Senin, 29 September 2008

Menjawab Pendukung Kristen Tauhid Ala Frans Donald

Menjawab Pendukung Kristen Tauhid Ala Frans Donald
By. Yudi Andreas

Inti dari pertanyaan 1 – 6 adalah Siapa yang harus disembah? Yesus atau Allah (BapaNya)? Bapa lebih besar dari Yesus (Yoh 14:28) serta perbedaan antara dipernakan dengan diciptakan.

(Yohanes 5:41) Aku tidak memerlukan hormat dari manusia..... (Matius 12:7) Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.

Jawab

Dalam (Yohanes 8:49) Jawab Yesus: "Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak menghormati Aku...“ Bukankah sepertinya ayat ini kontradiksi? Bagaimana ini? Apakah Yesus ling-lung sehingga ada ayat yang berbeda? Bacalah perikop secara keseluruhan dan jangan asal comot ayat sana-sini demi mendukung pendapat yang dianggap "benar“. Perikop itu bercerita ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang menangkap perempuan yang kedapatan berzinah dan dibawa ke Yesus dengan tujuan mencobaiNya, singkat cerita walaupun dengan alih-alih memakai Hukum Musa orang-orang tersebut gagal mencobai Yesus. Ketika Yesus mulai berbicara bahwa DiriNya adalah terang dunia (Yoh 8:12). Orang-orang Farisi menganggap kesaksian Yesus tidak benar (Yoh 8:13), setelah terjadinya “perdebatan“ tersebut orang-orang Farisi bertanya “Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?“ (Yoh 8:53). Mengapa ahli-ahli Taurat dan orang Farisi begitu geram mendengar jawaban Yesus sehingga mereka mengambil batu untuk melempari Dia (Yoh 8:59). Jawabannya kita sudah tahu dengan siapa Yesus menyamakan diriNya.

Sama seperti Matius 12:7, maka jangan main asal comot ayat teliti dan pelajari keseluruhannya. Intinya orang orang Farisi itu bersekongkol untuk membunuh Yesus (Mat 12:14). Mengapa? Karena perbuatan Yesus dan murid-muridNya yang memetik gandum pada hari Sabat, menyembuhkan tangan orang yang mati sebelah. Jelas menurut peraturan Sabat Yesus dan murid-muridNya melanggar ketentuan tersebut yang diketahui bahwa hukumnya fatal bagi yang melanggar ketentuan Sabat, terlebih lagi Yesus mengatakan bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.“

Jadi maksud Mat 12:7 dengan kata lain hasrat Yesus adalah belas kasihan atau perbuatan baik kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan, bukannya aturan-aturan hari Sabat yang sedemikian kerasnya yang diasumsikan oleh orang-orang Farisi dengan melakukan hal-hal yang diatur ketat dalam peraturan Sabat berarti telah mempersembahkan atau membaktikan diri kepada Allah. Dengan melakukan perbuatan baik kepada orang lain walaupun dilakukan dihari Sabat tidak melanggar ketentuan Sabat. Sebab Anak Manusia (Yesus) menjadi Tu(h)an atas Sabat. (Mat 12:8).

Bagaimana dengan Matius 4, Doa Bapa Kami, Yohanes 15:16, Yohanes 14:28) bukankah Yesus mengatakan untuk hanya menyembah Allah, meminta kepada bapaNya, dan Bapa lebih kecil dari Yesus?

Pengakuan iman (syahadat/credo) iman Nikea dan Alkitab tidak ada kontradiksi namum saling melengkapi, karena keduanya menyatakan adanya suatu perbedaan antara kata “Allah” dengan “Tu(h)an.” Allah adalah Sang Bapa dan Tuhan adalah Yesus Kristus. Agar tidak rancu dalam mengerti “Kristus”dan Ällah dalam iman Kristen perlu adanya suatu penekanan dalam perbedaan tersebut.

Terminologi bahasa Indonesia tidak membedakan antara Tu(h)an dengan Allah. Tu(h)an adalah Allah dan Adalah Tu(h)an. Terminologi Kristen jelas Allah adalah Tu(h)an (Mat 11:25). Tu(h)an tidak sama dengan Allah karena kata kurie dan adon dapat dipakai untuk manusia. Kata Allah menunjuk pada keberadaan dan hakekat Allah itu sendiri sedangkan . Kata Tu(h)an mencerminkan kewibawaan kepenguasaanNya atas alam semesta ini. Karena Allah itu Satu adanya, maka yang menjadi penguasa atau “Tu(h)an” itupun harus satu. Itulah sebabnya Yesus Kristus disebut Tu(h)an dikarenakan Allah telah melimpahkan kewibawaan kepenguasaanNya kepada Yesus sebagai rencana karya keselamatan atas manusia dan alam semesta.

Matius (28:18) “…….kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” Siapa yang memberi hak kekuasaan tersebut? Tak lain adalah Allah (Yoh 3:35). Jika diungkapkan dalam pasal-pasal lain St. Yohanes dan dihubungkan dengan masalah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya, memiliki cakupan yang luas melingkupi penghakiman pada akhir zaman. Dalam surat Efesus 1:22 juga dijelaskan bahwa segala sesuatu telah diletakanNya (Allah) dibawah kaki Kristus. Memberikan segala kuasa termasuk kuasa penghakiman yang berarti mempunyai kuasa atas kehidupan manusia apakah membuat adanya dua kuasa atau dua hakim? Ataukah Allah ingin pensiun menjadi Allah sehingga Ia meletakkan jabatannya? Ataukah Allah sudah tidak mampu lagi atau mungkin lelah mengatur manusia dan semesta sehingga Ia harus sharing kekuasaan kepada makhluk ciptaannya? Bukankah ini yang namanya penghujatan kepada Allah?

Memang benar Yesus itu adalah benar-benar seorang manusia yang diberi kuasa oleh Allah untuk menjadi Tu(h)an sehingga segenap makhluk bertekuk lutut dibawa kakiNya, tetapi kemanusiaan Yesus bukanlah wujud kemanusiaan biasa melainkan inkarnasi dari Sang Sabda yang kekal yang berada di dalam Bapa (Yoh 1:14; 1-2), maka kemanusiaan Yesus Kristus tidak dapat dipisahkan dari ke-Allah-an Sang Sabda. Karena Yesus dalam kedudukanNya sebagai Firman Allah itu tetap tinggal dalam Allah meskipun telah menjadi manusia. Walaupun Bapa telah menyerahkan kuasa kepada Yesus tidak berarti Bapa kehilangan kekuasaanNya atau sharing kekuasaan dikarenakan Firman itu melekat dalam diri Bapa yang tidak dapat dipisahkan sehingga Bapa tidak kehilangan Firman ataupun kekuasaan.

Bertalian dengan diangkatnya Yesus oleh Allah menjadi Tuhan tidak mensejajarkan kemanusiaan Yesus dengan Allah oleh sebab itu Yesus menyebut Allah sebagai Ällahku.” dan “Bapa lebih besar dari Yesus.”

Bacalah Filipi 2:6 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,”

Apa itu gambar? Apa itu rupa?
GAMBAR adalah sesuatu yang menggambarkan tentang rupa pada tempat lain, sedangkan RUPA adalah keberadaan yang ada dan lengket dengan orang itu. Yesus adalah GAMBAR ALLAH berarti refleksi kemuliaan Allah ditempat lain yang melaluiNya Allah yang tidak dapat dilihat menjadi dapat dilihat. Sedangkan Yesus sebagai RUPA ALLAH menunjukan “KESETARAAN” dengan Allah. Yang dimaksud adalah kedudukanYesus sebagai Firman yang kekal selamanya berada dalam Diri Allah itu, mempunyai esensi, Dzat-hakikat , Ousia dengan Allah.

Diperanakan atau diciptakan?
Terjemahan Alkitab banyak versi sebagai contoh:

Yesaya 66:8 (LAI terjemahan baru) “Siapakah yang telah mendengar hal yang seperti itu, siapakah yang telah melihat hal yang demikian? Masakan suatu negeri diperanakkan dalam satu hari, atau suatu bangsa dilahirkan dalam satu kali? Namun baru saja menggeliat sakit, Sion sudah melahirkan anak-anaknya.
Yesaya 66:8 (LAI terjemahan Lama) “Siapakah tahu mendengar yang demikian? siapakah tahu melihat yang begitu macam? Bolehlah sebuah negeri dibuat pada sehari jua? bolehlah sebangsa dijadikan pada sesaat jua. Demikianpun perihal Sion, serta dirasainya sakit maka anak-anaknya sudah jadi.”

Yesaya 66:8 “(LAI terjemahan BIS) ”Siapa pernah mendengar hal seperti itu? Siapa pernah melihat kejadian semacam itu? Tetapi bangsa Israel sudah lahir pada saat Sion mulai merasakan sakit beranak...”

Isaiah 66:8 (KJV) “Who hath heard such a thing? who hath seen such things? Shall the earth be made to bring forth in one day? or shall a nation be born (dilahirkan) at once? for as soon as Zion travailed, she brought forth (membawa keluar) her children...”

Isaiah 66:8 (Contemporary English Version) “Who ever heard of such a thing or imagined it could happen? Can a nation be born (dilahirkan) in a day or come (datang) to life in a second? Jerusalem is like a mother who gave birth (kelahiran) to her children as soon as she was in labor...”

Isaiah 66:8 (Today’s English Version) ”Has anyone ever seen or heard of such a thing? Has a nation ever been born in a day? Zion will not have to suffer long, before the nation is born”

Isaiah 66:8 (NIV) “Who has ever heard of such thing? Who has ever seen such things? Can a country be born in a day pr a nation be brought forth in a moment? Yet no sooner is Zion in labor than she gives birth to her children”

Amsal 8:22-23 (LAI terjemahan Baru) “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.”
Amsal 8:22-23 (LAI terjemahan Lama) “Bahwa Tuhan telah menaruh aku akan permulaan jalannya, dahulu dari pada segala perbuatannya yang mula-mula. Bahwa aku telah dilantik dari selama-lamanya, yaitu dahulu dari pada bumi ini jadi.”

Amsal 8:22-23 (BIS) “Aku dibentuk sejak permulaan zaman, pada mulanya, sebelum bumi diciptakan. Aku lahir sebelum tercipta samudra raya, sebelum muncul sumber-sumber air.”
Proverb 8:22-23 (KJV) “The LORD possessed (memiliki) me in the beginning of his way, before his works of old. I was set up (diatur) from everlasting, from the beginning, or ever the earth was.”

Proverb 8:22-23 (Contemporary English Version) “From the beginning, I was with (bersama) the Lord. I was there (ada) before he began to create the earth. At the very first, the LORD gave life to me”

Proverb 8:22-23 (Today’s Englis Version) "The LORD created (diciptakan) me first of all, the first of his works, long ago. I was made (dibentuk) in the very beginning, at the first, before the world began.”

Proverb 8:22-23 (NIV) “The LORD brought me forth (membawa keluar) as the first of his works. Before his deeds of old.; I was appointed (menempatkan) from eternity from the beginning, before the world began.”

Saya tidak mau menjadi hakim atas banyak versi Alkitab. Bukankah itu adalah bahasa kesusasteraan. Bahasa-bahasa yang digunakan dalam kesusasteraan sering mengabaikan penggunaan kata (contoh: bumi yang melahirkan aku yang artinya bumi dimana kita berpijak, langit menangis yang arti hujan). Demikian pula dalam kesusasteraan Kitab Suci sebagai contoh Allah menyesal (Kejadian 6:6), Anak Manusia tidak ada tempat untuk meletakkan kepalaNya (Matius 88:20) Kalau Allah menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, bagaimana dengan ke Mahatahuan-Nya apakah berarti Allah tidak Mahatahu kejadian/perilaku manusia? Apakah Yesus benar-benar tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya? Selama karyanya di bumi apakah Yesus tidak memiliki tempat tinggal atau Yesus tidak pernah tidur? Demikian pula Yerusalem/Zion digambarkan sebagai ibu yang melahirkan anak-anaknya

Sewaktu masih duduk dibangku SD dan SMP ada soal test benar atau salah dengan contoh sebagai berikut:

1. Dari pernyataan dibawah ini:
A. Aku dilahirkan oleh ibuku.
B. Aku diperanakan oleh ibuku
C. Aku diciptakan oleh ibuku
D. Aku dibuat oleh ibuku.
Mana yang paling tepat?
a. A dan B Benar c. A dan D Benar f. B dan D Benar
b. A dan C Benar e. B dan C Benar g. C dan D Benar

Saya lebih memilih jabawan a (A dan B Benar).

Konsep kekristenan memisahkan antara dilahirkan/diperanakan dengan diciptakan. Allah meciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo). Firman yang kekal selamanya berada dalam Diri Allah itu, mempunyai esensi, Dzat-hakikat , Ousia dengan Allah adalah tidak diciptakan.

Disinilah uniknya Yesus Kristus, didalam kemanusiaannya Ia mengalami proses seperti manusia lainnya dilahirkan, menjadi bayi, disusui oleh ibuNya, ngompol, eek, nangis, bangun tidur belekan, kolokan sama ibunya, dll dengan kata lain “kemanusiaannya diciptakan” tetapi karena ia adalah inkarnasi dari Sabda Allah yang sehakikat dengan Allah maka keilahianNya tidak tercipta (Yohanes 8:42) Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Point 2 Pengakuan Iman Nikea berbicara masalah Yesus sebagai LOGOS, bukan sebagai MANUSIA. Dan pada point ke 3 Pengakuan Iman Nikea baru berbicara YESUS sebagai Firman yang menjelma menjadi manusia (benar-benar manusia) Logos sarx egenneto (Firman yang menjadi Daging).

Siapakah yang dimaksud oleh Yesaya 48:11” Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan nama-Ku akan dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!”

Sekali lagi mencerminkan ketidak konsistenan ajaran yang dianut oleh sdr. Frans Donald maupun mengagumnya atau pembelanya. Jawabannya adalah Allah (YHWH). Allah tidak akan memberikan kemuliaanNya kepada yang lain baik kepada manusia maupun malaikat. Tentu nama Allah akan dinajiskan bila menyekutukan manusia ataupun malaikat denganNya. Saya tidak akan membahas ini karena dari tulisan diatas sudah jelas. Justru yang menajiskan Allah (YHWH) adalah ajaran dari Sdr. Frans Donald maupun mengagum ataupun pembelanya? Yesus yang dianggap olehnya hanya manusia biasa yang tidak memiliki keilahian diberi kuasa oleh Allah menjadi Hakim yang sebenarnya Allah adalah Hakim. Allah sharing kekuasaan dengan manusia, sehingga Allah menjadi Allah yang pensiun atau Allah yang lelah. Yesus memang belum dilahirkan/diperanakan secara fisik pada jaman Yesaya tetapi sebagai FIRMAN/SABDA ia memiliki kekekalan.

Saya berpikir apakah jika KITAB PERJANJIAN BARU tidak pernah ditulis oleh Rasul-rasul Kristus, apakah KEKRISTENAN tetap ada dan apa bentuknya? Kalau jawabannya tidak, apa alasannya? Kalau ya, apa alasannya? Ketika bertanya kepada orang-orang yang mengaku dirinya KRISTEN, mereka bingung dan paling mudah jawabannya adalah TIDAK TAHU. Bagi iman Kristen Tauhid yang sejati bukan Kristen “Tauhid” ala Sdr. Frans Donald, jawabannya adalah YA.

Mengapa bisa, YA? Karena kami memakai liturgi yang benar-benar pararel dengan TRADISI RASULIAH dan tidak memisahkan antara liturgi dan pengajaran. Juga kami memiliki tulisan-tulisan, surat-surat diluar tulisan yang dikanonkan yang ditulis oleh Apostolic Father seperti
1. Kitab Didachee (thn 50M – 120 M) yang ditulis oleh Rasul Paulus dan Rausl Barnabas.
2. Surat Barnabas (thn 70M -140 M) --bukan injil barnabas--, yang ditulis oleh Rasul Barnabas, Surat Ignatius dari Antiokia (thn 110M) ditulis oleh St. Ignatius yang disebut juga Theophorus adalah seorang anak yang dipeluk oleh Yesus ketika Dia memberkati anak-anak dan merupakan murid dari Rasul Paulus dan Rasul Yohanes.
3. Surat Polikarpus (thn 110M – 135 M) yang ditulis oleh St. Polikarpus uskup dari Smirna murid dari Rasul Yohanes.
4. Surat Klemen (thn 96 M) yang ditulis oleh St. Klemen uskup dari Roma.
5. Kitab Gembala Hermas (thn 140 M). Hermas adalah saudara laki-laki dari uskup Roma, Pius. Kitab ini berwibawa karena dianggap kitab suci sebelum terjadinya pengkanonan.
6. Surat kepada Diognetus (thn 150 M).
7. Fragment Tulisan Papias (thn 130 M), Papias adalah murid dari St. Yohanes dan teman St. Polikarpus dan kemudian menjadi uskup di Hieropolis.

Dan masih banyak lagi tulisan-tulisan dari Bapa Gereja lainnya yang sangat berwibawa.

Sekilas tentang Bidat Celcus (thn 180 M).

Celcus adalah seorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga Kristen dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang iman Kristen, tetapi kemudian ia murtad. Salah satu teks tulisan Celcus yang menyerang iman Kristen berbunyi: “Jika seorang Kristen menyembah hanya satu Allah saja, mereka tentunya memiliki alasan pribadi untuk membenarkan hal itu. Tetapi faktanya, mereka menyembah seorang manusia yang batu muncul akhir-akhir ini saja. Mereka tidak merasa bahwa apa yang mereka lakukan itu sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap Monotheisme. Tetapi, mereka pikir hal itu adalah sepenuhnya konsisten untuk menyembah Allah Yang Mahabesar dan sekaligus menyembah abdi-Nya sebagai Allah. Dan penyembahan mereka terhadap Yesus ini adalah hal yang paling menggelikan, karena mereka menolak untuk mendengarkan pengetahuan mengenai Allah, sang Bapa dari semua, kecuali kita mengaitkannya dengan Yesus. Katakanlah pada mereka bahwa Yesus, si pengarang kebangkitan mengenai kebangkitan orang Kristen ini, adalah bukan anak-Nya, mereka tidak akan mendengarkan kamu. Dan ketika mereka berkata bahwa ia adalah Anak Allah, sesungguhnya mereka tidak memberi hormat bagi Allah, malah sebaliknya, mereka secara sengaja mengangkat Yesus menuju tempat yang tinggi”

Hikmah yang kita ambil dari sini adalah bahwa Yesus telah disembah sebagai Allah. Artinya, iman Kristen mula-mula telah menyembah Yesus sebagai Allah bukan suatu produk baru yang dihasilkan oleh Konsili Nikea (325 M), tetapi sudah ada sejak awal Kekristenan..

Masih banyak lagi buku-buku atau pamflet yang mencela Kekristenan karena menyembah Yesus yang dibuat oleh bida’ah kristen maupun oleh orang-orang yang membenci kekeristenan.

Kitab-kitab Perjanjian Lama yang kita miliki bukannya buku yang langsung jatuh dari langit, tetapi buku yang ditulis oleh tangan manusia yang memiliki keterbatasan. Demikian pula dengan Kitab-kitab di Perjanjian Baru tidak jatuh langsung dari langit, tetapi melalui proses tulisan tangan manusia dan bagaimanakah tulisan-tulisan itu diilhamkan oleh Roh Kudus? Sejas awal Kekristenan muncul ke permukaan bumi telah banyak salinan-salinan kitab yang mengatasnamakan Rasul-rasul Kristus. Bapak-Bapak Gereja Perdana telah menetapkan dari sekian banyak salinan kitab-kitab dan kitab-kitab mana yang boleh dibaca sebagai rujukan yang kita kenal sekarang dengan 27 Kitab di Perjanjian Baru. Penetapan kitab-kitab yang boleh dibaca itulah yang disebut diilhamkan oleh Roh Kudus. Mengapa kita tidak memakai kitab Bida’ah Ebionit ataupun kitab bida’ah Dosetisme ataupun kitab-kitab yang dihasilkan oleh bida’ah Gnostik lainnya?. Yang lucunya adalah dari ulasan tentang bida’ah Celcus didapat bahwa Yesus telah disembah dari awal kekristenan dan Bapa-bapa Gereja awal tentunya menyembah Yesus, Bukankah menurut iman Sdr. Frans Donald ataupun pembelanya itu adalah sesuatu yang sesat? Bagaimana jadinya ketika menilai yang menyembah Yesus adalah sesat tetapi buku-buku “sesat” yaitu Alkitab yang telah dikanonkan mereka tetap dipakai oleh Srd. Frans Donald dan para pembelanya?

Kamis, 25 September 2008

Vladimir Soloviev dalam "Gereja Rusia dan Kepausan Roma"

The Russian Church and the Papacy
(Gereja Rusia dan Kepausan Roma)

by Vladimir Soloviev
Edited by Fr. Ray Ryland
Publisher - Catholic Answers, 2001.

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan dari :
http://credo.stormloader.com/Reviews/russchur.htm

Lembaga Catholic Answers telah menerbitkan kembali karya besar Vladimir Soloviev yang berjudul “Rusia dan Gereja Universal”. Ini sebuah masterpiece dari seorang filsuf besar Rusia, yang pernah hidup dari tahun 1853 -1900. Maha karya Soloviev ini ditulis dalam bahasa Perancis untuk menghindari sensor dari Tsar Rusia pada saat itu, dan kemudian volume bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Herbert Rees tahun 1948, dan telah diterbitkan kembali dengan judul di atas. Buku cetak ulang ini kemudian diedit oleh Fr.Ray Ryland. Beberapa bagian buku tersebut dipotong karena tidak berhubungan langsung dengan konsep Vladimir Soloviev tentang doktrin Katolik, yang mana Soloviev menekankan perlunya sosok Kepausan untuk persatuan visible [kasat mata] dari GerejaNya. Selanjutnya Soloviev menekankan perlunya independensi Gereja dari pengaruh penguasa negara. Maha karya “Gereja Rusia dan Kepausan Roma” memperjelas mengapa Soloviev, seorang pemikir dan filsuf yang jenius, dinobatkan sebagai “nabi persatuan Katolik-Orthodoks”.

Dalam pengantarnya, Dr.Scott Hahn menyatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan Soloviev dalam Ensikliknya “Fides et Ratio” [Iman dan Akal] sebagai seorang pemikir Kristen yang termasyur dan menyatakan karyanya sebagai karya “profetik”. Di kata pendahuluannya, Fr.Ryland secara mengagumkan menangkap pesan sentral karya Soloviev yang mengguncangkan dasar kaum Orthodoksi Rusia yang anti Katolik.

Warisan luar biasa dari Vladimier Soloviev terdiri 3 [tiga] dalil sederhana yakni sbb :

1. Yesus Kristus mendirikan jurisdiksi universal disertai sebuah otoritas atau ajaran Paus yang tak bisa salah [infallible] sebagai sebuah karunia bagi GerejaNya.
2. Terpisah dari kepausan, maka Gereja-gereja Timur akan selalu tetap seperti apa adanya : bersifat etnis, merupakan gereja-gereja nasional, independen secara total dan terpecah-pecah.
3. Hanya dalam persatuan dengan Roma maka Gereja-gereja Timur yang terpisah ini menjadi benar-benar Katolik.

Jarang sekali, kalapun ada, doktrin Katolik tentang Gereja dinyatakan lebih komprehensif dan lebih persuasif dalam sebuah konteks apologetik kecuali oleh Vladimir Soloviev.

Dalam kata pengantarnya, Kardinal Austria Christophe Schonborn menekankan keyakinan mendalam dari Soloviev bahwa dalam mendirikan Gereja di atas Petrus si Batu Karang, maka Kristus mendirikan Primacy [hak keutamaan] agar menjadi sebuah ekspresi sebagai “institusi unik dari sifat kebapaan universal dalam Gereja”.

Perjalanan spiritual Soloviev dari seorang materialis tingkat bawah di usia 13, lalu menuju pembaharu iman dalam Allah dan Kristus, disertai dengan misi mistik untuk merestorasi persatuan antara Gereja Katolik dan Gereja Orthodoks Bizantin, merupakan sesuatu yang mempesonakan. Dalam otobiografi singkatnya tahun 1887, Soloviev mengakui bahwa tujuan hidupnya adalah untuk persatuan Gereja dan rekonsiliasi antara Judaisme dan Kekristenan. Dalam karya apologetik klasiknya, “Rusia dan Gereja Universal” ini, yang ditulis tahun 1889, Soloviev secara penuh mengembangkan tema yang akan membawanya menjadi seorang “the Russian Newman” [Newman dari Rusia – mengambil sosok Kardinal John Henry Newman, seorang convert dari Anglikan – red].

Soloviev mencela adanya “keadaan agama yang menyedihkan” di Rusia, dimana Gereja diperbudak oleh despotisme Tsar, selain itu negaranya berada dalam isolasi dari masyarakat Eropa Barat, dan kendornya Gereja Orthodoks Bizantin dalam skisma dari Tahta Petrus, yang merupakan pusat persatuan Gereja Universal.

Defisiensi [kurang gizi-red] dari kaum “Orthodoksi yang anti-Katolik”, mengakibatkan dalam “Gereja Timur saat ini menjadi cacat dan terpecah-pecah”, maka dia melihatnya seperti berada dalam “pelemahan umum organisasi Gereja yang kasat mata di bumi ini”. Soloviev tanpa ampun mengekspos kesalahan-kesalahan [errors] dari kaum anti Katolik kontroversialis, seperti Slavophile Alexei Khomiakov. Penyangkalan mereka terhadap beberapa doktrin Katolik menurutnya :

“tidak terdapat pada otoritas gerejawi apapun yang diterima oleh segenap Gereja Orthodox sebagaimana mengikat dan tidak bisa salah. Tidak ada konsili ekumenis yang telah mengutuk atau memberikan penghakiman atas doktrin-doktrin Katolik yang di-anatema-kan oleh kaum kontroversialis tersebut” [hal.60].

Terhadap tuntutan yang tiada akhirnya dari para penentangnya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Kepala Gereja, maka Soloviev menjawab :

“Apabila Yesus bagi mereka merupakan Kepala yang berkuasa, maka tentunya mereka akan mematuhi kata-kataNya. Namun yang terjadi, apakah ini sebuah kepatuhan kepada Sang Baginda [dhi Yesus] yang membuat mereka memberontak melawan penjaga yang kepadanya Yesus telah menunjuk ?” [hal.200].

Meditasi yang mendalam terhadap teks-teks Injil yang berkaitan dengan Petrus, bersama dengan evaluasi yang teliti dari berbagai fakta sejarah Gereja sampai kepada tinjauan hubungan antara St. Paus Leo Agung dengan Gereja Timur, membawa Soloviev pada kesimpulan :

“Sampai saat ini Kepausan Roma bukanlah sebuah perampasan kuasa yang sewenang-wenang namun sebuah perkembangan prinsip yang legal dan bersifat penuh sebelum adanya perpecahan Gereja, dan terhadap masalah ini Gereja tidak pernah protes….Dalam masa-masa itu, Gereja Orthodox Yunani menyadari bahwa dirinya adalah bagian hidup dari Gereja Universal, yang dengan jelas terikat kepada pusat persatuan, yakni Gereja apostolik Petrus” [hal.90].

Vatican Larang Penggunaan Nama "Yahweh"

Petunjuk Vatikan : “Yahweh” Tidak Tepat Digunakan Dalam Liturgi

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan dari : http://www.catholicculture.org/news/features/index.cfm?recnum=60153

13 Agustus 2008 (CWNews.com) - Vatikan telah memutuskan bahwa Nama Allah, yang umumnya dimaksud sebagai “Yahweh”, tidak boleh diucapkan dalam liturgi Katolik.
Petunjuk Vatikan tidak mewajibkan adanya perubahan apa pun dalam bahasa liturgi, karena Nama Allah tidak dicantumkan dalam terjemahan resmi Misa Romawi. Tetapi sebagian lagu mungkin dianggap tidak tepat dalam penggunanannya dalam liturgi.

Konggregasi Ibadat Suci, dalam mengeluarkan petunjuk baru ini, mengingatkan para uskup bahwa dalam tradisi Yahudi, dimana umat Kristen perdana mengadopsinya, bahwa ketika itu umat beriman menghindari pengucapan Nama Allah. Petunjuk Vatikan juga menjelaskan bahwa “sebagai sebuah ungkapan kebesaran dan keagungan Allah yang tak terbatas, maka nama tersebut tetap dipertahankan untuk tidak boleh diucapkan”.

Dalam hal Nama Allah, orang-orang Yahudi yang saleh menggunakan empat tetragammaton YHWH, atau menggantikannya dengan istilah “Adonai” atau “Tuhan”. Umat Kristen pertama melanjutkan praktek ini, kutip Vatikan.

Konggregasi Ibadat Suci mengamati bahwa penyebutan “Tuhan” dalam teks Kitab Suci mengikuti praktek tersebut. Jadi ketika St. Paulus berdoa agar “setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan,” maka surat Vatikan mengatakan bahwa pernyataan St. Paulus itu “berkaitan dengan tepat kepada pernyataan ke-ilahian [Kristus]”.

Kitab Suci merefleksikan tradisi Yahudi dan Nama Allah tidak dicantumkan dalam terjemahan resmi Katolik. Instruksi Vatikan ini menyatakan bahwa bahasa liturgis harus dengan teliti mengikuti teks-teks Kitab Suci, sehingga Firman Allah “diperbincangkan dan disebarluaskan dalam sikap yang taat dan utuh”.

Tetapi, instruksi ini mencatat, bahwa “dalam tahun-tahun terakhir praktek ini telah masuk secara sembunyi-sembunyi”, dalam hal penggunaan Nama Allah dan pencantuman tetragammaton. Dengan demikian, menurut Vatikan, praktek tersebut harus dihindari dalam liturgi Katolik.

Efek dari petunjuk Vatikan ini harus menjadi jelas dalam pemilihan lagu-lagu, karena beberapa musik liturgi kontemporer menyalahgunakan kebijakan Vatikan dengan menyebutkan Nama Allah. Kebijakan Vatikan ini juga mencakup perhatian dalam rangka persiapan elemen-elemen variabel liturgi, seperti Doa Umat Beriman.

Surat dari Konggregasi Ibadat Suci, bertanggal 29 Juni 2008, ditandatangani oleh Kardinal Francis Arinze dan Uskup Agung Malcom Ranjith, masing-masing sebagai prefek dan sekretaris konggregasi tersebut.

Dalam surat bertanggal 8 Agustus 2008 kepada uskup-uskup dalam hirarki AS, yang disiarkan dalam petunjuk Vatikan ini, Uskup Arthur Serratelli – Ketua Komite Liturgi Konferensi Uskup AS – menyambut baik instruksi Vatikan ini, dengan mengatakan bawah “petunjuk tersebut membantu menekankan pada akurasi teologis dari sisi bahasa dan merupakan suatu penghormatan yang tepat bagi Nama Allah”.

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...