lain kekayaan dan kemampuan…biarlah kedua tangan itu mengangkat Aku bersama-sama…(15.06.1995)
Amanat lainnya berbicara tentang peranan Timur dalam membawa dua Gereja bersama-sama kembali, mempersatukan Tubuh Kristus :
Dengar dan tulislah : kemuliaan akan bersinar dari bagian Timur – inilah mengapa Aku berkata kepada Gereja Barat : lihatlah ke arah Timur. Jangan menangis dengan pahit atas kemurtadan dan kerusakan dalam Rumah-Mu; jangan panik, karena esok kalian akan makan dan minum bersama-sama dengan semburan-Ku dari bagian Timur – Roh-Ku akan membawa kalian bersama-sama. Tidakkah kalian mendengar bahwa Timur dan Barat akan menjadi satu kerajaan ? Tidakkah kalian mendengar bahwa Aku akan menentukan satu tanggal ? [11]
Aku akan menggapai Tangan-Ku dan mengukir pada tongkat kata-kata ini : bagian Barat, Rumah Petrus dan semua mereka yang setia kepadanya; lalu, pada tongkat yang lain, Rumah Paulus, bersama-sama dengan mereka yang setia kepadanya. Dan ketika para anggota kedua Rumah itu berkata : “Tuhan, katakanlah apa yang Engkau maksudkan sekarang”, Aku akan berkata kepada mereka : “Aku akan mengambil tongkat yang Aku ukirkan nama Paulus bersama dengan mereka yang setia kepadanya dan menaruh tongkat Petrus dan orang-orang yang setia kepadanya menjadi satu. Aku akan membuat dua tongkat menjadi satu dan Aku akan memegang mereka menjadi satu; Aku akan mengikat mereka bersama-sama dengan Nama Baru-Ku; hal ini akan menjadi jembatan antara Timur dan Barat. Nama Kudus-Ku akan menghubungkan jembatan itu, sehingga mereka akan saling menukarkan kepunyaannya melalui jembatan ini – mereka tidak akan lagi menjalankannya sendiri, tetapi bersama-sama dan Aku akan memerintah atas mereka semua.
Apa yang telah Kurencanakan akan terjadi, dan apabila orang-orang berkata kepadamu putri bahwa tanda-tanda ini bukan berasal dari-Ku, katakanlah kepada mereka : “jangan takut – tidakkah kalian mendengar bahwa Dia adalah Tempat Kudus dan batu sandungan juga ? Batu dapat menjatuhkan kedua Rumah-Ku namun dari Batu pula bisa menghidupkan mereka kembali menjadi satu Rumah saja ?” (24.10.1994)
Sekali lagi, amanat ini tidak mengurangi peranan dan otoritas Petrus, tetapi menyoroti pentingnya agar bagian-bagian Tubuh Kristus dari Barat dan Timur bersatu sehingga Dunia boleh percaya.
Masa Depan Persatuan Gereja
Meskipun amanat tersebut menegaskan primat Petrus, Uskup Roma, yang dikenal baik dalam Tradisi Orthodox dan Katolik, namun amanat itu tidak berbicara mengenai masalah jurisdiksi. Saya percaya bahwa saya tidak dipanggil untuk berbicara tentang isu ini dan dengan demikian saya menahan diri untuk tidak menyoroti masalah ini.
Panggilanku ini adalah untuk menegaskan akan pentingnya Paus dan mempertahankan kursinya terhadap mereka yang cenderung melawan dan memberontak, di saat yang sama panggilan ini juga memberikan inspirasi bagi pembangunan dan penguatan struktur bagian dalam dari persatuan gereja itu. Pendekatan utama persatuan adalah bahwa persatuan itu terjadi melalui spiritualitas. Amanat ini merupakan panggilan untuk persatuan gereja baik secara intra nos (di dalam diri kita) maupun extra nos (diluar diri kita) – suatu panggilan untuk memperkuat dinamika spiritual dari persatuan baik di dalam gereja-gereja lokal maupun antara gereja-gereja tersebut.
Saya tidak tahu akan seperti apa struktur persatuan gereja di masa depan, sebagaimana Tuhan telah memilih untuk tidak berbicara mengenai masalah ini atau pun Dia tidak suka memberikan saya petunjuk mengenai hal ini tetapi saya percaya bahwa persatuan itu akan datang melalui spiritualitas dan saya percaya saya telah diberi tanda-tanda awal yang merupakan rahmat tentang persatuan gereja masa depan pada berbagai pertemuan ekumenis.
Pada bulan Maret 2000, contohnya, Tuhan mengijinkan persekutuan doa kami di tempat kelahiran-Nya Bethlehem. 450 orang dari datang jauh-jauh, dan ya, dari lebih dari 55 negera dan dari 12 gereja yang berbeda-beda datang ke pertemuan internasional tentang damai dan kasih. Kami berkumpul sebagai satu keluarga. Bersama kami ada 75 imam yang juga berasal dari 12 gereja yang berbeda-beda, tetapi ada juga imam dari Tanah Suci yang bergabung dalam pertemuan ini. Kegiatan ekumenis ini dikoordinasikan oleh beberapa orang Yahudi dan Palestina yang telah tersentuh amanat-amanat “Hidup Sejati Dalam Allah”. Mereka percaya pada penebusan Kristus dan rencana keselamatan-Nya di era ini dan mereka secara sukarela mengorganisasikan pertemuan ini. Ketika kita mengetahui bahwa saat ini bagaimana Palestina dan Israel saling baku hantam, sehingga rekonsilasi dalam pertemuan ini merupakan suatu tanda dari kekuatan Roh Kudus yang menyatukan dua negara ini untuk saling bekerjasama memujudkan pertemuan ini diantara orang-orang Kristen yang terpecah. Seperti yang dikatakan Kitab Suci : “Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai” (Yak 3 :18). Ini adalah pelajaran bagi kita semua.
Kami tinggal di sana dan merasakan akan seperti apa persatuan umat Kristen suatu saat nanti. Kami mendengarkan pidato dari para imam dari berbagai gereja yang berbeda-beda mengenai persatuan. Pidato mereka bergema seperti datang dari satu suara dan satu pikiran. Selama pembicaraan tersebut, kami merasakan keinginan besar kami untuk menjadi satu. Kami melihat dan mengamati para awam dan imam yang haus akan persatuan gereja. Di saat yang sama, kami merasakan pula luka-luka eksternal yang besar akibat perpecahan Tubuh Mistik Kristus ini.
Mayoritas dari kami begitu lelah terhadap perpecahan ini, sebab hal ini tidak sesuai dengan hukum kasih Allah kita. Sorak sorai dan tepuk tangan suka cita dari berbagai negara yang terikat bersama ini serta permohonon bagi persatuan utuh diantara umat Kristen tersingkap bahwa perpecahan bukan hanya suatu dosa tetapi juga anti kesaksian. Tetapi, dosa terbesar terhadap persatuan gereja ini adalah dengan adanya 2 tanggal paskah yang terpisah. Betapa indahnya ketika kita semua menangis bersama-sama : “Christos Anesti” dalam semua dalam satu suara. Kami semua berkata “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi di dalam surga….” Yesus Kristus menyatukan kita semua dengan darah-Nya, dengan demikian kita bisa menolak persatuan gereja ini ? “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya”. (Ef 2 : 14 – 15). Bagaimana kita dapat berkata “tidak” kepada Allah, apabila Dia menginginkan kita bersatu ? Mungkinkah itu karena hati kita telah mengeras ? Telahkah kita melupakan kata-kata Bapa Suci ketika beliau berkata : “Element-elemen yang mempersatukan kita jauh lebih besar daripada yang memisahkan kita” ? Jadi kita akan mengambil elemen-elemen itu dan menggunakannya untuk memperlancar jalan menuju persatuan yang utuh.
Ekaristi Suci dan pembagian ekaristik
Dalam katekismus Gereja Katolik mengacu pada St Agustinus dikatakan mengenai ekaristi sbb :
Karena keagungan misteri ini, Santo Agustinus berseru : “O Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta” ! Dengan demikian orang merasa lebih sedih lagi karena perpecahan Gereja yang memutuskan keikutsertaan bersama pada meja Tuhan; dengan demikian lebih mendesaklah doa-doa kepada Tuhan, supaya ketaatan kesatuan yang sempurna dari semua orang yang percaya kepada-Nya pulih kembali (KGK 1398).
Tuhan meminta kita untuk berekonsiliasi dan bersatu. Seperti yang dikatakan oleh seorang Kardinal Katolik baru-baru ini kepada seorang kawanku imam Orthodox dari New York yang menghadiri misa Kardinal di Roma, maka keyakinan saya bahwa adalah hal yang mungkin untuk mendapatkan kembali persatuan di sekitar altar Tuhan antara Katolik dan Orthodox, sebagaimana kita berbagi sakramen yang sama dan memiliki iman yang sebenarnya sama, sekalipun terbungkus dalam ekspresi iman dan ibadat yang berbeda-beda. Saya telah mengalami dari Cinta Tuhan yang dalam dan menyala akan keinginan-Nya untuk persatuan sempurna Tubuh-Nya dan percaya bahwa Dia sedang menderita akibat kurangnya kasih dan persekutuan kita. Oleh karena itu, saya tidak memiliki hasrat yang lebih besar selain melihat Tubuh-Nya bersatu kembali dan saya yakin bahwa kita, umat Kristen, apabila kita mencintai Yesus Kristus, harus melakukan semuanya semaksimal mungkin bekerja demi rekonsiliasi dari anggota-anggota Tubuh Kristus yang terpisah.
Sementara itu, saya pun tahu bahwa persatuan ini tidak datang dengan mudah dan hanya melalui mujizat Tuhan kita saja. Meskipun kita harus melalukan apa yang kita dapat untuk memajukan persatuan. Dia telah berjanji bahwa persatuan itu akan terjadi melalui karya Roh Kudus, seperti yang pernah saya katakan tahun 1992 lampau, persatuan akan terjadi tiba-tiba seperti jatuhnya tembok Berlin : “Kerahiman dan Keadilan sedang bekerja melalui tanda-tanda seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara banyak generasi, dan persatuan akan datang ke atas kalian seperti fajar dan itu akan tiba-tiba seperti jatuhnya komunisme – persatuan akan datang dari Allah dan bangsa-bangsa kalian akan menamakannya Mujizat Besar, Hari Terberkati dalam sejarahmu” (10.01.1990)
Gereja Kristus adalah satu dalam pengertian bahwa Kristus adalah satu dan hanya memiliki satu Tubuh Suci. Perpecahan gereja timbul akibat ulah orang-orang yang memecah-belah. Apabila umat Kristen dapat mampu mengatasi halangan-halangan negatif yang memisahkan mereka maka halangan-halangan itu yang menurut Kitab Suci berlawanan dengan penggenapan akan persatuan iman, kasih dan ibadat diantara kita, Bapa akan mendengar doa yang diucapkan oleh Putra-Nya, ketika Dia berkata : “Semoga mereka menjadi satu, sama seperti Engkau di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, sehingga dunia boleh percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku” (Yoh 17 : 27)
Sambil menunggu rahmat ini saya sebaik mungkin mengikuti prinsip-prinsip hubungan dan saya yakin untuk tidak melanggar hati nurani para anggota gereja-gereja. Dalam pertanyaan Konggregasi di atas, dikatakan sebagai berikut, “Kadang-kadang orang mendapatkan kesan dalam membaca karya-karya anda, tetapi anda berdiri di atas kedua Gereja tanpa memiliki komitmen kepada salah satunya…” Tidak ada bukti bahwa dalam amanat-amanat itu terdapat kesan bahwa saya berdiri di atas kedua gereja. Seperti yang Bapak tulis, hal ini terjadi nampaknya lebih pada tingkat praktis.
Sehubungan dengan praktek iman saya, saya adalah seorang Orthodox dan benar-benar menjalankan secara penuh ajaran Gereja saya. Dimana pun ada gereja Orthodox terdekat saya selalu mengikuti Misa hari Minggu, kecuali tidak ada sama sekali seperti di Dhaka Bangladesh tempat saya tinggal. Sebelum saya tinggal di Roma sekarang ini, saya tinggal 11 tahun di Swiss. Setiap minggu saya pergi ke Gereja Orthodox dan imam Yunani Lausanne, Fr Alexander Lossofides adalah saksi saya begitu juga mereka yang melihat saya secara teratur di Gereja tersebut kecuali kalau saya sedang bepergian. Di luar negeri, selama perjalanan saya untuk memberikan kesaksian bahwa dapat terjadi bahwa imam atau uskup Katolik yang mengundang saya berbicara telah memprogramkan Misa Suci untuk diikuti di tempat mereka sehingga saya harus bersama-sama orang-orang untuk mengikuti misa dan menerima Komuni Suci di sana.
Di sini di Roma, saya tinggal diluar pusat kota dan agak jauh dari Gereja Orthodox Yunani yang berada di pusat kota Roma. Memang ada Gereja Orthodox Slavic di Tre Fontane, yang sering saya hadiri tetapi saya tidak mengerti bahasanya. Sehingga saya membiarkan diri saya sesekali, karena setengah dari waktu saya adalah bepergian, untuk menerima Komuni Suci di Sanctuary Madonna del Divino Amore yang berjarak 3 km dari tempat saya. Saya percaya Konsili Vatican ke-2 mengijinkan saya untuk melakukan hal ini ketika hal ini diulangi dalam Katekismus Gereja Katolik yang berkata : “dengan demikian semacam persekutan “in sacris”, jadi dalam ekaristi, “bila situasi menguntungkan dan dengan persetujuan pimpinan gerejani, bukan hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan” (KGK 1399).
Dalam dekrit Orientarium Ecclesiarum Vatican II dikatakan : “Ketika umat Kristen Timur terpisah dalam iman yang baik dengan Gereja Katolik, dan mereka memberikan persetujuannya dan memiliki disposisi yang baik, mereka boleh menerima Sakramen Tobat, Ekaristi, Krisma.
Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik dikatakan :
Pelayan-pelayan Katolik dapat menerimakan sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja Timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lainnya, yang menurut pandangan Tahta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja timur tersebut di atas (Kanon 844.3)
Surat ensiklik Paus Yohanes Paulus 2 “Ut unum sint” melanjutkan pernyataan ini dengan mengacu pada Orientalum Ecclesiarum :
Dengan alasan ikatan sakramental yang dekat antara Gereja Katolik dan Gereja-gereja Orthodox, Dekrit tentang Gereja-gereja Katolik Timur Orientalum Ecclesiarum menyatakan sebagai berikut :
“Pengalaman pastoral menunjukkan secara jelas dengan menghormati saudara-saudara kita dari Timur maka seharusnya dapat diambil pertimbangan beberapa kondisi yang berpengaruh pada individu, yang mana persatuan gereja tidak terancam bahaya dan tidak juga mengandung risiko berat, melainkan keselamatan itu sendiri dan keuntungan jiwa-jiwa secara spiritual benar-benar mendesak. Oleh karena itu dalam memandang kondisi waktu, tempat, tokoh secara khusus, Gereja Katolik kerap kali menyesuaikan diri dan sekarang sedang menyesuaikan dengan kebijakan yang sedikit lunak, menawarkan segala cara keselamatan dan contoh kasih diantara umat Kristen melalui partisipasi dalam Sakramen-sakramen dan dalam objek-objek dan fungsi-fungsi lainnya” [12]
Mengenai hubungan dengan gereja-gereja Reformasi, banyak hal menjadi sedikit ruwet. Banyak orang-orang yang merupakan didikan Protestan yang membaca HSDA menjadi Katolik karena pilihan bebas mereka, utamanya karena topik seputar Ekaristi. Yesus tidak berbicara dalam amanat-amanat-Nya tentang validitas sakramen protestan, melainkan Dia mendesak Protestan sekali lagi untuk mencintai Bunda Yesus dan mengakui peranan Petrus :
Vassula, waktunya telah tiba untuk menyatukan Gereja-Ku. Marilah sekali lagi terkasih, datanglah dan bangunlah reruntuhan kuno ini, bangunlah kembali pondasi-Ku, pondasi yang Aku didirikan dengan tangan-Ku sendiri. Hormatilah Bunda-Ku seperti halnya Aku yang adalah Sang Sabda, menghormati dia atas segala-galanya. Tidakkah Aku menginginkan kalian, yang adalah debu dan abu, mengakui dia sebagai Ratu Surgawi dan menghormati-Nya ? Kesedihan-Ku saat ini ialah melihat betapa sedikitnya ciptaan-Ku yang mengetahui betapa pentingnya Bunda-Ku. Semua yang berada di bawah nama Luther dan yang memisahkan diri secara total harus kembali kepada Petrus (22.12.1987)
Dalam amanat lainnya, Kristus menegur mereka yang gagal melihat kebesaran misteri Ekaristi dan kehadiran Kristus di dalamnya :
….maka Aku katakan gereja-gereja yang para pendetanya tidak menerima Misteri-Ku : “sadarilah dan carilah Aku dengan sungguh-sungguh. Betapa marahnya kalian dan melawan Bunda-Ku. Semoga setiap ras mengetahui bahwa Tubuh dan Darah-Ku berasal dari Bunda-Ku. Ya, Tubuh-Ku berasal dari Perawan Suci, dari darah murni, terberkatilah Nama-Nya. Demi menyelamatkan semua orang yang rendah hati yang menyambut-Ku dan memberikan mereka hidup yang kekal, Aku menjadi Roti untuk memberikan diri-Ku kepada kalian; dan melalui Komuni ini Aku menyucikan semua yang menyambut-Ku, meng-ilahi-kan mereka untuk menjadikan tubuh mereka dari Tubuh-Ku, tulang dari Tulang-Ku (…) melalui Keilahiaan-Ku Aku meng-ilahi-kan manusia (..) sekarang ini Aku dihakimi oleh manusia; Kain[13] yang dapat menutupi kalian, menghiasi kalian dengan mulia, memberikan kalian metamorphosis (perubahan bentuk..red), menyucikan kalian malah ditolak oleh gereja-gereja itu yang tidak dapat memahami Misteri-Ku…hari ini sekali lagi Aku berteriak dari surga : “Saudara-saudara, mengapa kalian mengurangi Keilahian-Ku ? Bila kalian mengklaim bahwa kalianlah yang mengetahui apa yang benar, mengapa kalian merampas Gereja-Ku ? (…) Aku mengajak kalian untuk merayakan Misa dan mengambil bagian dari Misteri Ilahi yang dengan cara ini aku dirikan (…) Mereka menegaskan Kuasa-Ku, memproklamasikan kekuatan-Ku yang dasyhat, menyanyikan pujian-pujian kepada-Ku, mengakui Kemahakuasaan-Ku dan keajaiban-keajaiban-Ku tetapi Aku menjadi batu sandungan ketika kalian mengukur Kecemerlangan Keilahian dan Kehadiran-Ku dalam Ekaristi (16.10.2000)
Status Perkawinan
Lebih jauh lagi mengenai pertanyaan Bapak, Bapak mengatakan bahwa saya kadang-kadang menerima Komuni suci di Gereja Katolik Roma : “kepedulian kami terhadap para pengikut Katolik anda yang mungkin menginterpretasikan sikap-sikap ini dengan cara relativistik dan tergoda untuk mengabaikan kedisplinan gereja mereka sendiri”. Apabila menurut hukum Kanon yang saya kutip di atas membuktikan bahwa saya sejalan dengan hukum Kanon Gereja Katolik, maka saya tidak melihat adanya alasan bagi orang-orang Katolik untuk berekasi secara relativistik.
Saya sendiri tidak menyetujui perceraian dan tidak berusaha untuk mempromosikan doktrin pada umat Katolik bahwa re-marriage (pernikahan kedua…red) bagi orang-orang yang sudah bercerai seharusnya diijinkan. Perceraian dan pernikahan kedua-ku berlangsung sebelum pertobatan. Setelah pertobatanku di bawah terang amanat-amanat HSDA, saya menemukan bahwa situasi pernikahan saya tidak normal. Tetapi, tidak seorang pun tahu tentang situasi ini kecuali diri saya sendiri dan sekali lagi saya telah meminta maaf di depan umum. Saya menyesalkan situasi saya ini ketika kenyataanya tidak ada seorangpun mengetahui akan hal ini. Setelah menyadari kesalahanku, Saya mendekati pihak gerejaku di Lausanne dan menjalani proses pemulihan sesuai dengan peraturan pernikahan Orthodox. Dengan begitu saya kembali menjadi orang Orthodox di gerejaku dan seperti halnya orang Orthodox lainnya dan berdasarkan peraturan yang ada saya diijinkan untuk menerima Ekaristi di Gerejaku sendiri dan di Gereja Katolik sesuai dengan prinsip-prinsip yang saya jelaskan di atas tadi. Tidak ada satu pun cara dimana saya mengabaikan peraturan pernikahan Gereja Katolik. Sebagai informasi, saya melampirkan sertifikat nihahku dalam dokumen ini (lampiran 1)
Pertanyaan 3. Kebingungan terminologi tentang pribadi-pribadi dalam Trinitas Suci
Dalam awal tulisan-tulisanmu, seperti yang diamati dalam “Notifikasi”, ada beberapa kebingungan terminologi mengenai Pribadi-pribadi Trinitas Kudus. Kami yakin bahwa anda menganut ajaran Gerejamu. Apakah anda berpikir bahwa anda dapat membantu kami untuk mengklarifikasikan ungkapan-ungkapan tersebut ? Ketika berurusan dengan masalah iman, tidakkah lebih berguna untuk mengikuti terminologi resmi dari katekismus standar untuk mencegah kebingungan dalam pikiran para pembaca “Hidup Sejati dalam Allah” ?
Dalam memandang masalah ini, saya akan coba menjelaskan sebaik mungkin mengenai dilema bahasa, untuk mengingatkan Bapak bahwa saya bukan seorang teolog yang dapat mengekspresikan dalam bentuk teknis atau menerima kata-kata dari atas dalam terminologi resmi. Hal ini sudah jelas bahwa Tuhan telah mengekspresikan diri-Nya sendiri dalam cara yang dapat saya pahami dengan menyesuaikan diri-Nya pada saya. Dia tidak berbicara baik dalam teologi skolastik dan Dia tidak juga berbicara ketika Dia masih di bumi yakni : “Bapa dan Aku adalah Satu”, (Yoh 10 : 30) atau ketika St. Paulus menulis “Sebab Tuhan adalah Roh” (2 Cor 3 : 17) . Kepada Bernadette dari Lourdes, bahkan Maria berbicara dalam dialek lokal, yang bahasa Perancisnya tidak bagus. Bahkan dalam Kitab Suci, Saya telah mempelajari bahwa ada perbedaan yang nyata antara injil St Lukas dalam bahasa Yunani yang diperhalus dengan bahasa sederhana dari St. Markus. St. Catherine dari Siena, dalam dialognya, pernah menjelaskan : “Engkau adalah Penciptaku, Trinitas Abadi, dan aku adalah ciptaan-Mu. Engkau telah menjadikanku ciptaan baru dalam darah Putra-Mu” [14]. Untuk menyebut Kristus sebagai Putra Trinitas kedengarannya heterodox (sesat..red) tetapi kita mengambil bagian ini sejauh mungkin dalam pengertian yang baik…
Jadi hal ini sangat normal apabila Kristus menggunakan perbendaharaan kata-ku di awal amanat daripada bahasa seorang teolog. Kadang-kadang saya mengekspresikan kata-kata karena hubungan pribadiku dengan Allah dan mengucapkan apa yang saya telah rasakan dalam pengertian bahwa hal itu datang secara spontan tanpa refleksi kritis tentang bagaimana hal ini terdengar pada orang lain atau apakah kata-kata tersebut mungkin bisa disalahartikan. Untuk mengartikulasikan misteri-misteri ilahi ini terasa cukup sulit bagi saya, bahkan lebih-lebih lagi bagaimana orang seharusnya mengekspresikan misteri-misteri tersebut yang cocok dengan bahasa tradisional. Sebaliknya, para teolog mengunakan istilah yang telah diperhalus sekian lama.
Saya tidak tahu sama sekali bagian mana dari amanat-amanat terdahulu yang mengacu pada pertanyaan Bapak, tetapi saya dapat menduga bahwa pertanyaan tersebut berhubungan dengan Kristus yang dipanggil “Bapa”. Kristus adalah Putra Bapa. Dalam bagian tersebut, amanat-amanat ini tidak mengacu pada cara doktriner atau ontologis terhadap pribadi Kristus. Malah, hal ini merupakan bahasa yang penuh kasih sayang dan kebapaan, seperti halnya bahasa yang digunakan Yeus kepada para murid-muridNya : “Anak-anakKu…” (Yoh 13 : 33). Yesaya telah mendeskripsikan Mesias sebagai “Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal (Yes 9 : 5).
Dari awal mula saya tak pernah mencampuradukkan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kehadiran Kristus (sikap) bersama saya itu dilakukan dengan penuh kasih sayang kebapaan. Dalam satu amanat, ketika saya memanggil Yesus “Bapa” itu dikarenakan cara kebapaan yang Dia katakan kepada saya. Ini seperti halnya ketika seorang ayah menjelaskan dan mengajarkan hal-hal tertentu kepada anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang bagi perkembangan mereka. Ini adalah contoh kata-kata Kristus : “Bertumbuhlah dalam roh Vassula, bertumbuhlah, demi tugasmu menyampaikan semua amanat-amanat yang diberikan oleh Ku dan Bapa-Ku. Kebijaksanaan akan mengajar engkau.” Kemudian saya menjawab : “Ya Bapa !” Yesus merespon : “Betapa indahnya mendengar engkau memanggil aku “Bapa” ! Aku rindu mendengar dari bibir kalian kata ini : ‘Bapa’” (16.02.1987). Dalam Litani Nama Kudus Yesus, disebut bahwa Yesus : “Bapa dunia yang akan datang”. Rangkaian Litani pada Misa Pantekosta menyebut Roh Kudus itu “Bapa kaum miskin”. Aku memilih St. Symeon, seorang teolog dan orang kudus yang begitu baik dan penting bagi tradisi Orthodox saya untuk menunjukkan kepada Bapak beberapa kesamaan. Inilah yang dikatakannya : “Bagi mereka yang telah disapih, Dia (Kristus) memainkan peranan sebagai seorang Bapak yang mengawasi perkembagnan dan pertumbuhan Anak-anakNya”. (Theological Ethical Orations 4. 269-270).
Ada juga kritik yang mungkin mengacu pada amanat khusus di awal tulisan ketika Tuhan ingin mengajarkan saya persatuan Trinitas Kudus. Amanat yang mungkin dipertanyakan adalah : “Aku adalah Bapa dan Putera. Sekarang apakah kau mengerti ? Aku Satu, Aku Semua dalam Satu” (02.03.1987). Disini, Tuhan ingin saya memahami persatuan ontologis dan sempurna dari Trinitas Kudus: bagaimana tiga Pribadi itu tak terbagikan dan satu dalam kodrat secara utuh. Seperti halnya St.Symeon dalam Himne 45. 7-21 : “Tiga dalam satu dan satu dalam tiga…Bagaimana saya bisa tahu, Tuhan yang saya miliki adalah Allah, Penguasa dan Pelindung, Bapa, Saudara dan Raja…?” Secara bertahap bersamaan dengan waktu, terminologi tak resmi apa pun menjadi terkristalisasi sehingga apabila orang-orang menjadi bingung maka di kemudian hari hal ini akan menjadi lebih jelas.
Ingatlah bagaimana Paus Benedict XIV dulu memperhatikan bagian meragukan dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja dan Santo, dan menunjukkan bahwa :
….apa yang dikatakan dalam tulisan-tulisan itu harus diperhatikan dalam pengertian yang baik…pendapat yang tak jelas dalam suatu teks akan dijelaskan sebaliknya dalam teks yang lebih jelas…ikuti pikiran penulis, bukan dari kalimat yang khusus melainkan dari keseluruhan konteks tulisan itu; kebaikan seharusnya dihubungkan dengan kepelikan tulisan itu; penilaian mengenai pandangan orang yang tidak setuju seharusnya dibuatkan, bukan berdasarkan pandangan orang tersebut melainkan pada kemungkinan doktrin (Konstitusi pengantar dari index).
Dalam salah satu amanat yang paling awal, saya bercerita bagaimana Yesus bertanya kepadaku untuk “mendisain bagaimana Trinitas Kudus itu”. Saya mendeskripsikan dalam penglihatan cahaya. Kemudian suatu cahaya keluar dan kemudian keluar juga cahaya yang lain, membuat tiga cahaya. Saya kemudian berkomentar : “Ketika Putera di dalam Bapa, kemudian mereka menjadi satu. Trinitas Kudus adalah SATU dan sama. Mereka dapat menjadi 3 tetapi ketiga-tiganya dapat menjadi satu. Hasilnya adalah, satu Allah.” Setelah saya pelajari, pernyataan ini menggunakan istilah metaphor yang kembali ke Kredo Nikea yang mendeklarasikan bahwa Putera berasal dari Bapa sebagai “cahaya dari cahaya”. Citra ini sangat klasik dalam pemikiran Kristen. Sebagai contoh, Symeon sang teolog menulis “Sesuatu yang merupakan awal, sebelum segala abad, dilahirkan dari Bapa dan bersama Roh Kudus, Allah dan Sabda, tiga dalam kesatuan, tepat satu cahaya dalam tiga” (Himne 12,14-18).
Kadang-kadang Allah Bapa berbicara dan itu sudah jelas kepada setiap pembaca yang mengenal Kitab Suci bahwa memang Bapa-lah yang berbicara karena Dia selalu menyebutkan kata-kata seperti, “Anak-Ku Yesus” etc. Kemudian, hal ini dapat terjadi kemudian dalam hari yang sama bahwa Kristus memanggil saya untuk melanjutkan amanatNya dan berbicara. Sekali lagi, pembaca yang mengenal Kitab Suci akan memahami bahwa itulah Kristus yang berbicara sebab Dia akan berbicara tentang Luka-luka atau Salib-Nya. Karena amanat-amanat yang dimulai dengan e.g dengan Bapa, maka kemudian dilanjutkan dengan Putra, maka itu biasanya berisi kata-kata petunjuk “kemudian”. Apabila saya tidak meletakkan keterangan yang membantu pembaca maka hal ini disebabkan karena sudah cukup jelas dari kata-kata yang diucapkan-Nya siapa yang sebenarnya berbicara sehingga saya biarkan apa adanya kata-kata tersebut. Dari beribu-ribu pembaca saya tidak pernah menerima surat dari seseorang yang meminta klarifikasi pada subjek tersebut dan tidak ada seseorang pun yang datang kepada saya dan mengatakan bahwa mereka bingung. Hanya dua imam di AS yang membaca amanat tersebut dengan cara yang salah lalu mempublikasikan pandangan mereka dalam newsletter terus-menerus tanpa pernah bertemu saya.
Dalam satu bagian dalam tulisan Hidup Sejati dalam Allah, Kristus berkata : “Akulah Trinitas”. Disini Kristus mengidentifikasikan Diri-Nya dengan kodrat ilahi Trinitas yang adalah Satu. Kristus adalah salah satu dari Trinitas. Kristus berbicara sebagai yang ilahi karena hal ini adalah satu dalam kodrat, dikomunikasikan oleh masing-masing oleh ketiga pribadi tersebut.
Dalam salah satu bagian Hidup Sejati dalam Allah, Kristus pernah berkata : “Diberkatilah Engkau Anak-Ku, Aku, Bapa Sucimu mengasihimu. Aku adalah Trinitas Kudus, kemudian Dia menambahkan, Kau telah membedakannya dengan bagus. Aku membedakannya pada saat Yesus berkata Aku adalah Bapa Sucimu, Yesus yang berwujud “tiga”, seperti halnya gambar seseorang tetapi terbuat seakan mereka adalah tiga, satu keluar dari yang lain, semuanya serupa dan ketiga-tiganya sama. “Aku adalah Trinitas Kudus semuanya dalam satu” (11.04.1988) (Unique, tak terbagikan, satu esensi, satu substansi). Apabila seseorang melihat pada pernyataan pertama yang ditujukan pada Yesus, maka orang tersebut mungkin kaget bila Ia tidak sedang mengidentifikasikan DiriNya dengan Allah dan kemudian dengan seluruh Trinitas. Tetapi ketika orang tersebut melanjutkan membacanya maka jelaslah bahwa Dia memang tidak demikian.
Kristus mencoba mengajari saya kesatuan Trinitas Kudus, bagaimana Tiga pribadi itu tidak terbagikan dan benar-benar satu. Ke-satu-an Trinitas bukannya datang dari fakta bahwa tiga pribadi itu tidak terbagikan (seperti kawan-kawan yang tidak bisa dipisahkan) melainkan dari fakta bahwa setiap pribadi memiliki sifat ilahi yang unik dan dibedakan hanya dari hubungan antara mereka saja.
Dalam salah satu amanat Hidup Sejati dalam Allah, Kristus mengajari saya bagaimana Trinitas itu dikenal dalam setiap pribadi mereka sebagai yang Satu dan memiliki esensi yang sama : “….bukankah Aku Yang Berkelimpahan ? Bukankah Aku yang Maha Tinggi ? Maka yakinlah sebab engkau berada di dalam Tangan Bapa-Ku. Aku, Trinitas Kudus adalah Satu dan Sama (Substansi)….” (25.07.1989).
Agar hal ini dapat diekspresikan dalam tradisi Gereja Orthodox, maka mungkin berguna sekali lagi untuk merujuk ke buku Basil Krivoscheine tentang St. Symeon. Disini, kata-kata tentang Trinitas Kudus diekspresikan dengan lebih baik daripada yang saya ekspresikan. “Allah diluar jangkauan suatu nama. Dia adalah Trinitas, tetapi Satu dan Kesatuannya tidak dapat diekspresikan (hal 284). Dan dari St Symeon sendiri :
Apapun banyaknya nama yang kami panggil, Engkau adalah Satu wujud….Satu wujud ini adalah suatu kodrat dalam tiga hypostasis, satu Allah Kepala, satu Allah adalah Trinitas tunggal, tidak menjadi tiga. Mereka memiliki kodrat yang sama, satu kepada yang lain sesuai dengan kodratnya, secara keseluruhan memiliki kekuatan yang sama, satu esensi, bersatu tanpa membingungkan di luar pemahaman kita. Sebaliknya, mereka berbeda, terpisah tanpa adanya pemisahan, tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Hymne 45. 7-21).
Dalam amanat lainnya dalam HSDA, Kristus tetap berpengang teguh pada Ke-satu-an ilahi mereka : “Aku-adalah-Aku-Yang-Menyelamatkan, Aku adalah penebusmu, Aku adalah Trinitas Kudus semua dalam Satu, Aku adalah Roh Rahmat…” (28.07.1989)
Disini Yesus menceritakan kepada saya bahwa Dia di dalam Bapa bersama Roh Kudus, sama halnya Bapa dan Dia di dalam Roh Kudus. Dia, Putra, tinggal bersama-sama dalam Bapa bersama Roh Kudus. Kita mungkin ingat kata-kata Kristus : Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4 : 24). Kata-kata yang juga penting seperti yang St. Paulus katakan : “…Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3 : 17).
Orang tidak akan pernah menemukan Allah terpisah dari Putra atau Roh Kudus, tidak juga Putra terpisah dari Bapa dan Roh Kudus, tidak pula Roh Kudus terpisah dari kesatuan dengan Bapa. Dengan demikian, pernyataan seperti : “Aku adalah Trinitas Kudus semuanya dalam Satu”, dan pernyataan lainnya dalam amanat-amanat HSDA adalah serupa dengan pernyataan tadi. Sama halnya dengan amanat lain dari HSDA, saya tentukan seperti : “Putra ada di dalam Bapa. Mereka hanya satu. Trinitas Kudus itu satu dan sama : tiga pribadi tetapi Satu Allah : satu dan tiga” (24.11.1987).
Saya ingin menjelaskan terutama dua pernyataan yang sering muncul dalam tulisan HSDA. Kristus berkata “….jadilah satu sama seperti Trinitas Kudus adalah satu dan sama” (10.10.1989). Atau pernyataan lainnya : “Berdoalah sehingga Kawanan-Ku menjadi satu, seperti Aku dan Bapa adalah Satu dan sama” (29.03.1989).
Ada faktor yang sangat penting di sini. Ketika Kristus menggunakan kata “sama”, kata ini akan menjadi berbeda apabila kata tersebut diterjemahkan dalam bahasa Italia atau Perancis sebab artinya berubah, dan saya ingin menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam penerjemahan, tetapi saya tidak bisa bertanggungjawab akan hal ini. Dalam bahasa Inggris (yang merupakan bahasa asli dari tulisan-tulisan ini), kata “sama” tidak berarti “orang yang sama” melainkan “setara” dalam pengertian “kesatuan esensi atau substansi”.
Kemudian ada bagian-bagian kalimat ketika sebaliknya Trinitas Kudus berbicara dalam satu suara. Meskipun ini sudah sangat jelas. Sebagai contoh : “Tangisanmu yang mengerikan itu menembus surga, mencapai telinga Trinitas Kudusmu….Anak-Ku !” Suara Bapa, penuh suka cita bergema di seluruh Surga. Kemudian Sang Putra berkata : “Ah…Aku akan membuatnya menembus Luka-luka-Ku dan membuatnya makan Tubuh-Ku dan minum Darah-Ku. Aku akan menyertainya kepada-Ku dan dia akan menjadi milik-Ku selamanya. Aku akan menunjukkannya Kasih yang Aku miliki untuknya dan bibirnya akan segera haus akan Aku dan hatinya akan menjadi tempat istirahat kepala-Ku.”Dan Aku, Roh Kudus, akan turun atasnya dan mengungkapkan kebenaran dan kedalam Kami. Aku akan mengingatkan dunia melalui dia, bahwa semua karunia yang terbesar adalah kasih”. Dan kemudian Trinitas Kudus berbicara dengan satu suara : “Marilah Kita rayakan ! Biarlah surga merayakan” (22.12.1990)
Misteri Maha Kudus, ke-satu-annya dikombinasikan dengan sifat-sifat masing-masing dari ketiga pribadi yang berbeda-beda dan hubungan diantara mereka adalah salah satu misteri terbesar dari iman Kristen. Tetapi, fakta bahwa Trinitas adalah misteri yang tak terbatas seharusnya tidak membuat kita menyusutkan kembali dari memuji keajabannya dan menghindari membicarakan hal ini meskipun bahasa manusia tidak dapat mengekspresikan keindahan dan luasnya keesaan Trinitas tersebut. Karena misteri Trinintas Maha Kudus begitu sentral bagi iman kita yang berdiri di atas dan memancarkan sinar kepada misteri-misteri iman lainnya. Hal ini telah ditunjukkan dengan jelasnya dalam Katekismus Gereja Katolik :
Misteri Trinitas Maha Kudus adalah pusat misteri iman dan kehidupan Kristen. Ini adalah misteri Allah dalam DiriNya sendiri. Oleh karena itu, inilah sumber semua misteri iman lainnya, cahaya yang menerangi mereka. Ini adalah ajaran yang paling fundamental dan penting dalam “hirarki kebenaran iman” [15]. Seluruh sejarah keselamatan itu tidak lain dari sejarah jalan dan upaya yang mana Allah yang satu, Bapa, Putra dan Roh Kudus mengungkapkan dirinya kepada manusia “dan mendamaikan kembali dan menyatukan dengan DiriNya mereka yang berbalik dari dosa” [16] (KGK 234).
Pertanyaan 4. Protology dan Eschatology
Ada juga beberapa kesulitan mengenai protologi dan eskatologi. Dalam pengertian apa suatu jiwa memiliki “visi akan Allah” sebelum masuk ke dalam tubuh ? dan bagaimana anda membayangkan tempat Pentakosta baru dalam sejarah keselamatan dalam hubungannya dengan parousia dan kebangkitan orang-orang mati ?
Protologi : Saya tidak percaya pada bentuk reinkarnasi apa pun. Sebaliknya, tulisan-tulisan saya berbicara melawan reinkarnasi dan New Age. “Doktrin-doktrin setan ini mengajarkan kalian untuk percaya pada reinkarnasi, padahal tidak ada reinkarnasi, mereka memelihara penampilan luar suatu agama namun menolak kekuatan terdalamnya – yakni Roh Kudus dan Komuni Suci” (19.04.1992). Bagian yang Bapak acukan mungkin sebagai berikut :
…..kemudian, ditengah-tengah Cahaya yang mempesonakan ini, jiwamu akan melihat apa yang pernah mereka lihat dalam sekejap saja, yakni saat-saat penciptaanmu…Mereka akan melihat Dia yang memegangmu pertama kali dalam Tangan-Nya, Mata yang melihatmu pertama kali, mereka akan melihat Tangan Dia yang membentuk dan memberkatimu…mereka akan melihat Bapa yang Paling Lembut, Penciptamu…(15.9.1991)
Bagian di atas ini merupakan bahasa yang puitis dan mistis. Apa yang dikatakan di sini bukanlah cara dalam pra-penciptaan suatu jiwa. Amanat di atas ini lebih berbicara bagaimana Allah berbicara dan mengasihi setiap jiwa dari sejak seketika dia diciptakan. Saya percaya kita diciptakan dalam citra Allah dan kita memiliki jejakNya di kedalaman jiwa kita, itulah sebabnya mengapa manusia memiliki kerinduan natural akan Penciptanya yang hanya Dia-lah yang bisa memuaskan seperti yang dikatakan oleh St Agustinus : “Hati ini dibuat untuk Allah, hati ini tidak akan dapat beristirahat sampai kita beristirahan dalam Allah”. Hal yang penting yang saya maksudkan dalam berkomunikasi melalui kalimat tersebut adalah : Kita membawa citra Allah di kedalaman jiwa kita sejak dari saat penciptaan kita.
Eskatologi : Dikatakan bahwa saya menyarankan jenis milenarisme yang salah, ingin mendirikan ordo baru, suatu “Surga Baru dan Bumi Baru” yang bersifat jasmaniah sebelum Kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini suatu hal yang salah dan ini tidak dapat ditemukan di mana pun dalam amanat-amanat HSDA. Saya sadar bahwa Gereja Katolik telah mengutuk jenis milenarisme tersebut seperti yang tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik :
Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang, juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan “milenarisme”, tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah. (KGK 676).
Ada banyak bagian-bagian dengan istilah sebagai berikut : Surga Baru dan Bumi Baru, juga Pentakosta Kedua atau kadang-kadang Pentakosta Baru dalam amanat-amanat HSDA ini tetapi istilah-istilah tersebut harus dipahami secara metaporis. Penyadaran terhadap istilah-istilah tersebut tidak akan ditemukan dengan mengakhiri sejarah kita saat ini sebelum Kedatangan-Nya yang Kedua membentuk kekuasaan Allah yang kedua kali. Kata-kata tersebut mengekspresikan harapan terbesar bahwa Kristus akan memperbaharui kita dari dalam dengan kekuatan Roh Kudus. Hal ini merupakan kebangkitan kembali iman dan pembaruan gereja yang kita rindukan. Dan buah yang kita harapkan dari pembaruan ini adalah kesembuhan skisma dalam Tubuh Kristus. Paus Yohanes XXIII sudah memimpikan pembaruan ini ketika beliau berdoa bagi Pentakosta Kedua : “O Roh Kudus….perbaharuilah mujizat-mujizatmu di era ini seperti halnya Pentakosta Kedua.” Dan juga Paus kita sekarang Yohanes Paulus II telah memakai istilah ini pada beberapa kesempatan, seperti dalam suratnya kepada Fr. Joseph Chalmers, Kepala Biara Saudara-saudara Maria Perawan dari Gunung Carmel, tanggal 08.09.2003 : “….Saya memohon agar rahmat ilahi berlimpah padamu. Sama seperti Pentakosta kedua, semoga Roh Kudus turun atasmu dan menerangimu sehingga kamu dapat menemukan kehendak Bapa Surgawi yang Murah Hati itu. Dalam cara ini kamu akan dapat berbicara kepada laki-laki dan wanita dengan cara yang dikenal oleh mereka dan efisien”. (lih Kis 2 : 1 – 3).
Sama halnya, tulisan-tulisan saya berbicara dalam bahasa metaporis tentang kebangkitan iman sehingga Tuhan dapat menaikkan Tahta-Nya dan membangun Kerajaan-Nya di dalam jiwa kita : “Datang dan belajarlah : Surga Baru dan Bumi Baru akan datang ketika Aku akan mengenakan Tahta-Ku dalam dirimu, karena Aku akan memberikan kalian air dari sungai kehidupan secara cuma-cuma kepada setiap orang yang haus” (03.04.1995, lih Wah 21 : 6).
Saya percaya pembaruan yang dijanjikan kepada kita telah dimulai dan melalui rahmatlah bahwa Kemurahan Hati Allah di atas kita agar Roh Kudus-Nya dapat dicurahi kepada semua manusia seperti sebelumnya dalam sejarah kita dan pertumbuhannya akan berlanjut seperti Rahmat di era kita yang bersinar pada kita seperti sinar matahari yang menyembuhkan kita.
Tuhan lebih suka untuk menunjukkan kepada saya keadaan iman umat Kristen di era sekarang. Keadaannya tercela dan inilah yang paling bisa dikatakan oleh orang-orang. Banyak dari amanat-amanat ini dipenuhi dengan duka yang mendeskripsikan kemurtadan yang telah berlangsung dalam dunia Kristen. Tetapi Tuhan memberi kita harapan, dengan berbagi kepada kita bahwa akan ada pembaruan, transfigurasi dan kebangkitan melalui aksi Roh Kudus. Haus akan Allah akan diberikan oleh rahmat melalui Roh Kudus. Ini beberapa kutipannya : “Roh Kudus-Ku akan mengangkat kalian keluar dari kemurtadan besar ini untuk mempersatukan kalian, kejahatan era kalian akan meninggalkan kalian sebab dengan Tangan-Ku sendiri Aku akan membuka kain kafan kematianmu untuk mengenakan kepada kalian pakaian pernikahan…” (20.10.1990). “Aku akan membuat seluruh ciptaan menjadi baru, Aku akan memperbarui kalian semua dengan Roh Kudus-Ku.” (27.06.1991).
Tulisan-tulisan saya tidak berbicara kapan ini akan terjadi atau dalam jangka kapan Tuhan akan dapat membangun kerajaan-Nya seperti yang kita harapkan dan doakan ketika kita berdoa Bapa Kami : “Datanglah Kerajaanmu”. Saya percaya hal ini sudah dimulai dalam diri kita dan perkembangannya akan selalu terkait dengan kerjasama dan kehendak baik kita. Saya percaya bahwa pembaruan telah dimulai tetapi itu berlangsung dengan lambat seperti gelombang di laut yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun juga.
Pentakosta Baru atau Pentakosta Kedua adalah harapan untuk pembaruan kita. Hal ini adalah pencurahan Roh Kudus yang akan memperbarui segenap ciptaan. Dalam HSDA peristiwa ini dibandingkan dengan Wahyu 21. Di sini adalah amanatnya :
Datang dan pelajarilah : surga baru dan bumi baru akan terjadi ketika Aku akan mengenakan mahkota-Ku pada kalian karena Aku akan memberi kalian air dari sungai kehidupan secara cuma-cuma pada siapa pun yang haus. Maka ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk menarik kalian ke dalam kerajaan-Ku dan ke dalam hidup kekal. Biarkanlah iblis tidak bisa memenangkan kuasa atas kalian supaya mati…Ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk menanami tanah kalian dan membuat Firdaus bumi pada kalian. Biarkanlah Roh Kudus-Ku membuat bumi baru untuk memakmurkan tanah kalian sehingga bumi pertama kalian yang merupakan lahan iblis terkikis. Baru kemudian sekali lagi Kemuliaan-Ku akan bersinar dalam diri kalian dan semua benih ilahi yang ditaburkan di dalam diri kalian melalui Roh Kudus-Ku akan memancar dan bertumbuh dalam cahaya ilahi-Ku (…) maka ijinkanlah Roh Kudus-Ku untuk merubah jiwa kalian ke dalam surga yang lain, yakni bumi baru dimana Kami (Trinitas) akan membuat rumahmu di dalam kalian….
(Pertanyaanku) Bagaimana dengan surga baru ?
Bumi baru ? Mereka pun akan berada dalam kalian ketika Roh Kudus-Ku akan memerintah kalian dalam kesucian. Roh Kudus-Ku akan bersinar dalam kegelapan kalian seperti matahari di angkasa, sebab Sabda-Ku akan diberikan kepada kalian untuk mengekspresikan pikiran dan kata-kata seperti yang Aku inginkan kalian untuk berpikir dan berbicara. Segala sesuatu yang diekspresikan akan sesuai dengan Citra dan pikiran-Ku, semua yang kalian kerjakan akan sesuai dengan kehendak kami sebab Roh Bapa-Ku akan berbicara dalam diri kalian. Dan alam semesta baru kalian akan berjalan bersama dengan Roh Kudus-Ku untuk menaklukkan sisa bintang-bintang (simbol untuk orang-orang) demi Kemuliaan-Ku dan mereka yang tidak mengikuti Hukum-Ku akan disingkirkan seperti bayangan yang lewat ke dalam kegelapan, yang tidak pernah mengetahui harapan dan kesucian yang Aku sediakan buat era kalian.
Surga baru akan terjadi ketika Roh Kudus-Ku akan dicurahkan kepada kalian semua dari atas Surga yang paling tinggi. Ya, Aku akan mengirim Roh Kudus-Ku dalam diri kalian untuk membuat surga baru dari jiwamu sehingga dalam surga baru ini aku boleh dimuliakan dengan hebat…dan seperti halnya jalan bagi mereka yang menerima Roh Kudus-Ku akan diluruskan begitu pula kegelapan dan kesuraman juga akan diberi penerangan dan dipulihkan kembali ke dalam bintang-bintang terang yang menyinari kegelapan mereka selama-lamanya. Segera, bumi dan surga ini akan hilang sebab kemuliaan Tahta-Ku akan bersinar di dalam kalian semua (03.04.1995)
Seperti yang Bapak lihat, ini semua hanya bahasa perumpamaan yang bersifat simbolik dan juga bersifat puitis untuk mendeskripsikan pembaruan. Saya telah menjelaskan kepada orang-orang bahwa mereka sepatutnya tidak menunggu kejadian-kejadian sensasional sebab Allah bekerja dengan lebih berhati-hati meskipun bahasaNya bisa ekspresif dan penuh kuasa. Banyak peristiwa, seperti Pentakosta baru, seharusnya tidak diharapkan seperti nyala api yang kelihatan di atas kepala kita atau yang serupa. Ketika Allah beraksi Dia melakukannya dengan cara yang lembut dan hati-hati sehingga banyak orang yang mengharapkan peristiwa sensasional terjadi bahkan tidak akan segera memperhatikannya.
Pertanyaan 5. HSDA sebagai gerakan ?
Apa identitas riil dari gerakan “Hidup Sejati dalam Allah” dan apa saja yang dibutuhkan oleh para pengikutnya ? Bagaimana hal itu terstrukturisasikan ?
Hidup Sejati dalam Allah bukanlah suatu gerakan melainkan suatu panggilan apostolik
Hidup Sejati dalam Allah bukanlah suatu gerakan, tidak pula ia mempunyai kantor. HSDA hanyalah panggilan untuk rekonsiliasi dan persatuan bagi setiap orang apa pun mereka itu. Panggilan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang Kristen namun juga menarik perhatian orang-orang non Kristen dan mereka yang ingin menjadi Kristen. Setelah membaca Hidup Sejati dalam Allah, beberapa orang Yahudi, Muslim, Budha, Hindu dibaptis meskipun spiritualitas HSDA ini adalah kontemplatif trinitaris dan sangat berilham Kristen. Kristus berdoa kepada Bapa dan berkata : “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka” (Yoh 17 : 20). Jadi melalui rahmatlah, Allah sedang membuka banyak pintu. Sebagai contoh, sejak dari awal saya diberitahu bahwa karya apostolik ini akan terjadi.
Allah akan memberimu damai dan kekuatan-Nya ketika saatnya akan datang untuk menunjukkan amanat-amanat ini. Allah ingin engkau memberikan amanat-amanat tersebut kepada setiap orang…(malaikatku berbicara tanggal 06.08.1986). Engkau tidak perlu takut. Engkau akan bekerja untuk Yesus Kristus. Engkau akan menolong orang lain untuk berkembang dalam spiritualitas…(malaikatku 06.08.1986). Ketika engkau dipenuhi oleh Roh Kudus-Ku maka engkau akan dapat menuntun orang lain kepada-Ku dan engkau akan menghasilkan .…(Yesus berbicara 05.09.1986) Dengan memanggil engkau dengan cara ini Aku bermaksud untuk memimpin orang-orang lain pula, untuk mereka semua yang telah meninggalkan-Ku dan tidak mendengarKu, oleh sebab itulah maka panggilan ini berbentuk tulisan…(Bapa Surgawi 18.11.1986).
Para rahib budha dari Hiroshima juga mengetahui amanat-amanat ini dan mengundang saya untuk berbicara di kuil mereka. Uskup Katolik juga ada di sana. Pada saat itu adalah peringatan bom atom. Mereka diperdengarkan amanat-amanat Kristen seluruhnya; kemudian saya menawarkan mereka sebuah kalung Rosario yang besar untuk digantungkan pada dinding tempat mereka bermeditasi dan patung Bunda Fatima juga ditaruh di pekarangan mereka.
Orang Yahudi yang membaca amanat-amanat HSDA minta dibaptis dan salah satu dari mereka menerjemahkan volume pertama HSDA dalam bahasa Ibrani. Amanat-amanat tersebut sekarang ada di penerbit. Mereka semua tinggal di Israel.
Akhir-akhir ini, Bangladesh menginginkan saya untuk berbicara pada orang-orang di Dhaka di suatu lapangan terbuka. Mereka mengundang Imam untuk membuka pertemuan dengan doa dan banyak orang muslim ikut ke sana. Orang-orang yang hadir adalah perwakilan hindu, budha dan imam-imam Katolik. Amanat-amanat yang disampaikan seluruhnya amanat Kristen (diambil dari HSDA). Amanat sentral dan penting yang saya sampaikan adalah mengungkapkan Allah sebagai Kasih, lalu saya juga berbicara agar kita berdamai dengan Allah dan sesama, terus kita harus hidup rukun dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Setelah pertemuan selesai, dua orang Muslim ingin menjadi Kristen dan akhirnya dibaptis. “Aku ingin semua bangsa mendengar Sabda-sabda-Ku. Aku akan menginstruksikan engkau dan memberitahukan kemana engkau harus pergi…” (10.01.1987).
Ajaran-ajaran kontemplatif
Tulisan-tulisan inspiratif ini mengajarkan para pembaca untuk mengenal Allah dan memahamiNya. Banyak orang percaya kepada Allah namun tidak mengenal Allah, jadi amanat-amanat ini mendorong kita untuk memiliki hubungan yang akrab dengan Allah yang menuntun kita pada persatuan dengan-Nya. Bersatu melalui Roh Kudus, dalam Kristus, umat beriman diajak untuk hidup dengan mencontoh kehidupan Kristus.
Kitab Suci berkata : Beginilah firman Tuhan : janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut : bahwa ia memahami dan mengenal Aku (Yer 9 : 23 – 24).
Pembentukan persekutuan-persekutuan doa
Tulisan-tulisan “Hidup Sejati dalam Allah” mengajarkan kita untuk mempraktekkan doa yang sederhana namun berasal dari hati dan mengubah hidup kita ke dalam doa-doa yang tak putus-putusnya yaitu hidup secara kekal dalam Allah dan Allah di dalam kita. Namun amanat HSDA ini juga memanggil kita untuk membuat persekutuan doa juga di seluruh dunia. Karena orang-orang di lebih 60 negara mengatur pertemuan agar saya bisa memberikan kesaksian maka pada umumnya negara-negara tersebut juga telah memiliki persekutuan-persekutuan doa. Sebagai contoh, di Perancis ada 48 persekutuan doa ekumenis yang diinspirasikan oleh Hidup Sejati dalam Allah. Di Brasil yang merupakan negara besar, ada lebih dari 300 persekutuan doa ekumenis. Setiap persekutuan doa apakah mereka itu Orthodox, Lutheran, Anglican atau Baptis, mereka memulainya dengan berdoa Rosario bersama.
“Betapa Aku rindu akan hari ini ! Ketika Aku akan mengirim kepadamu semua manusia, mereka akan belajar mengasihiKu dan lebih memahami-Ku; Kebijaksanaan akan berbagi kekayaan-Nya dengan semua orang….” (Yesus berbicara pada tanggal 25.01.1987).
Dianjurkan adanya Ketaatan kepada ajaran-ajaran Gereja
Dalam membaca tulisan-tulisan ini maka orang harus belajar bagaimana taat kepada Gereja. Saya memberitahukan orang-orang “bahkan bila mereka mengusirmu keluar dari Gereja, maka mendakilah lewat jendelanya dan jangan pernah meninggalkan Gereja”. Amanat-amanat ini mengajarkan kita untuk mengunjungi Sakramen Kudus dan bersama Yesus dalam adorasi. Amanat ini juga mengajari kita untuk mengikuti sakramen-sakramen Gereja dan menjaga Tradis, belajar untuk menyangkal diri, pertobatan, puasa dan mempraktekan sakramen tobat. Amanat ini juga menarik kita untuk lebih giat menghadiri Misa Suci setiap hari bila memungkinkan. Amanat ini juga menjelaskan betapa pentingnya Sakramen Ekaristi.
“Melalui Komuni ini Aku menguduskan semua yang menerima-Ku, meng-ilahi-kan mereka untuk menjadi daging dari daging-Ku, tulang dari tulang-Ku. Dengan mengambil bagian Aku, Aku yang ilahi, engkau dan Aku menjadi satu tubuh saja, secara spiritual bersatu, kita menjadi keluarga, karena Aku dapat mengubahmu menjadi allah partisipasi. Melalui keilahian-Ku Aku menguduskan manusia….”
(Yesus berbicara pada tanggal 16.10.2000)
Aktivitas : Rumah-rumah derma yang dijalankan oleh para pembaca
Pada tahun 1997, setelah saya diberi penglihatan oleh Bunda Maria, pada saat saya berdiri di luar Gereja Nativity di Bethlehem, saya mendengar Bunda berkata bahwa makanan rohani saja tidak cukup, sehingga orang-orang harus memikirkan mereka yang miskin dan memberi mereka makan. Segera ketika itu saya mengumumkan hal ini kepada persekutuan doa kami dan banyak orang secara sukarela membantu saya membuka rumah-rumah derma untuk memberi makan orang-orang miskin. Rumah-rumah itu disebut “Beth Myriams”. Rumah ini terdapat satu di Bangladesh, empat di Venezuela, tiga di Brazil, dua di Filipina, satu rumah yatim piatu di Kenya dan segera akan dibuka di Puerto Rico, satu di India, satu di Romania dan satu rumah yatim piatu di Ukraina. Saya melampirkan beberapa informasi tentang rumah-rumah ini (lampiran 2). Semua karya kasih ini dilakukan atas dasar kesukarelaan. Beth Myriam berjalan hanya dari sumbangan. Rumah-rumah ini didirikan atas inisiatif lokal tanpa ada struktur yang saling berhubungan. Rumah-rumah tersebut berjalan secara mandiri dan dijalankan oleh anggota-anggota persekutuan doa yang bekerja melayani orang-orang miskin. Mereka berkembang bukan hanya untuk memberi makan orang-orang miskin namun memberikan juga pelayanan kesehatan, pakaian dan pendidikan untuk anak-anak kecil. Terakhir, mereka dijalankan atas semangat doa yang berkesinambungan dan mereka bersifat ekumenis.
Dirikanlah Beth Myriams dimana saja kamu bisa. Bantulah yang menderita dan yatim piatu, lindungilah Aku, selamatkanlah Aku dari hidup menggelandang, berilah Aku tempat, berilah Aku makan, kurangilah beban dan rasa lelah-Ku, dukunglah Aku dan berilah Aku semangat; apa yang kalian lakukan kepada yang kecil dari angkatan ini, kalian lakukan pula kepada-Ku….Aku memberkati para pendukung-Ku, semoga mereka tetap murni dan saling mengasihi. Aku bersamamu…(Yesus berbicara tanggal 27.03.2002)
Panggilan untuk evangelisasi
Beberapa pembaca HSDA yang tersentuh akan merasakan bahwa mereka dapat menjadi saksi-saksi di seluruh dunia untuk membantu menyebarluaskan Kabar Baik ini. Menjadi instrumen yang patuh dari Roh Kudus yang memberikan mereka rahmat akan Sabda-sabda Allah dan pengertian akan iman akan menjadikan mereka mampu untuk pergi dan bersaksi ke seluruh dunia dan mengajak orang-orang untuk mengikuti hidup penuh doa dan mengajarkan mereka membuat persekutan-persekutuan doa. Tujuannya adalah membuat orang mengubah hidup mereka dan hidup dengan doa yang tak putus-putusnya. Beberapa persekutuan doa di Dhaka pergi ke desa-desa Muslim dan membacakan amanat-amanat Allah. Banyak dari kaum muslim di sana yang percaya dan ingin memeluk agama Kristen.
“Aku akan membuat masing-masing kalian menjadi Obor Hidup dari Tungku Kasih. Hormatilah Aku sekarang dan sebarluaskanlah amanat-amanat ini dengan kasih untuk kasih” (27.01.1989)
Devosi kepada Perawan Maria
Hidup Sejati dalam Allah menjadikan kita anak-anak dari Bunda Allah karena Hati Tak Bernoda-Nya tidak pernah terpisah dari Hati Kudus Yesus melainkan bersatu sempurna dalam Diri Kristus. Bunda Kita adalah pendukung kita dan kita tahu akan hal ini. Dan siapa pun yang bergabung dengan persekutuan-persekutuan doa baik itu Protestan, Kalvinis atau orang-orang lain, semua diajari untuk menghargai Bunda Kita, Para Kudus dan berdoa kepada mereka.
“Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Hati-Ku melebur dan menyukai selalu Hati-Nya ? Bagaimana dapat Hati ini yang melahirkan Raja-Mu menolak segala sesuatu yang Dia minta kepada-Ku ? Semua orang beriman memberkati Hati-Nya karena dengan memberkati Hati-Nya maka kalian memberkati Aku” (25.03.1996)”
Asosiasi Hidup Sejati Dalam Allah
Apabila di beberapa negara ada asosiasi-asosiasi HSDA maka ini hanya untuk tujuan resmi, dalam hubungannya untuk mendukung evangelisasi dan menerbitkan buku-buku-buku. Bila kita menemukan asosiasi di beberapa negara maka ini pun untuk mentaati hukum lokal. Sebagai contoh : membuka PO BOX dengan nama HSDA. Tetapi saya tak pernah berpikir untuk membuat gerakan. Buku-buku HSDA diterjemahkan dalam 38 bahasa dan saya tidak menerima royalti kecuali dari penerbit PARVIS sebagai editor seperti yang tertulis dalam peraturan-peraturan mereka. Uang ini pun digunakan untuk karya-karya amal, untuk menutupi biaya buku-buku dan biaya perjalanan di negara-negara dunia ketiga dimana mereka tidak bisa menanggungnya.
Kegiatan-kegiatan lainnya
Setiap dua tahun, para sukarelawan dari persekutuan-persekutuan doa membantu saya untuk membuat simposium internasional tentang ekumenisme. Pada saat yang bersamaan kami juga mengadakan ziarah. Sampai saat ini 4 dari kegiatan ini telah dilaksanakan. Kegiatan yang paling besar adalah pada tahun 2000 di Tanah Suci (ketika pada saat yang bersamaan Bapa Suci berada di sana juga), dimana 450 orang datang dari 58 negara. Bersama kami ada sekitar 75 imam dari 12 gereja yang berbeda. Tahun ini kami sedang mencoba untuk mengadakannya di Mesir.
Semua dalam semua, Aku mengasihi Rumah Allah dan di atas segalanya Aku mengasihi Dia. Aku berutang kepada-Nya karena rahmat-rahmat yang Dia berikan kepada-Ku. Dia bahkan berkata kepadaku : “Aku telah memberikan kepadamu dengan cuma-cuma maka berikanlah pula kepada mereka secara cuma-cuma”. Jadi inilah yang saya coba lakukan; Saya meneruskan amanat-amanat ini dengan cuma-cuma kepada siapa pun yang ingin mendengar.
Sekali lagi saya berterima kasih kepada Bapak karena telah mengijinkan saya untuk memberikan penerangan pada pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan tulisan-tulisanku dan kegiatan-kegiatanku. Di web site www.tlig.org Bapak bisa mendapatkan informasi. Dengan penuh kebaikan, saya mengirim salam kepada Yang Mulia Kardinal Joseph Ratzinger, Yang Mulia Mgr. Tarcisio Bertone dan Mgr. Gianfranco Girotti, juga Yang Mulia dari Konsul Konggregasi Ajaran Iman, bahwa saya berterima kasih kepada mereka semua karena telah memberikan saya kesempatan ini untuk menjelaskan karya saya. Saya berharap telah melakukan karya ini sesuai dengan yang diharapkan. Saya bersedia untuk menjawab secara lisan maupun tulisan apabila ada pertanyaan lagi. Dan saya bersedia untuk menerima saran-saran yang Bapak berikan untuk mengklarifikasikan beberapa ungkapan/ekspresi yang terkandung di dalam buku-buku HSDA. Bilamana perlu saya dapat menambahkan beberapa klarifikasi dalam edisi terbaru buku-buku saya nanti. Dengan ini, saya mengucapkan salam dan doa kepada Bapak,
Yang terkasih dalam Kristus,
Vassula Ryden



1 Aku mendengar pada waktu bersamaan kata “pemahaman”
[2] Kitab Suci
[3] Fr. Marie-Eugène, O.C.D.. I am a daughter of the Church, Vol. II, Chicago, 1955. p. 283
[4] Meskipun dalam buku kami tentang doktrin Gereja Orthodox, Buku 1, diterbitkan tahun 1997 oleh Mr Trembleas hal.79, dikatakan : “Wahyu didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil oleh Allah yang mana Dia memberitahukan kepada mahluk ciptaannya secara logis tentang misteri keberadaan, sifat dan kehendak-Nya sesuai dengan kapasitas intelektual mereka…”
[5] Paus
[6] Yoh 21 : 15 - 17
[7] Yoh 21 : 15 - 17
[8] Surat Ensiklik Ut Unum Sint dari Bapa Suci Yohanes Paulus 2 tentang Komitment Ekumenisme No 89
[9] Surat Ensiklik Ut Unum Sint dari Bapa Suci Yohanes Paulus 2 tentang Komitment Ekumenisme No 61, mengacu pada Surat Apostolik Oriantale Lumen (2 Mei 1995), 24 : L’Obsservatore Romano, 2 – 3 Mei 1995, 18 : loc.cit., 4
[10] Aku mengerti pada saat yang bersamaan “apa yang hari kami derita sebelumnya!” kata “kami” ditujukan untuk Paus Yohanes Paulus 2 bersama dengan Yesus.
[11] Aku mengerti bahwa Kristus mengacu apda semua amanat-amanatNya mengenai persatuan, memanggil kita semua untuk menyatukan tanggal paskah. Hal ini sendiri nampaknya untuk “menenangkan” Dia dan memuaskan dahaga-Nya demi persatuan. Kristus berjanji kepada kita bahwa apabila kita menyatukan tanggal paskah, Dia akan melakukan sisanya.
[12] Surat Ensiklik Paus Yohanes Paulus 2 tentang komitmen Ekumenisme 58.
[13] Nama Simbolis untuk Kristus
[14] St. Catherine of Siena’s Dialogo della Divina Providenza no.167. Bagian ini dikutip oleh Breviarium dalam bacaan kedua untuk bulan tanggal 29 April.
[15] Petunjuk Katekismus Umum 43
[16] Petunjuk Katekismus Umum 47

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...