Pembaruan Karismatik Katolik
Apa dan Bagaimana ?
Oleh Leonard T. Panjaitan
Awal Mula
Cikal-bakal Pembaruan Karismatik bermula pada tahun 1800-an ketika pada saat itu terjadi banyak peristiwa manifestasi karunia Roh Kudus di hampir seluruh dunia. Namun peristiwa-peristiwa ini tersebut tidak memiliki hubungan satu sama lain. Selanjutnya bermunculan peristiwa yang sama di Inggris, tahun 1830, ketika Edward Irving memimpin kelompok berbahasa roh membentuk “Gereja Apostolik Katolik”. Fenomena berbahasa roh juga muncul di Amerika Serikat, bahkan diantara anggota Gereja Mormon, Shaker dan Methodist. Sepertinya ada rasa haus yang luar biasa untuk mencari suatu semangat kerohanian yang baru terutama setelah perang sipil di AS. Orang-orang banyak berkumpul dan berdoa demi kedatangan Pantekosta baru. Bukan hanya di AS, di seluruh dunia sepertinya ada hasrat bagi tumbuhnya suatu spiritual revival.
Tahun 1900 di Topeka Kansas AS, sekelompok orang dalam suatu Sekolah Kitab Suci yang didirikan oleh Charles Parham, seorang minister Methodist merasakan bahwa Roh Kudus tidak begitu aktif dalam kehidupan menggereja mereka. Mereka lantas membuat malam doa kepada Roh Kudus namun rupanya tidak begitu banyak hal yang terjadi. Lalu seorang wanita bernama Agnes Ozman dari kelompok tersebut mengatakan bahwa dalam Kisah Para Rasul, nampaknya setiap saat Roh Kudus diminta, tangan diletakkan pada orang yang didoakan. Kemudian Agnes Ozman meminta kelompoknya untuk meletakkan tangan padanya pada saat mereka berdoa dan ketika itu Agnes mengalami manifestasi karunia bahasa roh atau lidah. Sejak saat itu banyak orang mengalami karunia-karunia Roh Kudus lainnya dan segera setelah itu kelompok tersebut pergi ke
Bergerak ke tahun 1960-an ketika diadakan Konsili Vatikan 2 pada masa kepausan Yohanes XXIII, umat Katolik diminta untuk berdoa demi kesuksesan Konsili dan doa yang mereka ucapakan adalah “semoga terjadi Pentakosta kedua di era kita”. Dan bila kita baca buku karangan Leo Jozef Kardinal Suenens – seorang teolog andal dan juga penyokong pembaruan karismatik - yang berjudul “A New Pentecost ?” maka kita akan melihat begitu menariknya gambaran tentang bagaimana karunia Roh Kudus itu (the gift of Spirit) dimasukkan dalam salah satu dokumen Konsili ke-21 ini. Singkatnya, di AS pada bulan Februari 1967 suatu kelompok Fakultas dan pelajar dari Duquesne University, Pittsburgh, Pennsylvania berkumpul bersama dalam sebuah retret akhir pekan. Akhir pekan tersebut sering dikenal sebagai “Duquesne weekend” yang kemudian diingat sebagai lahirnya Pembaruan Karismatik dalam Gereja Katolik. Kegiatan tersebut akhirnya mendapatkan respon. Pengalaman dalam baptisan Roh itu diulangi kembali di
Pembaruan Karismatik : Revitalisasi Gereja
“Baptisan Roh Kudus” merupakan slogan Pembaruan Karismatik yang kelihatannya terdengar fantastis. Pernyataan tersebut semakin dikuatkan oleh Oreste Pesare - Direktur Internasional Catholic Charismatic Renewal Services (ICCRS) yang berpusat di Roma - ketika dimintai tanggapannya oleh Zenit News Agency bulan Juli 2004 mengenai Pembaruan Karismatik Katolik sebagai "A grace for the whole Church”. Untuk itu marilah kita coba bahas bagaimana pembaruan karismatik itu? dan seberapa perlu tersebut dikembangkan dalam akar rumput di lingkungan paroki masing-masing ?
Menurut ensklopedia Katolik New Advent, karismatik berasal dari kata Yunani charisma yaitu karunia atau rahmat ilahi (gift) yang diberikan Allah kepada manusia. Biasanya orang yang mendapatkan karunia tersebut dinamakan karismatis seperti ketika para Rasul menerima Roh Kudus (Kis 2: 1- 4), kuasa membuat mukjizat, membedakan roh dan berbahasa roh (1 Kor
Pembaruan karismatik Katolik adalah upaya aktif Allah kepada umat manusia dalam rangka perwujudan karya penyelamatan Sang Pencipta yang dimulai dari pembaruan spiritualitas pribadi manusia hingga menuju transformasi Gereja sebagai suatu institusi rohani yang dinamis dan kuat. Oleh sebab itu pembaruan spiritual semacam ini perlu dikembangkan untuk merevitalisasi Gereja agar kehidupan beriman semakin bergairah. Revitalisasi ditujukan untuk memberi “kehidupan baru” pada aspek liturgis dan sakramental sehingga umat awam memiliki semangat baru untuk beribadah di dalam Gereja. Kecenderungan masa kini adalah bahwa banyak orang-orang yang meninggalkan Gereja karena mereka tidak menemukan kehidupan di dalamnya, tidak merasakan Sabda Allah sebagai sesuatu yang hidup dan kurang adanya sikap saling memperhatikan antara anggota jemaat. Akibatnya timbulah spiritual emptiness atau kekosongan spiritual sehingga mereka berusaha melakukan spiritual quest atau mencari pemuas rohani di luar Gereja Katolik.
Kebetulan pada tanggal 20 – 25 September 2004 lalu diadakan retret pembaruan karismatik Katolik di Roma yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 delegasi Katolik dari seluruh dunia dan dipimpin oleh Fr. Raniero Cantalamessa - seorang kapusin yang aktif dalam ini dan juga seorang papal household preacher -. Beliau mengatakan kepada Zenit News Agency bahwa pembaruan karismatik Katolik merupakan sarana ampuh yang dikehendaki Allah untuk merevitalisasi kehidupan kristen. Dalam rangka revitalisasi ini, pembaruan karismatik justru bukan merupakan penemuan atau hasil karya para anggota ini melainkan semata-mata karya ilahi untuk pembaruan baptisan. Hal ini bisa dibuktikan ketika banyak orang mendapatkan manifestasi Roh tanpa mengenal atau pun ikut aktif dalam pembaruan ini. Pembaruan karismatik ini adalah suatu cara untuk mengekspresikan iman pada Allah dengan gaya yang bebas, dengan lagu-lagu yang menyenangkan hingga seseorang dapat merasakan sentuhan Roh Kudus dengan penuh suka cita bahkan sampai menangis yang semuanya ini bisa dialami tanpa harus meninggalkan Gereja Katolik. Bagi para para klerus, ini mungkin dapat membantu mereka meningkatkan semangat untuk selalu hidup religius, setia pada panggilan imamatnya, serta memperbaharui pelayanannya kepada umat di parokinya masing-masing.
Menurut estimasi ICCRS [International Catholic Charismatic Renewal Service] ada sekitar 600 juta orang Kristen di seluruh dunia (termasuk 120 juta orang Katolik) yang pernah mengalami “baptisan Roh” dan mayoritas umat Katolik yang mengikuti ini berada di Amerika Latin. Ini menunjukkan adanya buah-buah Roh Kudus yang sungguh menakjubkan yang bisa membangkitkan spiritualitas umat di tengah-tengah kehidupan sekuler dan medioker yang semakin parah ini. Mengapa Allah sungguh bermurah hati mencurahkan Roh Kudus-Nya dengan cara yang spektakuler ini ? Kita mungkin tidak tahu. Namun yang jelas faktanya adalah kita memang sedang hidup dalam era Pentakosta kedua.
Disamping itu pula, pembaruan karismatik ini bukan pula suatu gerakan gerejawi (ecclesial movement) melainkan hanya suatu daya atau arus rahmat yang dimaksudkan untuk mentransformasi Gereja dan orang-orang yang telah dibaptis melalui evangelisasi, liturgi, doa-doa pribadi serta nilai-nilai Kristen. Oleh sebab itu diharapkan setelah seseorang mengalami transformasi baik pikiran maupun hati maka kasih dan kedamaian akan mudah ditemukan. Dari sini diharapkan timbul suatu kegairahan untuk melayani sesama dan Gereja sehingga secara langsung atau pun tidak langsung, nama Yesus akan semakin dikenal dan dimuliakan secara mendalam. Jadi Gereja akan semakin kuat. Dengan demikian kita tidak perlu takut untuk mengembangkan pembaruan karismatik ini di tiap-tiap paroki sebab buah-buahnya sangat bermanfaat bagi peningkatan iman dan pengetahuan kita akan Kristus dan pun ini bukan suatu tempat dimana beberapa orang yang secara “emosional” berkumpul bersama-sama namun pembaruan karismatik ini adalah suatu RAHMAT bagi semua orang yang telah dibaptis. Tanda-tanda atau mujizat-mujizat yang diterima secara eksternal mungkin berbeda-beda namun secara esensial ini merupakan suatu pengalaman spiritual bagi semua orang yang telah dibaptis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar