Tampilkan postingan dengan label Conversion [Kembali ke Roma]. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Conversion [Kembali ke Roma]. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 November 2010

Anglicans defect to Rome

 THE Catholic Church will announce this week that 50 Anglican clergy are defecting to Rome following the Church of England's moves to introduce women bishops. Photo: Bishop of Ebbsfleet Andrew Burnham likes pointy hats but not women clergy. Photo: AP

Archbishop Vincent Nichols, the head of the Catholic Church in England and Wales, will disclose on Friday the Vatican's plan to welcome the departing priests, including five bishops.

Hundreds of Anglican churchgoers will join them in the Ordinariate - a structure introduced by the Pope to provide refuge for those disaffected with the Church of England. The number of departing worshippers is predicted to double as the new arrangement begins to take shape. The Right Reverend Andrew Burnham, the Bishop of Ebbsfleet, said clergy were dismayed at the liberal direction of the Church of England and the way traditionalists had been treated.

''There's only a certain amount of time you can accept being described as the National Front of the Church of England,'' he said. ''We're seen as out of date for not accepting women's ministry as equal, but the debate concentrates on sociology rather than theology.''

The bishop accused the church of repeatedly breaking promises to make proper provision for opponents of the ordination of women.

The Archbishop of Canterbury, Rowan Williams, complained last year that the Pope's offer to disaffected Anglicans had put him in an ''awkward position''. He went further last month, saying he was ''very taken aback that this large step was put before us without any real consultation''.

The invitation was made last year after secret meetings between the Vatican and some Anglican bishops.

TELEGRAPH

15 Nov 2010
Source:http://www.theage.com.au/world/anglicans-defect-to-rome-20101114-17soh.html

Minggu, 06 September 2009

10 Biarawati Gereja Episkopal AS Bergabung ke dalam Gereja Katolik

*) Menegaskan Apresiasi Mereka akan Orthodoksi dan Persatuan Gereja Katolik

BALTIMORE, Maryland, AUG. 31, 2009 (Zenit.org).- Hari Kamis, sebuah komunitas biarawati Episkopal dan pemimpin mereka akan diterima masuk ke dalam Gereja Katolik oleh Uskup Baltimore AS.

Sepuluh suster dari Serikat Saudari Dina dari Orang-orang Suci akan diterima ke dalam Gereja oleh Uskup Agung Edwin O’Brien bersama dengan Pastor Episkopal Rm.Warren Tange, berita ini dilaporkan oleh media keuskupan Baltimore kamis lalu.

Menghabiskan waktu selama tujuh tahun dalam doa dan kecermatan sikap, para suster tersebut akhirnya tertarik terhadap iman Katolik khususnya aspek orthodoksi dan persatuan.

Kepala biara dari komunitas yang berlokasi di Catonsville itu, Bunda Christina Christie, menegaskan bahwa setelah mempelajari ajaran Katolik selama dua tahun, para suster itu “sangat bergairah” karena penerimaan mereka menjadi Katolik.

Di kapel biara mereka, para biarawati tersebut akan menerima sakramen krisma dan akan memperbaharui janji mereka yakni kemiskinan, kesalehan dan ketaatan.

Pemimpin mereka, Rm.Warren Tange, juga akan masuk menjadi anggota Gereja pada saat bersamaan, meskipun dia masih bergumul apakah ada kemungkinan dia dapat menjadi imam Katolik.

Bunda Christina menegaskan, “Kami merasa Allah membimbing kami ke arah ini dalam waktu yang lama”.

Pernyataan yang disampaikan dari komunitas tersebut adalah bahwa banyak dari mereka merasa kesulitan akibat adanya perubahan kebijakan dalam gereja Episkopal, termasuk masalah legitimasi pentahbisan imam wanita, pentahbisan uskup homoseksual dan masalah-masalah lain yang secara moral sangat lemah.

Seorang biarawati yang lain, Suster Mary Joan Walker, mengatakan. “Kami tetap berpikir bahwa kami masih dapat membantu dengan menjadi saksi orthodoksi”.

Kepala biara tersebut menjelaskan, bahwa ternyata usaha mereka “tidak membantu sebesar harapan mereka itu akan terjadi dalam Gereja Episkopal.”

Kepala biara itu lantas berujar bahwa: “Orang-orang yang tidak mengenal kami lantas melihat kami seakan-akan kami sepakat dengan apa yang sedang terjadi dalam Gereja Episkopal; dengan tetap setia dan tidak melakukan apa-apa, lalu kami mengirimkan pesan yang menyatakan bahwa pandangan mereka tidak benar.

Para suster tersebut mengakui bahwa beberapa dari teman mereka di Gereja Episkopal merasa disakiti oleh keputusan mereka meninggalkan gereja episkopal, yang kemudian menuduh para suster tersebut meninggalkan perjuangan untuk mempertahankan orthodoksi dalam gereja mereka.

“Kami tidak begitu,” lanjut Suster Emily Ann Lindsey. “Kami melakukannya dalam aspek yang berbeda saat ini.”

Kepemimpinan Paus

Dalam ketidaknyamanan atas beberapa isu tertentu dalam gereja mereka, para suster tersebut menghabiskan banyak waktu untuk melakukan penelitian atas berbagai kelompok pecahan Espiskopal, begitu juga terhadap denominasi Kristen lainnya. Pada akhirnya, para suster tersebut menyadari bahwa mereka secara tanpa paksaan tertarik ke dalam Gereja Katolik.

“Ini adalah karya besar dari Roh Kudus,” ujar Bunda Christina.

Saat ini, bertahun-tahun setelah mempelajari Konsili Vatikan Ke-2 dan ajaran-ajaran Gereja lainnya, para suster tersebut menegaskan bahwa ajaran-ajaran tersebut bukan lagi halangan untuk diatasinya.

Pada awalnya konsep infalibilitas paus adalah isu yang sangat sulit bagi sebagian para suster tetapi sekarang para suster tersebut menegaskan bahwa Paus menjalani sebuah otoritas yang tidak ada dalam Gereja Episkopal.

“Persatuan yang Kristus maksudkan dapat dijumpai dalam Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus, “ ujar mereka.

“Persatuan adalah isu yang tepat diantara semua isu ini, “ ujar Suster Catherine Grace Bowen. “Ini adalah daya dorong yang utama.”

Meskipun ada dua orang biarawati yang memutuskan untuk tidak menjadi Katolik, namun mereka akan tetap hidup bersama komunitas tersebut dan bekerja bersama-sama dengan para suster lainnya.

Para biarawati tersebut mendedikasikan hidup mereka untuk berdoa, memberikan layanan retret, mengunjungi orang-orang yang ada dalam perlindungan sosial serta membuat kartu-kartu bernuansa religius.

Komunitas yang tetap memelihara tradisi dengan memakai pakaian hitam panjang dan penutup kepala berwarna putih ini merupakan cabang komunitas yang berasal dari Inggris. Cabang AS inilah yang ada di Baltimore sejak 1872, melayani orang-orang miskin dalam area mereka sebagai bagian dari karisma panggilan mereka untuk membantu sesama.

Sumber: Permalink: http://www.zenit.org/article-26730?l=english

*) Diterjemahkan oleh Leonard T.Panjaitan

Senin, 29 Oktober 2007

Anglicans Come Home

TAC-VATICAN Oct-25-2007 (480 words) xxxi
Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan

Anggota Gereja Anglikan Tradisional memohon persatuan penuh dengan Gereja Katolik

By Catholic News Service


DUBLIN, Irlandia (CNS) Jemaat dari tiga paroki Gereja Irlandia telah bergabung dengan Anglikan tradisional dari 12 negara lain dalam rangka memohon agar Gereja Katolik menerima mereka ke dalam komuni [persatuan] penuh.

Apabila disetujui Vatikan, perpindahan ini akan membuat 400.000 umat Anglican tradisional seluruh dunia diakui ke dalam Gereja Katolik.

Keputusan untuk membuat petisi bagi perpindahan untuk “pencarian penuh, keabsahan, persatuan sakramental” tersebut dibuat selama sidang paripurna di awal Oktober dari Persekutuan Anglican Tradisional [Traditional Anglican Communion], komunitas ini merupakan payung organisasi bagi umat Anglikan tradisional, berada di Portsmouth, Inggris. Perpindahan, yang dibuat dalam sebuah surat kepada Vatikan, akan berdampak pada komunitas paroki tersebut diterima dalam Gereja Katolik.

Hal ini sangat jarang sekali terjadi bagi seluruh komunitas Anglikan untuk mendapatkan persatuan secara sah dengan Gereja Katolik dimana setiap anggota jemaatnya menjadi Katolik dan secara efektif jemaat tersebut menjadi bagian dari Gereja Katolik.

Di Vatikan, pejabat resmi di sana tidak mau berkomentar tentang surat tersebut meskipun mereka menegaskan bahwa konggregasi ajaran iman dan doktrin telah menerima surat tersebut.

Sementara itu Dewan Kepausan untuk Peningkatan Persatuan Kristen merupakan lembaga utama Vatikan untuk pembicaraan masalah persatuan dengan Persekutuan Anglikan, Konggregasi Ajaran Iman berhubungan dengan situasi dimana mantan imam Anglikan ingin menjadi imam Katolik dan beberapa kelompok mereka bersama-sama juga ingin menjadi anggota Gereja Katolik. Keadaan individu-individu Anglikan yang ingin menjadi Katolik Roma dipertimbangkan sebagai masalah nurani dan bukannya sebuah issue dalam dialog ekumenis kedua agama tersebut.

Paus Benediktus XVI dan pejabat tinggi Vatikan telah menyatakan harapan mereka bahwa Persekutuan Anglican dapat menemukan sebuah struktur yang dapat membuat umat Anglican bersatu dimana pada saat bersamaan memperkuat iman dan warisan doktriner yang mereka bagikan kepada Gereja Roma Katolik agar dapat melanjutkan usaha-usaha menuju persatuan penuh antara Gereja Katolik dengan Gereja Anglican.

Persekutuan Anglican Tradisional menggambarkan dirinya sebagai asosiasi Gereja-gereja Anglican yang bersifat orthodox di seluruh dunia, dan bekerja untuk mempertahankan iman dan melawan sekularisasi yang melanda Gereja tersebut.

Ritus tradisional dari Gereja Irlandia [Anglican] lahir tahun 1991 setelah Majelis Uskup Gereja Irlandia [House of Bishops of the Church of Ireland] memutuskan mentahbiskan wanita menjadi imam. Umat Anglican tradisionalis mencela pergerakan tersebut sebagai “defiasi dalam Kitab Suci dan tradisi”.

Jurubicara ritus tradisional tersebut menolak berkomentar lebih jauh, dan menegaskan bahwa keputusan telah dibuat “bukan untuk diwawancarai pada tahap ini”. Di samping Irlandia, jemaat Anglican tradisional ini berada di Afrika, Amerika Utara, Asia dan Australia.

Setelah Gereja Episkopal Amerika Serikat memutuskan pada tahun 1976 untuk mentahbiskan wanita menjadi imam, beberapa mantan imam Episkopal dan umat awam lalu mencari persatuan penuh dengan Gereja Roma Katolik.

Vatican menetapkan “ketentuan pastoral” khusus untuk mengatur gerakan di AS dari mantan klerus Episkopal yang ingin melayani sebagai imam di Gereja Katolik Roma. Ketentuan tersebut juga menetapkan pedoman “khusus Anglikan” untuk paroki-paroki Katolik, dimana Vatikan mengijinkan mantan jemaat Episkopal tersebut mempertahankan beberapa bentuk liturgi Anglican dan tradisi spiritualitasnya.

Selasa, 23 Oktober 2007

Sang Profesor Kembali Ke Roma

SANG PROFESOR KEMBALI KE ROMA

By Yoseph Kristianto

Kept1-11/01/1106

Begitu membaca buku “Roma Rumahku” (ROME Sweet Home) karangan Scott & Kimberly Hahn, hati saya tergerak untuk menyebarkan informasi yang ada di dalam buku Kesaksian ini kepada sahabat-sahabat saya di KEP angkatan I. Sahabat-sahabat saya di KEP Angk.I mungkin ada yang sudah mendengar atau membaca buku tersebut dan saya mencoba untuk mengambil saripati dari buku Dahsyat (hanya prespektif Scott Hahn yang saya tuliskan di sini) ini untuk menambah informasi dan pengetahuan keimanan Katolik, dimana hal tersebut harus terus tertanam dan bertumbuh.

Saya mulai dengan memperkenalkan sang pengarang, Scoot Hahn adalah seorang Profesor Teologi yang lahir dari keluarga Protestan dan dibaptis sebagai umat Presbyterian[1] . Semua karya Martin Luther dan Johannes Calvin telah dipelajarinya sehingga menumbuhkan kayakinannya yang kuat sebagai seorang yang anti Katolik. ”Aku berusaha memperbaiki dan membebaskan orang-orang Katolik yang terikat pada karya-karya non-alkitabiah, legalisme pembenaran. Luther meyakinkan aku bahwa orang Katolik percaya mereka telah diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan mereka tetapi Alkitab mengajarkan pembenaran oleh Iman saja, Soal Fide.”(hlm 9).

Begitu besar sikap antinya terhadap Katolik sehingga Scott menyetujui pernyataan bahwa Paus adalah sang anti –Kristus dan bahwa Gereja Roma adalah wanita pelacur dari Babilon (hlm.42). Serangan demi serangan dilancarkan oleh Scott terhadap Katolik dan iapun sengaja menyebarkan ajaran-ajarannya kepada para mudika Katolik secara terencana. ”Aku sengaja mengambil sasaran orang-orang Katolik Roma karena kasihan dan keprihatinan atas kesalahan-kesalahan dan kepercayaan takhyul mereka”. (hlm.23). Semua Ajaran Katolik menjadi sasaran utama seorang Scoot sampai akhirnya ia tiba dipersimpangan jalan untuk menerima Dogma dan doktrin Gereja Katolik pada tahun 1986 (lebih cepat 5 tahun dari rencananya untuk menerima Katolik sebagai agamanya).

Apa saja ajaran Katolik yang menjadi sasarannya untuk diserang yang pada akhirnya ia terima dan sekaligus kita umat Katolik mendapatkan tambang emas pengetahuan akan iman kita. Hal yang diungkapkan oleh Scott sebenarnnya telah diajarkan oleh bapa-bapa Gereja[2] dan kembali dimunculkan kembali Professor Scott Sang Detektif Alkitabiah.

1. Kontrasepsi

Hal pertama yang menjadi awal pemikiran Scott Hahn adalah masalah kontrasepsi yang ingin diangkat oleh istrinya Kimberly sebagai bahan pendalaman masalah moral di sekolah seminari teologi Gordon Conwell. ”Kontrasepsi? Itu sebuah pilihan pada tahun yang lalu, tetapi tidak seorang pun memilihnya. Itu benar-benar masalah orang Katolik” (hlm 43). Buku Karangan Jhon Kippley yang berjudul Sex dan Perjanjian Nikah, terbitan Liturgical Press menjadi pegangan Kimberly untuk mengupas masalah Kontrasepsi. ”Orang ini Katolik! Pengikut Paus! Apa yang dilakukannya dengan membajak gagasan Protestan mengenai perjanjian? Aku ingin tahu apa yang hendak dikatakanya dalam buku ini” (hlm 45)

Kippley berpendapat bahwa setiap perjanjian mengandung suatau penetapan di mana perjanjian itu disahkan dan diperbarui : dan bahwa penikahan adalah penetapan perjanjian. Pada saat nikah perjanjian diperbarui. Allah menggunakannya untuk memberi suatu kehidupan baru. Membarui perjanjian nikah dan menggunakan alat pencegah kelahiran untuk menghancurkan kemungkinan tumbuhnya suatu kehidupan baru adalah sebanding dengan menerima Sakramen Ekaristi dan kemudian meludahkannya ke tanah. Perjanjian nikah mencerminkan kuasa kasig yang luar biasa yang memberi kehidupan dalam perjanjian dalam cara yang khas (hlm 45). Pada saat Allah menciptakan manusia laki-laki dan wanita perintah pertama yang ia berikan pada mereka adalah agar mereka jadi subur dan bertambah banyak. Ini untuk mencerminkan Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus, tiga dalam satu pribadi, keluarga Ilahi. Jadi ketika dua orang menjadi satu dalam perjanjian nikah, di mana kesatuan mereka menjadi begitu nyata sehingga sembilan bulan kemudian mereka harus memberinya sebuah nama! Anak merupakan perwujudan dari keutuhan perjanjian itu.”Aku mulai menyadari bahwa setiap kali aku dan Kimberly melakukan tindak suami –istri kami melakukan sesuatu yang suci. Dan setiap kali kami merintangi kuasa kasih yang memberi hidup dengan kontrasepsi, kami melakukan sesuatu yang profan.” (memperlakukan sesuatu yang suci dengan biasa-biasa saja berarti mencemarkannya, demikian didefiniskan) (hlm 46). ”Aku mulai tergoda. Gereja Katolik Roma dengan gagah berani dan integritas berdiri sebagai satu-satunya golongan agama di dunia yang mengajar kebenaran yang tidak populer ini. Gereja Katolik ternyata masih melakukan sesuatu yang benar.” (hlm.47).

2. Baptisan Bayi

Kembali ke asrama beberapa orang temanku mulai membicarakan ”baptisan ulang”. Dengan cepat kami semua telah bertumbuh dalam iman dan bersama-sama menghadiri persekutuan setempat. Pendetanya-seorang pembicara yang mempesona mengajar bahwa kami yang dibaptis ketika masih bayi tidak pernah benar-benar dibaptis. ” Aku mengangkat bicara, Tidakkah kalian pikir kita sendiri perlu mempelajari Alkitab untuk memperoleh keyakinan apakah ia telah berbicara benar” (mengenai baptisan bayi) (hlm 24).

Scott dalam studinya mendalami dan mengkhususkan studinya pada gagasan perjanjian dengan Allah, mendapat usulan dari guru alkitabnya untuk mangambil topik baptisan bayi sebagai tugas risetnya. Dalam risetnya Scott mempelajari setiap kitab perjanjian dan membuatnya menjadi jelas. ”Untuk selama dua ribu tahun, dari zaman Abraham hingga kedatangan Kristus, Allah menunjukkan pada umat-Nya bahwa Ia menghendaki bayi-bayi mereka berada dalam ikatan perjanjian dengan diri-Nya. Cara melakukkannya sederhana : beri mereka tanda perjanjian” (hlm 26) Dan pada perjanjian baru Scott menemukan sebuah perikop dari Injil Matius, ”Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 19:14). Dan di Kisah para Rasul tertulis ”Bertobatlah dan hendaklah kami masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Krsitus untuk pengampunan dosa-dosamu dan kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu...,” (Kis 2:38-39). ” Dengan perkataan lain, Allah masih menginginkan anak-anak di dalam perjanjian dengan diri-Nya” (hlm 27) Hal ini mengejutkan Scoot bahwa Gereja Katolik sudah melakukan baptisan bayi sejak semula. Hasil risetnya diinformasikan kepada teman-temannya, yang hasilnya ialah mereka tidak ingin mendengarnya apalagi membicarakannya.


Aku merasa tidak enak karena aku terus mempelajari hal tersebut” (hlm 27).

3. Liturgi

Aku cukup mendalami pengertian bahwa, ”bila sesuatu itu dari Roma (artinya Katolik Roma), itu pasti salah”. Tetapi nyatanya, aku mulai merasa pentingnya liturgi bagi perjanjian terutama bagi orang-orang Ibrani. Liturgi mewakili cara Allah menjalankan fungsi kebapaan-Nya dalam keluarga perjanjian dan memperbarui perjanjian-Nya secara berkala. (hlm 73-74).

Gagasan demi gagasan telah ditemukan Scott dari hasil penyelidikannya dan ia berpikir bahwa telah menemukan gagasan baru, yang ternyata gagasan tersebut telah diketahui lebih dulu oleh Bapa-bapa Gereja awal. Aku tiba pada beberapa pertanyaan : ”Mengapa Gereja kami begitu berpusat pada gembalanya? Mengapa pelayanan kebaktian kami bergitu berpusat pada khotbah? Dan mengapa khotbah-khobatku tidak benar-benar disusun untuk mempersiapkan umat Allah menyambut Komuni”? (hlm 75). Scott kembali dalam hal ini mengkaitkan dengan apa yang menjadi keahliaannya mengenai Perjanjian dengan Allah. ”Aku sudah menujukan kepada jemaat Gerejaku bahwa satu-satunya saat di mana Kristus menggunakan kata Perjanjian adalah ketika Ia mengadakan perjamuan Ekaristi, atau komuni”.

Gagasan yang dilontarkan oleh Scott mendapat pertanyaan dari jemaatnya, Scott, tidakkah engkau berpendapat bahwa menerima komuni setiap minggu akan menjadi suatu rutinitas yang berlebihan? Pada akhirnya, kebiasaan akan menumbuhkan rasa tak hormat.” Dalam hal ini Scott menjawab pertanyaan jemaatnya dengan sebuah pertanyaan pengandaian : ” Baik izinkan aku bertanya padamu mengenai ini . Apakah engkau memilih untuk membarui perjanjian nikah dengan istrimu empat kali setahun ? Setidaknya, itu mungkin menjadi suatu rutinitas, dan kebiasaan menumbuhkan rasa tak hormat”. Dan diluar dari gagasan Scott saya mengutip jawaban atas pertanyaan umat kepada Romo Pidyarto (dalam bukunya ”Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab”, jilid 4), bahwa kita harus menghindari paham yang kurang tepat ini, menerima komuni setiap minggu bukanlah suatu rutinitas belaka yang menghilangkan nilai kesuciannya, akan tetapi kita lebih melihat penerimaan tubuh Kristus dalam segi Kualitas bukan Kuantitas. Atau lebih jelasnya dalam Denzinger-Schonmetzer (DS)[3] dikatakan ”Maka kurban itu bukan hanya kurban pujian dan syukur, atau semata-mata pengenangan saja akan kurban salib, tetapi kurban pelunas sendiri” (DS 1751; 1753).

Dan semenjak gagasan Scott diterima oleh jemaatnya, maka bersama jemaatnya merayakan komuni setiap minggu dan menjadi titik puncak pelayanan ibadat Gerejanya. ”Membaca surat kepada orang-orang Ibrani dan Injil Yohanes membuat aku melihat bahwa liturgi dan sakramen –sakramen adalah bagian yang penting dari Kehidupan Keluarga Allah”. (hlm 77).

4. Paus

Ketika Scott memberikan pelajaran mengenai seluruh isi Alkitab kepada mahasiswanya, seorang murid bertanya, ”Bagaimana gambaran keluarga sedunia ini?”

Aku menggambarkan sebuah piramida besar di papan, dan menerangkan, ”seperti suatu keluarga besar yang meliputi seluruh bumi, dengan berbagai figur bapa pada setiap tingkatan yang ditunjukan oleh Allah untuk menyampaikan kasih dan hukum-Nya pada anak-anak-Nya.” Seorang murid Katolikku memberi komentar dengan lantang. ”Piramida itu mirip sekali dengan Gereja Katolik, dengan Paus di puncaknya.”

Oh tidak ,” Scott segera menanggapi. ”Apa yang aku berikan kepadamu adalah penawar terhadap ajaran Katolik.” Aku sungguh percaya atau setidak-tidaknya mencoba untuk percaya. ”Di samping itu, Paus adalah seorang diktaktor: Ia bukan seorang bapa. Akan tetapi semua muridnya sermpak berkata ’tetapi Paus[4] itu bearti bapa.” Dan secara legawa Scott mengakui bahwa, ”Oke, jadi orang-orang Katolik benar lagi dalam hal yang lain. Aku dapat mengakuinya , meski aku takut.” (hlm 79).

Murid-muridnya dalam jam makan siang mengadakan pemilihan suara, dan menghasilkan suara bulat, bahwa mereka berpendapat Scott akan menjadi seorang Katolik Roma. ”Aku tertawa-agak gelisah,. ITU GILA! Rasa dingin mengalir naik turun ditulang belakangku” (hlm 80).

Hal terpenting dalam pembahasan adalah mengenai Paus (jabatannya secara Alkitabiah) dan Infalibilitas5[5].

Dalam perjalanannya menuju York Steak House bersama Dr.Gerstner (seorang ahli teologi Calvin didikan Havard dengan keyakinan anti Katolik yang kuat dan memberikan stigma bahwa Gereja Katolik adalah Sinagoga setan), Scott mendapat pertanyaan dari Gerstner mengenai dasar alkitabiah mana yang ia temukan untuk Paus. Bagaimana jawaban Scott terhadap pertanyaan tersebut yang dibahasnya secara alkitabiah. Saya akan menyalinnya secara utuh dari jawaban Scott, sebagai berikut

Dr.Gerstner, Anda tahu bagaimana Injil Matius menekankan peran Yesus sebagai Putra Daud dan Raja orang Israel, yang diutus Bapa untuk meresmikan berdirinya Kerajaan Surga? Aku Percaya bahwa Matius 16:17-19 menunjukan pada kita bagaimana Yesus mendirikannya. Ia memberi Simon tiga hal : pertama, nama baru Petrus (batu karang); kedua , Ia berjanji untuk mendirikan di atas Petrus; dan ketiga,

kunci dari Kerajaan Surga. Aku temukan yang ketiga ini sangat menarik.

”Ketika Yesus berbicara mengenai ’kunci Kerajaan’, Ia mengacu pada ayat Perjanjian Lama yang penting, Yesaya 22:20-22, dimana Hizkia pewaris takhta Daud dan Raja orang Israel di zaman nabi Yesaya, mengganti Perdana Menterinya yang lama Shebna dengan Elyakim. Setiap orang dapat berkata yang mana dari anggota kabinet yang menjadi Perdana Menteri baru karena ia diberi ’kunci kerajaan’. Dengan mempercayakan ’kunci Kerajaan’ kepada Petrus, Yesus memberi kuasa Perdana Menteri untuk mengatur Gereja sebagai Kerajaan-Nya yang di bumi. ”Kunci itu adalah tanda, dari jabatan dan martabat Petrus yang harus diteruskan penggantinya, jadi ini telah diwariskan dari abad ke abad.” (hlm. 119)

Gerstner menanggapinya dengan berkata, ”Suatu jawaban yang cerdik, Scott” dan ia merasa tidak yakin bahwa telah mendengar sebelumnya dan akan memikirkannya lebih dalam mengenai hal itu.

Hal ini dalam Katolik kita ketahui sebagai Successio Apostolica (Suksesi Apotolik).

Pembicaraan Gerstner dengan Scott berlanjut kepada pertanyaannya mengenai bagaimana Scott dapat berpikir bahwa Allah membuat Petrus tidak bisa bersalah? (kaitannya dengan Infalibilitas Paus). Scott menghentikan mobilnya sejenak untuk menjawab pertanyaan Gerstner, ”Dr Gerstner, Protestan dan Katolik setuju bahwa setidaknya dalam beberapa kesempatan Allah pasti membuat Petrus tidak bersalah , misalnya ketika ia menulis suratnya yang pertama dan kedua. Jadi kalau Allah dapat membuatnya tidak bersalah ketika mengajar dengan sah dalam bentuk tertulis , lalu mengapa Allah tidak mencegah dia dari berbuat kesalahan ketika ia pribadi mengajar dengan lisan dan sah? Dengan cara yang sama, bila Allah dapat berbuat terhadap Petrus demikian dan juga pada rasul-rasul lain yang menulis Injil lalu mengapa Allah tidak dapat melakukannnya pada para penerus mereka juga, terutama karena Allah dapat melihat sebelumnya kekacaubalauan yang akan terjadi kalau Ia tidak menjaga agar mereka tidak berbuat kesalahan? (hlm 125-126).
Untuk masalah Infalibilitas Paus saya akan menginformasikan kepada rekan-rekan secara lebih lengkap ditulisan berikutnya.

5. Maria

Penghalang yang paling kuat dari segalanya yang dihadapi Scott saat itu adalah Maria, karena begitu banyak doktrin dari Gereja Katolik telah terbukti benar alkitabiah sehingga memutuskan untuk melangkah dengan iman kepada yang satu ini (hlm.113). Semasa mudanya Scott pernah mencerai-beraikan Rosario milik Nenek nya (satu-satunya keluarga Hahn yang Katolik). ”Aku pegang Rosario miliknya di tanganku dan merengutnya hingga ceri-berai dengan berkata, ”Allah, bebaskan dia dari rantai-rantai agama Katolik yang telah mengikat dirinya.” (hlm 10). Scott merasa bahwa 99 kali dari 100 hal, Gereja Katolik benar dan satu-satunya penghalang adalah Maria.

Chris sahabat Scott diperguruan tinggi tampaknya mendengar bahwa Scott sedang berpacaran dengan ”pelacur dari Babilon”, dan menghubunginya untuk bertanya ”Scott apakah sekarang engkau menyembah Maria?” Dan setengah kesal Scott menjawab pertanyaan menyerang dari Chris, bahwa orang Katolik tidak menyembah Maria, mereka hanya sangat menghormatinya. Scott memberikan beberapa argumennya yang didasari oleh Alkitab.

Dua prinsip dasar alkitabiah : Pertama, Engkau tahu bahwa sebagai seorang laki-laki, Kristus memenuhi hukum Allah dengan sempurna, termasuk perintah untuk menghormati bapa dan ibu-Nya. Menghormati dalam bahasa Ibrani adalah Kaboda, yang secara harfiah berarti memuliakan. Jadi Kristus tidak saja menghormati Bapa Surgawi –Nya; Dia juga dengan sempurna menghormati ibu duniawi-Nya, Maria, dengan mencurahkan kemuliaan Ilahi-Nya sendiri kepadanya.

Prinsip yang kedua adalah lebih mudah lagi : menjadi serupa dengan Kristus. Jadi, kita sekedar meniru Kristus dengan tidak hanya menghormati ibu kita sendiri tetapi menghormati siapa saja yang Ia hormati – dan dengan rasa hormat yang sama seperti yang diberikan-Nya. Dan Lukas 1:48 mengatakan, ”Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia. Inilah yang dilakukan dengan doa Rosario, ia memenuhi Alkitab itu (hlm 115-116). Tuhan mengambil seorang gadis petani yang rendah hati dan memuliakannya menjadi orang yang akan memberi tubuh manusia yang tak berdosa kepada Pribadi Tritunggal yang kedua, sehingga Ia dapat menjadi Penebus kita.

6.Sola Fide & Sola Scritura

Pada suatu kesempatan Profesor Scott Hahn, mendapat pertanyaan dari mahasiswanya mengenai Sola Fides tidak alkitabiah dan di manakah Alkitab yang mengajarkan Sola Scriptura sebagai otoritas tunggal? Keringat dingin mulai mengucur karena ia tidak pernah mendengar pertanyaan demikian sebelumnya. Scott mulai menjawab dengan 2 Timotius3:16-17. Seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan bermanfaaat untuk mengajar, untuk membuktikan kembali, untuk memperbaiki kesalahan, dan untuk melatih kebajikan sehingga utusan Allah diperlengkapi untuk melakukan setiap perbuatan baik. Dan kita akan melihat tentang perkataan Yesus mengenai tradisi dalam Matius 15.”

Akan tetapi tanggapan mahasiswanya sangat menusuk, ”Tetapi Profesor, Yesus tidak mengutuk semua tradisi dalam Matius 15, tetapi hanya tradisi yang melenceng. Ketika 2 Timotius 3:16 berkata”segala tulisan yang diilhamkan Allah, Ia tidak berkata bahwa hanya Alkitab bermanfaat. Doa evangelisasi dan banyak hal lain juga perlu. Dan bagaimana mengenai 2 Tesalonika 2:15?” Apa yang dikatakan oleh Paulus ”Sebab itu berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan , maupun tulisan.” Dan Scott segera menghentikan pembahasan tersebut dan berjanji akan kembali mensharingkan jawabannya itu minggu depan (Scott merasa tidak puas dengan jawabannya sendiri).

Dan pada kesempatan lain Scott menanyakan mengenai Sola Scriptura kepada Gerstner. Akan tetapi Gerstner malah balik bertanya, ”bila engkau sependapat saat ini kita memiliki Sabda Allah yang benar dan diilhami oleh-Nya sendiri dalam Alkitab, Maka apa lagi yang kita butuhkan?’ Scott menjawab mengenai Sabda Allah dengan memberi sebuah kesan : Sejak Reformasi, telah berdiri lebih dari 25 ribu denominasi (golongan) Protestan yang berbeda, dan para ahli mengatakan sekarang ini adal 5 denominasi baru lagi dibentuk setiap minggu. Mereka masing-masing menyatakan mereka mengikuti tuntunan Roh Kudus dan makna Alkitab yang benar.

Kristus tidak mewariskan pada kita hanya sebuah buku dan Roh-Nya saja. Ia tidak pernah menyatakan di mana pun dalam Injil para rasul untuk mencatat sabda-Nya kecuali bahwa kurang dari separuh dari mereka telah menulis kitab yang kemudian dimasukan ke dalam Perjanjian Baru (hlm 123). Aku pikir persoalan utamanya adalah apa yang diajarkan Alkitab mengenai Sabda Allah, sebab tidak disebut di manapun juga Ia membatasi Sabda Allah hanya kepada Alkitab saja. Sebaliknya Injil mengatakan kepada kita di banyak tempat bahwa Sabda Allah yang benar harus ditemukan dalam Gereja: Tradisinya (2 Tes 2:15 ; 3: 6) seperti dalam khotbah dan ajarannya (1ptr1:25; 2Ptr1:20-21; Mat 18:17). Karena itu aku berpendapat Injil mendukung Prinsip Katolik Sola Verbum Dei, Sabda Allah saja, daripada slogan Protestan Sola Scriptura, Alkitab saja (hlm 124). Dan mengenai Sola Fide, Iman saja, kita dapat melihat pada Yak 2: 28 ” Sebab seperti tubuh tanpa Roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Dan ini mau dikatakan bahwa tidak cukup iman yang menyelamatkan kita tetapi juga harus dilengkapi dengan perbuatan-perbuatan.

Demikianlah sebagian kecil dari buku Rome Sweet Home (Roma Rumahku) yang dapat saya sampaikan dan bila rekan-rekan ingin mengetahu lebih lengkap dapat membeli di toko buku seperti Gramedia atau Obor. Semoga tulisan singkat ini dapat menambah wawasan keimanan kita dan sekaligus mempertebal kecintaan kita kepada Kristus dan mempelainya yaitu Gereja Katolik.

Tuhan Berkati

Daftar Pustaka

Hahn, Scott dan Kimberly

2006 Rome Sweet Home – Roma Rumahku, Malang : Dioma

Collins, Gerald O, SJ

Farrugia, Edward G , SJ

2001 Kamus Teologi , Yogyakarta : Kanisius

Gunawan, H.Pidyarto, Dr, O.Carm

2006 Umat Bertanya Romo Pid Menjawab, Jilid 4, Yogyakarta : Kanisius




[1] . Kaum Presbiterian mengikuti tradisi John Calvin (1509-1564 dan John Knox (1505-1572, seorang reformator

dari Scotlandia.

[2] Bapa-bapa Gereja Awal adalah nama umum bagi orang-orang Kristiani awal yang menulis dalam bahasa Yunani,Latin, Siria dan Armenia, yang ajarannya serta kesucian pribadinya secara umum diakui dalam Gereja dan mereka menghasilkan karya klasik dalam kebudayaan Kristiani (Instruksi yang dikeluarkan oleh Kongregasi Urusan Pendidikan Katolik 1989). Dalam perselisihan teologis, orang sering merujuk pada Bapa-bapa Timur dan Barat. Kesamaan pendapat mereka dipandang sebagai argumen yang menentukan. Bapa-bapa Gereja berakhir dengan St.Isidorus dari Sevila (560-636) dan di Timur dengan St.Yohanes dari Damaskus (675-749)

[3] DS adalah suatu kumpulan kutipan dari dokumen-dokumen Gereja, yang untuk pertama kalinya diterbitkan oleh Heinrich Joseph Denzinger pada tahun 1854. Cetakan yang ketiga puluh lima, dengan perbaikan yang dilakukan oleh Adolf Schonmetzer, terbit pada tahun 1973.

[4] Paus berasal dari kata Papas bahasa Yunani yang berarti bapa.

[5] Infalibilitas adalah bebas dari kemungkinan sesat dalam hal-hal yang berkaitan dengan iman dan kesusilaan yang diwahyukan. Ini dianugerahkan oleh Kristus kepada seluruh Gereja dangan perantaraan Roh Kuus (Yoh16:12-15, LG12), khususnya kepada seluruh dewan uskup dalam kesatuan dengan paus, pengganti Petrus.

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...