Senin, 26 November 2007

Paus Benediktus XVI Menentang Buku Harry Potter

Pope Opposes Harry Potter Novels - Signed Letters from Cardinal Ratzinger Now Online

RIMSTING, Germany, July 13, 2005 (LifeSiteNews.com) - LifeSiteNews.com has obtained and made available online copies of two letters sent by Cardinal Joseph Ratzinger, who was recently elected Pope, to a German critic of the Harry Potter novels. In March 2003, a month after the English press throughout the world falsely proclaimed that Pope John Paul II approved of Harry Potter, the man who was to become his successor sent a letter to a Gabriele Kuby outlining his agreement with her opposition to J.K. Rowling's offerings. (See below for links to scanned copies of the letters signed by Cardinal Ratzinger.)

As the sixth issue of Rowling's Harry Potter series - Harry Potter and the Half-Blood Prince - is about to be released, the news that Cardinal Joseph Ratzinger expressed serious reservations about the novels is now finally being revealed to the English-speaking world still under the impression the Vatican approves the Potter novels.

In a letter dated March 7, 2003 Cardinal Ratzinger thanked Kuby for her "instructive" book Harry Potter - gut oder böse (Harry Potter- good or evil?), in which Kuby says the Potter books corrupt the hearts of the young, preventing them from developing a properly ordered sense of good and evil, thus harming their relationship with God while that relationship is still in its infancy.

"It is good, that you enlighten people about Harry Potter, because those are subtle seductions, which act unnoticed and by this deeply distort Christianity in the soul, before it can grow properly," wrote Cardinal Ratzinger.

The letter also encouraged Kuby to send her book on Potter to the Vatican prelate who quipped about Potter during a press briefing which led to the false press about the Vatican support of Potter. At a Vatican press conference to present a study document on the New Age in April 2003, one of the presenters - Fr. Peter Fleedwood - made a positive comment on the Harry Potter books in response to a question from a reporter. Headlines such as "Pope Approves Potter" (Toronto Star), "Pope Sticks Up for Potter Books" (BBC), "Harry Potter Is Ok With The Pontiff" (Chicago Sun Times) and "Vatican: Harry Potter's OK with us" (CNN Asia) littered the mainstream media.

In a second letter sent to Kuby on May 27, 2003, Cardinal Ratzinger "gladly" gave his permission to Kuby to make public "my judgement about Harry Potter."

The most prominent Potter critic in North America, Catholic novelist and painter Michael O'Brien commented to LifeSiteNews.com on the "judgement" of now-Pope Benedict saying, "This discernment on the part of Benedict XVI reveals the Holy Father's depth and wide ranging gifts of spiritual discernment." O'Brien, author of a book dealing with fantasy literature for children added, "it is consistent with many of the statements he's been making since his election to the Chair of Peter, indeed for the past 20 years - a probing accurate read of the massing spiritual warfare that is moving to a new level of struggle in western civilization. He is a man in whom a prodigious intellect is integrated with great spiritual gifts. He is the father of the universal church and we would do well to listen to him."


English translations of the two letters by Cardinal Ratzinger follow:

Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
March 7, 2003


Esteemed and dear Ms. Kuby!

Many thanks for your kind letter of February 20th and the informative book which you sent me in the same mail. It is good, that you enlighten people about Harry Potter, because those are subtle seductions, which act unnoticed and by this deeply distort Christianity in the soul, before it can grow properly.

I would like to suggest that you write to Mr. Peter Fleedwood, (Pontifical Council of Culture, Piazza S. Calisto 16, I00153 Rome) directly and to send him your book.

Sincere Greetings and Blessings,

+ Joseph Cardinal Ratzinger

=======================

Joseph Cardinal Ratzinger
Vatican City
May 27, 2003

Esteemed and dear Ms. Kuby,


Somehow your letter got buried in the large pile of name-day , birthday and Easter mail. Finally this pile is taken care of, so that I can gladly allow you to refer to my judgment about Harry Potter.


Sincere Greetings and Blessings,

+ Joseph Cardinal Ratzinger


Links to the scanned copies of the two signed letters by Cardinal Ratzinger (in German) - In PDF format:
http://www.lifesite.net/ldn/2005_docs/ratzingerlet...
http://www.lifesite.net/ldn/2005_docs/ratzingerper...

See LifeSite's Harry Potter resource section at:
http://www.lifesite.net/features/harrypotter/


10 Argumen Melawan Harry Potter

Sumber : http://www.lifesite.net/ldn/2005/jul/05071301.html

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan

10 [Sepuluh] Argumen Melawan Harry Potter – Ditulis oleh Seorang Wanita Yang Melakukan Korespondensi dengan Kardinal Ratzinger

Gabriele Kuby author of Harry Potter: Good or Evil

Gabriele Kuby Penulis Tentang Harry Potter : Baik atau Jahat

1. Harry Potter adalah proyek dengan terma global yang panjang untuk mengubah suatu budaya. Di generasi muda saat ini, sikap untuk menahan diri terhadap magis dan klenik [occult] sedang dihancurkan. Dengan demikian, ada semacam kekuatan yang masuk kembali ke dalam masyarakat yang mana Kekristenan telah mengatasinya.

2. Hogwarts, sebuah sekolah magis dan ilmu sihir, adalah sebuah dunia kekerasan dan horor yang tertutup, dunia kutukan dan pesona, dunia ideologi rasis dan korban darah, kejijikan dan obsesi. Terdapat suatu atmosfir ancaman yang berkesinambungan yang mana para pembaca tidak dapat melewatkannya.

3. Sementara Harry Potter muncul pada awalnya untuk melawan kejahatan, tapi nyatanya kemiripan antara Dia dengan Voldermort, musuh besarnya dalam cerita tersebut, lama-lama menjadi semakin jelas. Dalam Volume kelima, Harry sedang kerasukan Voldermort, yang mengakibatkan timbulnya gejala-gejala disintegrasi kepribadian.

4. Dunia manusia mengalami degradasi, dunia para tukang sihir menjadi dimuliakan.

5. Tidak ada dimensi transendental yang positif. Hal-hal supernatural seluruhnya bersifat demonic [iblis-jahat]. Simbol-simbol ilahi dinodai.

6. Harry Potter bukanlah kisah atau cerita dongeng modern. Dalam cerita-cerita dongeng, para tukang sihir adalah figur iblis yang ambigu. Pahlawan melepaskan kekuatan mereka melalui kebaikan. Dalam cerita ini dunianya Harry Potter, tidak ada karakter yang berusaha keras secara konsisten untuk mencapai kebaikan. Karena apa yang nampaknya menjadi tujuan yang baik maka cara-cara jahat akan digunakan.

7. Kuasa pembeda untuk membedakan hal yang baik dengan yang jahat dari para para pembaca dihalang-halangi melalui manipulasi emosional dan kebingungan intelektual.

8. Hal ini adalah suatu serangan terhadap generasi muda, merayu mereka secara penuh permainan ke dalam sebuah dunia sihir dan klenik, lalu mengisi imajinasi anak-anak muda dengan gambar dari sebuah dunia dimana iblis berkuasa yang daripadanya tidak ada jalan keluar malah sebaliknya, dunia iblis digambarkan begitu diinginkan.

9. Mereka yang menilai berbagai pendapat tentang Harry Potter boleh menentang kuasa yang hampir besar sekali yang menekan kelompok anak-anak tersebut, yang sedang dikerjakan melalui korporasi raksasa dan serangan multi media – salah satunya menayangkan elemen-elemen dari pencucian otak secara totaliter.

10. Karena melalui buku-buku Harry Potter ini maka iman kepada Allah yang penuh kasih secara sistematis dirusakkan, bahkan dihancurkan dalam diri orang-orang muda melalui “nilai-nilai” palsu dan penghujatan terhadap Kebenaran Judeo-Kristen. Pengenalan buku-buku ini di sekolah-sekolah tidak bisa ditolerir. Para orang tua seharusnya menolak ijin bagi anak-anak mereka untuk mengambil bagian dalam indoktrinasi Harry Potter demi alasan iman dan hati nurani.

Pembaruan Karismatik Katolik

Pembaruan Karismatik Katolik

Apa dan Bagaimana ?

Oleh Leonard T. Panjaitan

Awal Mula

Cikal-bakal Pembaruan Karismatik bermula pada tahun 1800-an ketika pada saat itu terjadi banyak peristiwa manifestasi karunia Roh Kudus di hampir seluruh dunia. Namun peristiwa-peristiwa ini tersebut tidak memiliki hubungan satu sama lain. Selanjutnya bermunculan peristiwa yang sama di Inggris, tahun 1830, ketika Edward Irving memimpin kelompok berbahasa roh membentuk “Gereja Apostolik Katolik”. Fenomena berbahasa roh juga muncul di Amerika Serikat, bahkan diantara anggota Gereja Mormon, Shaker dan Methodist. Sepertinya ada rasa haus yang luar biasa untuk mencari suatu semangat kerohanian yang baru terutama setelah perang sipil di AS. Orang-orang banyak berkumpul dan berdoa demi kedatangan Pantekosta baru. Bukan hanya di AS, di seluruh dunia sepertinya ada hasrat bagi tumbuhnya suatu spiritual revival.

Tahun 1900 di Topeka Kansas AS, sekelompok orang dalam suatu Sekolah Kitab Suci yang didirikan oleh Charles Parham, seorang minister Methodist merasakan bahwa Roh Kudus tidak begitu aktif dalam kehidupan menggereja mereka. Mereka lantas membuat malam doa kepada Roh Kudus namun rupanya tidak begitu banyak hal yang terjadi. Lalu seorang wanita bernama Agnes Ozman dari kelompok tersebut mengatakan bahwa dalam Kisah Para Rasul, nampaknya setiap saat Roh Kudus diminta, tangan diletakkan pada orang yang didoakan. Kemudian Agnes Ozman meminta kelompoknya untuk meletakkan tangan padanya pada saat mereka berdoa dan ketika itu Agnes mengalami manifestasi karunia bahasa roh atau lidah. Sejak saat itu banyak orang mengalami karunia-karunia Roh Kudus lainnya dan segera setelah itu kelompok tersebut pergi ke Kansas untuk menyebarkan kabar gembira ini. Namun Gereja-gereja protestan alur utama (mainline churches) melarang dan bahkan membubarkan kelompok Topeka ini. Namun Charles Parham tetap melanjutkan penyebaran karunia Roh Kudus ini. Dari sinilah awal tumbuhnya gereja Pentakosta dan malam ketika Agnes Ozman minta didoakan untuk kedatangan Roh Kudus merupakan kelahiran gereja Pentakosta.

Bergerak ke tahun 1960-an ketika diadakan Konsili Vatikan 2 pada masa kepausan Yohanes XXIII, umat Katolik diminta untuk berdoa demi kesuksesan Konsili dan doa yang mereka ucapakan adalah “semoga terjadi Pentakosta kedua di era kita”. Dan bila kita baca buku karangan Leo Jozef Kardinal Suenens – seorang teolog andal dan juga penyokong pembaruan karismatik - yang berjudul “A New Pentecost ?” maka kita akan melihat begitu menariknya gambaran tentang bagaimana karunia Roh Kudus itu (the gift of Spirit) dimasukkan dalam salah satu dokumen Konsili ke-21 ini. Singkatnya, di AS pada bulan Februari 1967 suatu kelompok Fakultas dan pelajar dari Duquesne University, Pittsburgh, Pennsylvania berkumpul bersama dalam sebuah retret akhir pekan. Akhir pekan tersebut sering dikenal sebagai “Duquesne weekend” yang kemudian diingat sebagai lahirnya Pembaruan Karismatik dalam Gereja Katolik. Kegiatan tersebut akhirnya mendapatkan respon. Pengalaman dalam baptisan Roh itu diulangi kembali di Notre Dame University, di Indiana dan Michigan. Dari sini kelompok-kelompok tersebut berkembang pesat. Akhirnya pembaruan Karismatik Katolik diterima oleh Gereja Katolik dengan dinyatakan oleh Bapa Suci Paus Paulus VI di Basilika Santo Petrus pada hari Minggu Pentakosta tahun 1975.

Pembaruan Karismatik : Revitalisasi Gereja

“Baptisan Roh Kudus” merupakan slogan Pembaruan Karismatik yang kelihatannya terdengar fantastis. Pernyataan tersebut semakin dikuatkan oleh Oreste Pesare - Direktur Internasional Catholic Charismatic Renewal Services (ICCRS) yang berpusat di Roma - ketika dimintai tanggapannya oleh Zenit News Agency bulan Juli 2004 mengenai Pembaruan Karismatik Katolik sebagai "A grace for the whole Church”. Untuk itu marilah kita coba bahas bagaimana pembaruan karismatik itu? dan seberapa perlu tersebut dikembangkan dalam akar rumput di lingkungan paroki masing-masing ?

Menurut ensklopedia Katolik New Advent, karismatik berasal dari kata Yunani charisma yaitu karunia atau rahmat ilahi (gift) yang diberikan Allah kepada manusia. Biasanya orang yang mendapatkan karunia tersebut dinamakan karismatis seperti ketika para Rasul menerima Roh Kudus (Kis 2: 1- 4), kuasa membuat mukjizat, membedakan roh dan berbahasa roh (1 Kor 12:10). Penambahan kata “pembaruan” sebenarnya ingin menekankan bahwa karisma atau karunia itu sebenarnya secara implisit sudah terdapat dalam diri masing-masing individu hanya saja perlu dilakukan pembaruan oleh yang bersangkutan dalam puji-pujian yang adoratif dan ekspresif kepada Roh Kudus. Jadi yang dititikberatkan pada ini adalah bukan untuk mendapat karunia Roh Kudus semata-mata secara sensasional namun lebih pada peleburan hati dan jiwa kepada arus Rahmat Allah yang tercurah kepada seluruh umat Kristen dan Gereja. Suatu pengalaman yang mencakup hubungan yang mesra dan mendalam antara Bapa dan putra-putri-Nya melalui ikatan Roh Kudus.

Pembaruan karismatik Katolik adalah upaya aktif Allah kepada umat manusia dalam rangka perwujudan karya penyelamatan Sang Pencipta yang dimulai dari pembaruan spiritualitas pribadi manusia hingga menuju transformasi Gereja sebagai suatu institusi rohani yang dinamis dan kuat. Oleh sebab itu pembaruan spiritual semacam ini perlu dikembangkan untuk merevitalisasi Gereja agar kehidupan beriman semakin bergairah. Revitalisasi ditujukan untuk memberi “kehidupan baru” pada aspek liturgis dan sakramental sehingga umat awam memiliki semangat baru untuk beribadah di dalam Gereja. Kecenderungan masa kini adalah bahwa banyak orang-orang yang meninggalkan Gereja karena mereka tidak menemukan kehidupan di dalamnya, tidak merasakan Sabda Allah sebagai sesuatu yang hidup dan kurang adanya sikap saling memperhatikan antara anggota jemaat. Akibatnya timbulah spiritual emptiness atau kekosongan spiritual sehingga mereka berusaha melakukan spiritual quest atau mencari pemuas rohani di luar Gereja Katolik.

Kebetulan pada tanggal 20 – 25 September 2004 lalu diadakan retret pembaruan karismatik Katolik di Roma yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 delegasi Katolik dari seluruh dunia dan dipimpin oleh Fr. Raniero Cantalamessa - seorang kapusin yang aktif dalam ini dan juga seorang papal household preacher -. Beliau mengatakan kepada Zenit News Agency bahwa pembaruan karismatik Katolik merupakan sarana ampuh yang dikehendaki Allah untuk merevitalisasi kehidupan kristen. Dalam rangka revitalisasi ini, pembaruan karismatik justru bukan merupakan penemuan atau hasil karya para anggota ini melainkan semata-mata karya ilahi untuk pembaruan baptisan. Hal ini bisa dibuktikan ketika banyak orang mendapatkan manifestasi Roh tanpa mengenal atau pun ikut aktif dalam pembaruan ini. Pembaruan karismatik ini adalah suatu cara untuk mengekspresikan iman pada Allah dengan gaya yang bebas, dengan lagu-lagu yang menyenangkan hingga seseorang dapat merasakan sentuhan Roh Kudus dengan penuh suka cita bahkan sampai menangis yang semuanya ini bisa dialami tanpa harus meninggalkan Gereja Katolik. Bagi para para klerus, ini mungkin dapat membantu mereka meningkatkan semangat untuk selalu hidup religius, setia pada panggilan imamatnya, serta memperbaharui pelayanannya kepada umat di parokinya masing-masing.

Menurut estimasi ICCRS [International Catholic Charismatic Renewal Service] ada sekitar 600 juta orang Kristen di seluruh dunia (termasuk 120 juta orang Katolik) yang pernah mengalami “baptisan Roh” dan mayoritas umat Katolik yang mengikuti ini berada di Amerika Latin. Ini menunjukkan adanya buah-buah Roh Kudus yang sungguh menakjubkan yang bisa membangkitkan spiritualitas umat di tengah-tengah kehidupan sekuler dan medioker yang semakin parah ini. Mengapa Allah sungguh bermurah hati mencurahkan Roh Kudus-Nya dengan cara yang spektakuler ini ? Kita mungkin tidak tahu. Namun yang jelas faktanya adalah kita memang sedang hidup dalam era Pentakosta kedua.

Disamping itu pula, pembaruan karismatik ini bukan pula suatu gerakan gerejawi (ecclesial movement) melainkan hanya suatu daya atau arus rahmat yang dimaksudkan untuk mentransformasi Gereja dan orang-orang yang telah dibaptis melalui evangelisasi, liturgi, doa-doa pribadi serta nilai-nilai Kristen. Oleh sebab itu diharapkan setelah seseorang mengalami transformasi baik pikiran maupun hati maka kasih dan kedamaian akan mudah ditemukan. Dari sini diharapkan timbul suatu kegairahan untuk melayani sesama dan Gereja sehingga secara langsung atau pun tidak langsung, nama Yesus akan semakin dikenal dan dimuliakan secara mendalam. Jadi Gereja akan semakin kuat. Dengan demikian kita tidak perlu takut untuk mengembangkan pembaruan karismatik ini di tiap-tiap paroki sebab buah-buahnya sangat bermanfaat bagi peningkatan iman dan pengetahuan kita akan Kristus dan pun ini bukan suatu tempat dimana beberapa orang yang secara “emosional” berkumpul bersama-sama namun pembaruan karismatik ini adalah suatu RAHMAT bagi semua orang yang telah dibaptis. Tanda-tanda atau mujizat-mujizat yang diterima secara eksternal mungkin berbeda-beda namun secara esensial ini merupakan suatu pengalaman spiritual bagi semua orang yang telah dibaptis.



♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...