Senin, 08 September 2008

KITAB WAHYU - SIAPAKAH PARA MALAIKAT ITU ?

PARA MALAIKAT

Di dalam peperangan, kita tidak berperang seorang diri. Dalam Kitab Wahyu 12, kita baca tentang "Mikhael dan malaikat­-malaikatnya berperang melawan naga" (12:7).

Pada waktu Allah menciptakan para malaikat, Ia membuat mereka bebas, dan mereka harus melewati semacam tes - seperti kehidupan kita di dunia adalah sebuah tes. Tidak seorang pun yang tahu tes macam apa ini, tetapi beberapa teolog berspekulasi bahwa para malaikat diberikan penglihatan tentang Inkarnasi, dan mereka diberi tahu bahwa mereka harus melayani keilahian inkarnasi, Yesus, dan ibu-Nya. Kesombongan iblis memberontak, ia berkata, "saya tidak maumelayani !" Menurut Bapa-bapa Gereja, ia menyeret sepertiga dari malaikat-malaikat di dalam pemberontakan ini (lihat Why 12:4). Mikhael dan malaikat­-malaikatnya mengusir mereka keluar dari surga (lihat ayat 8).

Dalam seluruh Kitab Wahyu, kita lihat bahwa di surga terdapat populasi malaikat-malaikat yang begitu padat. Mereka menyembah Allah tanpa henti (Why 4:8). Dan mereka menjagai kita. Bab 2 dan 3 menjelaskan bahwa setiap gereja tertentu mempunyai malaikat pelindungnya. Hal ini harus meyakinkan kita, yang menjadi bagian gereja tertentu, dan yang dapat meminta pertolongan pada malaikat pelindung gereja kita.

“Empat makhluk hidup” yang disebut dalam bab 4 biasanya diartikan sebagai malaikat-malaikat, meskipun mereka tampil di hadapan mata manusia dalam bentuk hewan. Makhluk­-makhluk ini menyerupai seperti makhluk yang disulam di tabir di depan Yang Kudus dari Yang Terkudus di dalam Bait Allah Yerusalem.

Meskipun para malaikat surga tampil di hadapan mata manusia dalam bentuk fisik, para malaikat sebenarnya tidak mempunyai tubuh. Nama mereka berarti "utusan", dan atribut fisiknya biasanya melambangkan beberapa aspek dari sifat misi mereka. Sayap-sayap menandakan kelincahan mereka dalam bergerak antara surga dan bumi. Matanya yang banyak menandakan pengetahuan dan kewaspadaan mereka. Malaikat bermata banyak, bersayap enam, kedengarannya menyeramkan mula-mula, tetapi bila kita lihat mereka dari sudut kelincahan dan kewaspadaan, keyakinan kita akan pulih kembali. Ada makhluk-makhluk yang dapat kita percayai, saat naga menyerang kedamaian kita.

Dalam Kitab wahyu, para malaikat juga tampil sebagai penunggang kuda (bab 6) yang menghampiri penghakiman Allah atas orang-orang yang tidak setia (lihat juga Za 1: 7 -17). Banyak dari kejadian-kejadian di bab-bab ini dapat dihubungkan dengan kejadian sekitar kejatuhan Yerusalem pada tahun 70 M. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat diterapkan jauh melebihi abad pertama, sepanjang bumi masih membutuhkan penghakiman.

Para malaikat dalam Kitab Wahyu memegang kendali elemen-­elemen, angin dan lautan, dalam menjalankan kehendak Allah (bab 7). Bab 7-9 membuatnya jadi jelas bahwa para malaikat adalah tentara-tentara yang tangguh, dan bahwa mereka berperang terus-menerus di sisi Allah - di mana, bila kita setia, ada di sisi kita juga.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.


KITAB WAHYU - SIAPAKAH BINATANG KEDUA ITU ?

BINATANG YANG KEDUA

Binatang ini keluar dari muka bumi dan mempunyai tanduk seperti anak domba. Gambaran anak domba ini menggetarkan, saat di mana kita sekarang menghubungkannya dengan hal-hal yang suci. Saya percaya Yohanes menggunakannya dengan sengaja untuk mengingatkan keimaman yang korup pada abad pertama Yerusalem.

Bukti pertama adalah bahwa binatang ini muncul dari "bumi," yang dalam bahasa asli Yunani dapat juga berarti "daratan" atau "negara" yang adalah lawannya dari "lautan", yang melahirkan binatang-binatang kafir (lihat Dan 7). Lebih lanjut, Yohanes menjadi saksi atas persepakatan terbesar dari otoritas keimaman, yang terjadi hanya beberapa tahun sebelumnya.

Dalam saat bersejarah, secara dramatis, kekuasaan agama menyatakan kesetiaannya pada otoritas pemerintahan yang korup bukan kepada Allah. Yesus, Anak Domba Allah, Maha Raja dan Imam Agung, berdiri di hadapan Pontius Pilatus dan imam-­imam kepala bangsa Yahudi. Pilatus berkata kepada bangsa Yahudi, "Inilah rajamu !" Mereka berteriak, "Enyahkan Dia, enyahkan Dia, salibkan Dia!" Pilatus menjawab, "Haruskah aku menyalibkan rajamu ?" Imam-imam kepala menjawab: "Kami tidak mempunyai raja selain daripada Kaisar!" (lihat Yoh 19:15). Benarlah imam agung Kayafas sendiri yang berbicara tentang pengurbanan Yesus untuk kepentingan politis rakyat (lihat Yoh 11:47-52).

Maka mereka menolak Kristus dan meninggikan Kaisar. Mereka menolak Anak Domba Allah dan menyembah binatang, Tentu Kaisar yang adalah penguasa pemerintahan harus dihormati (lihat Luk 20:21-25). Tetapi Kaisar mengingini lebih dari kehormatan. Ia menuntut persembahan kurban, di mana imam-imam kepala mengabulkannya waktu mereka menyerah­kan Anak Domba Allah.

Binatang itu menyerupai seekor anak domba dalam rupa luarnya saja. Kita lihat bahwa yang ia lakukan adalah meniru dan menghina pekerjaan keselamatan Anak Domba Allah. Anak Domba berdiri seperti telah disembelih; binatang itu mendapatkan luka yang mematikan, tetapi sembuh. Allah mendudukan Anak Domba di atas takhta; naga mendudukkan binatang itu di atas takhta. Yang menyembah Anak Domba akan menerima tanda­Nya pada dahi mereka (Why 7:2-4); yang menyembah binatang itu akan mengenakan tanda dari binatang itu.

Yang menimbulkan suatu pertanyaan sulit bagi kita: Apakah tanda dari binatang itu ? Yohanes menceritakan kepada kita bahwa tanda itu adalah nama dari binatang itu, atau bilangan dari nama itu. Apakah itu ? Yohanes menjawab dalam teka-teki: "Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus ena, puluh enam" (Why 13:18).

Di satu segi, bilangan itu dapat menggambarkan kaisar Romawi, Nero, yang bila namanya diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani mempunyai nilai 666. Tetapi masih banyak yang lainnya, atau tambahan, kemungkinan-kemungkinan. Per­hatikanlah bahwa 666 adalah bilangan talenta emas yang wajib dibayar oleh bangsa-bangsa kepada raja Salomo (lihat 1 Raj 10). Pikirkan juga bahwa Salomo adalah imam-raja pertama setelah Melkisedek (lihat Mzm 110). Di samping itu, Yohanes berkata bahwa identitas dari binatang itu adalah "mencari hikmat", di mana beberapa ahli tafsir melihatnya sebagai petunjuk mengarah pada Salomo, yang terkenal karena kebijaksanaannya.

Akhirnya, 666 dapat diterjemahkan sebagai penurunan dari bilangan tujuh, yang di dalam tradisi Yahudi diartikan ke­sempurnaan, kekudusan, dan perjanjian. Hari ketujuh, misalnya, dinyatakan kudus oleh Allah dan diperuntukkan bagi istirahat dan ibadat. Pekerjaan selesai dalam waktu enam hari; dan dikuduskan, tetapi, di dalam ibadat kurban diwakili oleh hari ketujuh. Bilangan "666," kemudian, menggambarkan manusia yang ditempatkan pada hari keenam, melayani binatang itu yang memikirkan dirinya dengan membeli dan menjual (lihat Why 13: 17) tanpa istirahat untuk beribadat. Walaupun bekerja itu kudus, dapat menjadi buruk bila manusia menolak memper­sembahkannya kepada Allah.

Tetapi kita harus jelas tentang sesuatu. Tafsiran ini harus membuat umat Kristen tidak menyetujui anti-Semitisme. Kitab Wahyu banyak sekali memperlihatkan kebesaran Israel - Baitnya, nabi-nabinya, perjanjian-perjanjiannya. Kitab Wahyu harus menuntun kita untuk lebih menghargai warisan kita di Israel ­dan kepada pertimbangan-pertimbangan yang penuh kesadaran akan pertanggung-jawaban kita kepada Allah. Sebaik apakah kita hidup sesuai dengan perjanjian kita dengan Allah ? Apakah kita setia pada imamat kita ? Kitab itu menjadi peringatan bagi kita semua.

Pesan kasarnya begini: kita sedang berperang dengan kekuatan-kekuatan roh jahat: kekuatan-kekuatan yang sangat besar, sangat merusak moral, penuh kedengkian. Bila kita harus berperang seorang diri, kita akan digasak habis. Tetapi ada berita baik : ada sebuah jalan yang dapat kita harapkan untuk mengalahkannya. Pemecahannya harus cocok dengan masalah­nya, kekuatan roh dengan kekuatan roh, yang terindah dengan yang terburuk, kekudusan dengan moral rendah, kasih dengan kedengkian. pemecahannya adalah Misa Kudus, saat surga turun menjamah dunia yang sedang digempur.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.


KITAB WAHYU - SIAPAKAH BINATANG PERTAMA ITU ?

BINATANG YANG PERTAMA

Tak berhasil menyerang perempuan dan anaknya itu, naga itu kemudian menyerang keturunan lainnya, yaitu yang memegang perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Naga itu mengumpulkan keturunannya sendiri, dua binatang yang menakutkan. Sangat aneh, di antara segala harapan dan gambaran-gambaran menakjubkan yang memberi inspirasi dalam Kitab Wahyu, monster-monster jahat ini justru menarik segala perhatian. Produser-produser film dan televangelis (penginjil-penginjil televisi) mengupas jauh lebih lama dan lebih panjang tentang angka 666 dibandingkan tentang lautan kaca atau Singa Yehuda.

Saya merasakan perlunya memberikan gambaran kepada Anda tentang realitas binatang-binatang tersebut. Binatang­-binatang itu adalah lambang, tetapi bukan sekadar lambang. Mereka adalah benar-benar makhluk roh, anggota dari ”pe­merintahan rendah” iblis, pribadi-pribadi yang mengontrol dan mengkorupsi tujuan politik suatu bangsa. Yohanes menggambar­kan dua binatang buruk. Tapi saya percaya bahwa binatang yang ia lihat jauh lebih mengerikan dari yang ia tulis.

Dalam banyak bagian dalam Kitab Wahyu - tetapi terutama pada bab 4 dan 5 - Yohanes menggambarkan realita-realita di balik Misa Kudus. Sekarang ia melakukan yang sama, dengan dosa dan kejahatan. Seperti yang kita lakukan dalam liturgi dipersatukan dengan makhluk-makhluk surgawi yang tak terlihat, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan kita yang penuh dengan dosa melekat pada kekejaman yang mengerikan. Di dalam Misa Kudus, apa yang ingin Allah perbuat bagi kita? Kerajaan imam-imam yang memerintah melalui persembahan-per­sembahan kurban mereka. Di lain pihak, apa yang ingin dicapai iblis melalui binatang-binatangnya? Ia ingin menggulingkan rencana Allah dengan mengkorup kedua pemerintahan dan imamat. Dengan demikian, Yohanes memperlihatkan kepada kita, pertama-tama, iblis yang mengkorup otoritas pemerintahan, negara. Kemudian, ia menyingkapkan iblis yang mengkorup otoritas agama.

Pertama-tama binatang yang pertama: Dari dasar laut muncul makhluk seram monster berkepala tujuh, bertanduk sepuluh, kombinasi menakutkan antara macan tutul, singa, dan beruang. Tanduk melambangkan kekuasaan; perhiasan-perhiasan kebesaran (atau mahkota-mahkota), jabatan raja. Kedua ke­kuasaan dan jabatan rajanya diterimanya dari naga itu. Kita bisa saja salah, bila kita identifikasikan binatang ini dengan kerajaan pada umumnya. Tidak, binatang itu mewakili berbagai macam otoritas politik yang korup.

Sangat menggoda, juga, untuk mengidentifikasi binatang itu khususnya dengan Roma, atau dengan dinasti Herodian yang dipertahankan Roma di tanah suci. Yang pasti, Roma pada masa Yohanes melambangkan semacam yang mewakili binatang-binatang itu. Tetapi binatang itu sendiri tidak boleh identifikasikan secara gamblang. Ia sebetulnya kombinasi dari keempat binatang dari penglihatan nabi Daniel dalam Perjanjian Lama (lihat Dan 7). Saya mengikuti Bapa-bapa Gereja, yang melihat binatang-binatang Daniel menunjuk kepada empat kerajaan kafir: Babilonia, Medo-Persia, Yunani, dan Roma - dimana semua menganiaya umat Allah sebelum kedatangan Mesias.

Binatang berkepala tujuh dalam Kitab Wahyu, kemudian, berarti semua kekuasaan politik yang korup. Karena adalah dorongan hati manusia untuk melihat pada kekuasaan negara sebagai kekuasaan di atas bumi dan berkata: seperti orang-orang dalam Kitab Wahyu, "Siapa yang dapat melawannya?" Karena ketakutan akan kekuatan ini - atau keinginan untuk ikut berbuat - orang-orang terus-menerus berkompromi dan menyembah naga dan binatang itu. Contoh sejarah yang jelas dari institusi manusia yang mati menandingi hak prerogatif Allah adalah Roma dan Kaisar-kaisarnya. Mereka secara harfiah menuntut Iibadat yang menjadi hak milik Allah saja. Dan mereka berperang dengan orang-orang kudus, menghasut mereka yang tidak mati menyembah kaisar dengan hukuman berdarah.

Akan tetapi, sekali lagi, binatang itu bukan saja hanya Roma, atau boneka Roma, kaum Herodian. Binatang itu menunjuk juga pada semua pemerintahan yang korup, setiap negara yang menempatkan dirinya di atas perjanjian Allah. Terlebih, binatang itu mewakili kekuatan rohaniah yang korup di balik institusi-­institusi ini.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.

KITAB WAHYU - SIAPAKAH PEREMPUAN BERSELUBUNGKAN MATAHARI ?

“SEORANG PEREMPUAN BERSELUBUNGKAN MATAHARI”

Kitab Wahyu 12, penglihatan Yohanes akan seorang perempuan berselubungkan matahari, menyerap seluruh pokok Kitab Wahyu. Dengan banyak tingkatan pengertian, menunjuk­kan kejadian yang lalu, memberi gambaran akan kejadian yang sangat jauh di masa depan. Mengikhtisarkan Perjanjian Lama seperti juga memenuhi Perjanjian Baru. Menyingkapkan surga, tapi dalam gambaran dunia.

Penglihatan Yohanes dimulai dengan terbukanya Bait Suci Allah di surga, "dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu" (Why 11: 19). Mungkin kita tidak dapat menerima penuh nilai kejutan dan kalimat itu. Tabut Perjanjian waktu itu belum pernah ada yang melihat selama lima abad. Pada masa pembuangan Babel, nabi Yeremia menyembunyikan tabut itu di "Tempat yang harus tetap rahasia sampai Allah mengumpulkan kembali umat-Nya" (2 Mak 2:7).

Janji itu dipenuhi di dalam penglihatan Yohanes. Bait Allah muncul, dan "terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat". Dan kemudian "Tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dan dua belas bintang di atas kepalanya; Ia sedang mengandung" (Why 12:1­2).

Yohanes tidak begitu saja menampilkan tabut perjanjian itu, lalu melupakannya. Saya yakin (dengan Bapa-bapa Gereja) bahwa saat Yohanes menggambarkan tentang perempuan itu, ia sedang menggambarkan tabut perjanjian - dari Perjanjian Baru. Dan siapakah perempuan itu ? Ia adalah yang melahirkan anak lelaki Yang akan memerintah bangsa-bangsa. Anak lelaki itu adalah Yesus; ibu-Nya adalah Maria.

Apa yang membuat tabut perjanjian yang asli itu kudus adanya ? Bukan emas yang membalut bagian luarnya, tetapi Sepuluh Perintah Allah yang ada di dalamnya - Hukum yang ditulis oleh jari Allah di atas kepingan batu. Apa lagi yang ada di dalam tabut itu ? Manna, roti mukjizat yang memberi makan orang-orang dalam peziarahan mereka melewati tanah tandus; tongkat Harun yang berbunga merupakan tanda kepemimpinan­nya sebagai imam agung (lihat Bil 17). Apa yang membuat tabut perjanjian yang baru itu kudus ? Tabut perjanjian lama memuat Firman Allah yang tertulis di atas batu; Maria mengandung di dalam kandungannya Firman Allah yang menjadi manusia dan diam di antara kita. Tabut perjanjian memuat manna; kandungan Maria berisi roti kehidupan yang datang dari surga. Tabut perjanjian memuat tongkat imam agung Harun; kandungan Maria berisi imam agung abadi, Yesus Kristus. Di dalam Bait surgawi, Firman Allah adalah Yesus, dan tabut di mana Ia dikandung adalah Maria, ibu-Nya.

Bila anak lelaki adalah Yesus, maka perempuan itu adalah Maria. Tafsir ini didukung oleh Bapa-bapa Gereja yang berpikiran paling tenang, seperti St. Athanasius, St. Epiphanius, dan banyak lagi. Tetapi “perempuan itu” juga mempunyai arti lebih banyak lagi. Ia adalah "Putri Sion", yang melahirkan Mesias bagi bangsa Israel. Ia juga adalah Gereja, diserang oleh iblis, tetapi aman dilindungi. Seperti yang telah saya katakan, kekayaan Kitab Suci tidak terbatas.

Para sarjana berdebat bahwa perempuan itu bukanlah Maria, karena menurut tradisi Katolik, Maria tidak menderita sakit bersalin saat melahirkan. Rasa sakit bersalin yang dialami perempuan itu tidaklah diartikan sakit badaniah. St. Paulus, misalnya, menggunakan rasa sakit bersalin untuk menggambar­kan penderitaannya sendiri, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam murid-muridnya (lihat Gal 4: 19). Oleh karena itu, penderitaan perempuan itu dapat digambarkan sebagai pen­deritaan jiwa - penderitaan yang Maria ketahui, di kaki salib, pada saat ia menjadi ibu dari semua "rasul-rasul yang dikasihi" (lihat Yoh 19:25-27).

Keberatan lain bahwa perempuan itu bukanlah Maria, karena perempuan dalam Kitab Wahyu itu mempunyai keturunan lain, dan Gereja mengajarkan bahwa Maria tetap perawan. Tetapi Kitab Suci sering menggunakan istilah "keturunan" (dalam bahasa Yunani, sperma) adalah untuk menggambarkan keturunan rohaniah seseorang. Anak-anak Maria, keturunan rohaniahnya, adalah “mereka yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus” (Why 12: 17). Kita adalah keturunan lainnya dari perempuan itu.

Dengan demikian, Wahyu juga menggambarkan Maria sebagai "Hawa Baru," ibu dari semua yang hidup. Di dalam taman Eden, Allah menjanjikan "menaruh permusuhan" antara iblis, si ular tua, dengan Hawa - dan antara "keturunan iblis dan keturunan Hawa" (Kej 3:15). Sekarang, dalam KitabWahyu, kita melihat puncak dari permusuhan ini. Keturunan perempuan baru ini, Maria, adalah anak lelaki, Yesus Kristus, Yang datang untuk mengalahkan ular (dalam bahasa lbrani, kata yang sama, nahash, dapat diartikan bagi keduanya naga dan ular).

Ini adalah pengajaran yang menakjubkan dari Bapa-bapa Gereja, Doktor-doktor, Santo-santa, dan para bapa paus Gereja, masa lampau dan masa kini. Ini adalah pengajaran dari Katekismus Gereja Katolik (lihat no. 1138). Bagaimanapun juga, saya harus menunjukkan hal-hal yang tidak didukung oleh para sarjana Kitab Suci saat ini. Meskipun mereka yang tidak setuju harus menanggung beban untuk membuktikannya. Paus St. Pius X bicara fasih tentang Tradisi di dalam surat ensikliknya Ad Diem Illum Laetissimum:

Setiap orang tahu bahwa perempuan yang dimaksud adalah Perawan Maria. . . . maka dari itu Yohanes telah melihat lbu Tersuci dari Tuhan di dalam kebahagiaan abadi, tetapi mengalami kesakitan di dalam melahirkan anak secara misterius. Kelahiran macam apa itu ? Yang pasti adalah kelahiran kita, yang masih ada dalam pembuangan, yang masih harus dibentuk menurut cinta kasih Allah yang sempurna, dan pada kebahagiaan abadi.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.


KITAB WAHYU DAN SIAPA ANAK DOMBA ALLAH ITU ?

ANAK DOMBA ALLAH

Ini adalah nama dan gambaran yang disenangi Kitab Wahyu bagi Yesus Kristus. Ya, Ia adalah penguasa (1: 5); Ia berdiri di­tengah-tengah kaki dian sebagai imam agung (1: 13); Dia adalah "Yang Awal dan Yang Akhir" (1 :17), "Yang Kudus" (3:7), “Tuan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja” (17: 14) - tapi, yang mengagumkan adalah bahwa, Yesus adalah Anak Domba.

Anak Domba, menurut Katekismus Gereja Katolik, adalah “Kristus yang disalibkan dan bangkit, satu-satunya imam agung yang mengurbankan kurban yang benar, sosok yang sama dengan ‘Yang mempersembahkan dan dipersembahkan, Yang menganugerahkan dan dianugerahkan’ “ (no. 1137).

Ketika Yohanes pertama kali melihat Anak Domba Allah, sebenarnya ia sedang mencari seekor singa. Tidak ada seorang pun yang dapat membuka gulungan kitab dan meterai-­meterainya serta mengungkapkan isinya, dan Yohanes menangis. Kemudian datanglah seorang dari tua-tua memulihkan keyakinannya berkata, “Jangan engkau menangis! Sesungguh­nya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya”. (Why 5:5).

Yohanes mencari singa Yehuda itu, tetapi yang didapat adalah seekor - Anak Domba. Harus diketahui bahwa seekor anak domba bukanlah hewan yang berkuasa, dan Anak Domba yang ini berdiri “seperti telah disembelih” (Why 5:6). Kita tidak akan ulangi lagi apa yang telah diuraikan di bab 2. Yang harus jelas adalah Yesus, di sini, adalah domba kurban, seperti domba Paskah.

Para penatua (presbyteroi imam-imam) menyanyikan tentang kurban Kristus yang membuatNya dapat membuka meterai-meterai gulungan kitab, Perjanjian Lama. “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah” (Why 5:9). Surga dan bumi lalu memuliakan Yesus dan Allah Bapa: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-Iamanya !... Dan tua-­tua itu jatuh tersungkur dan menyembah" (Why 5:13-14).

Sang Anak Domba Allah adalah Yesus. Anak Domba Allah itu juga adalah "anak manusia," berpakaian jubah seperti imam agung (1: 13); Anak Domba Allah itu adalah kurban persembahan; Anak Domba Allah itu adalah Allah.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...