Jumat, 14 September 2007

Bunda Maria - Sebuah Tinjauan Biblis


Ditulis oleh Pater Gabriel Rehatta [Pastor Paroki Epipania Agia Sophia Gereja Orthodox Indonesia - Kalimalang Jakarta Timur]
Disunting oleh Leonard T. Panjaitan

MARIA

I. Nubuatan Nabi Yesaya

Kitab Suci tidak banyak mengisahkan perihal Ibu dari Yesus Kristus, Juruselamat kita, walaupun dalam Tradisi Pengajaran Gereja serta dalam Teologi dan Kristologi Gereja, peranan Bunda Maria, Dara Nazaret ini sangatlah penting. Maria adalah ti­tik tolak dalam sejarah manusia, sebuah jembatan dimana Yang Ilahi turun ke dunia, sehingga yang fana dapat mengecap segala sesuatu yang ada di surga. Kabar gembira yang dibawa oleh Malaikat utusan Allah tidak hanya datang kepada Maria, tetapi juga kepada seorang laki-laki dari keluarga Nabi Daud yang bemama Yusuf. Yusuf saat itu ditunangkan kepada Maria, seorang wanita yang belum pemah bersuami (bdk. Lukas 1: 34). Tetapi dalam masa pertunangannya ini Yusuf mendapati Maria sudah dalam keadaan mengandung, sebagai seorang pria yang cukup dipandang ia bemiat untuk berpisah dari Maria. Tetapi Allah mengutus MalaikatNya dan berkata : "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" - yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1 :23).

Referensi ini sebenamya ditujukan bagi Sang Bunda Allah, Maria disebut sebagai Sang Anak Dara. Sebutan Anak Dara ini merupakan sebuah terjemahan dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani ayat ini berbunyi: Ιδου η παρθενος εν γαστρι εξει και τεξεται υιον, και καλεσουσι το ονομα αυτυ Eμμανουηλ, ο εστι μεθερμηνενομενον, Mεθ ημων ο θεος. Kata "anak dara" menggunakan sebuah kata : παρθενος (Parthenos) yang berarti secara harafiah: Perawan atau gadis, dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti: masih murni, belum kawin atau belum berbaur (tersentuh) dengan laki-Iaki. Ayat ini sebenamya diambil dari se­buah nubuatan oleh Nubi Yesaya: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-Iaki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel (Yesaya 7:14). Dalam bahasa Ibrani kata perawan/anak dara menggunakan kata "Alma" yang diterjemahkan sebagai wanita muda. Tetapi dalam terjemahan Septuaginta (LXX), Kitab Suci terjemahan kuno (seb. Masehi) yang menggunakan bahasa Yunani, yang dipakai tetaplah kata: παρθενος (Parthenos) yang berarti perawan. Tetapi apakah arti semuanya ini? Ini berarti bahwa Allah te­lah menubuatkan lewat para nabi tentang Perawan Maria dari Nazaret sebagai ibu (baca: orang­tua biologis) tunggal dari Yesus Kristus. Implikasinya adalah: segala yang berhubungan dengan kemanusiaan Kristus, kemanusiaan yang dipakaiNya untuk berjalan, untuk memberkati kanak-­kanak, untuk melakukan mujizat, untuk berkarya, untuk mati di kayu salib, untuk bangkit pada hari ketiga, tubuh yang dipaku dan darah yang dicurahkan adalah darah kemanusiaan, yang diambil dari Maria dari Nazaret. lnilah peranan Sang Perawan Suci bagi kehidupan bangsa manusia.

Gereja selalu memanggil Bunda Maria sebagai Sang Perawan Maria. Dalam leks liturgi Ekaristi yang di tulis olch St. Yohanes Krisostomos, Maria selalu ditulis sebagai : yang tersuci, yang termurni, yang terberkati, yang termulia dan yang Selalu Perawan Maria (Aειπαρθενος) atau secara gamblang berarti: yang perawan kekal Maria. Sebutan ini menjadi scbuah gelar yang amat digemari khususnya dalam Gereja Timur terutama dalam karya-karya sastra dan kidung Gereja, dengan demikian adalah sebuah pen­gajaran gereja bahwa Maria adalah seorang Perawan. Pengertian Maria se­bagai Perawan bukan terjadi dikemudian hari pada masa Gereja tetapi sudah sejak masa Peljanjian Baru. Sejak masa Perjanjian Baru, Gereja awal telah memiliki keyakinan bahwa pernyataan Manusia-Ilahi Yesus Kristus di dunia berbeda dengan manusia-manusia pada umumnya. Kristus dilahirkan oleh seorang ibu tanpa adanya campur tan­gan seorang ayah (laki-laki), dalam hal inilah Gereja Awal mempunyai pengertian awal tentang kelahiran Kristus dari seorang Perawan. Oleh sehab itu ibunya disebut sebagai perawan, perawan dalam arti sesungguhnya. Maria mengandung Kristus dari Roh Kudus. Harus dimengerti bahwa Roh Kudus bukanlah ayah kandung dari Kristus, pengertiannya adalah: Maria mengandung atas kuasa Roh Kudus, dalam keadaan sebagai seorang perawan.

II. Inkarnasi

Kristus menjadi manusia mengambil kodrat kemanusiaan dari Maria dengan perantaraan Roh Kudus, tetapi apa yang sebenarnya terjadi disini? Apakah makna Allah turun ke rahim Maria yang perawan dan menjadi manusia, sebagaimana yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya ? Apakah yang terjadi dengan Allah di sini? Sebelumnya kita harus mengerti bahwa Sang Firman Allah, Sang Logos (Putra Sang Bapa) adalah Allah yang Sejati, yang Satu Dzat-hakekat, Satu Kodrat dengan Sang Bapa. Ia turun dari surga menjadi manusia, walaupun di saat yang sama Ia adalah Ilahi dalam KodratNya. Inilah yang disebut dengan Inkarnasi, Yesus Kristus adalah Al­lah sejati dan manusia sejati, kedua kodratNya tidak mengalami perubahan, pemisahan dan pen­campur-bauran. Inkamasi juga tidak membentuk sebuah kodrat baru, kodrat campuran (allah­-manusia). Ia tetap Allah dalam kodratNya dengan segala atributNya dan Ia juga adalah manu­sia sejati dengan segenap intelektualitas dan kelemahan, Allah dan Manusia dalam satu Pribadi.

Inilah yang terjadi dalam rahim Maria dari Nazaret. Al­lah menjadi manusia sejati. Manusia seutuhnya, dengan segala kerentaannya, menjadi manusia berarti Ia menjadi mahk1uk bi­asa yang tidak kebal terhadap kelemahan dan kekurangan, walaupun di saat yang bersamaan Ia adalah Allah Pencipta langit dan bumi. KeIlahianNya sebagai Putera Sang Bapa tidak menambah, mengurangi dan mengimunisasi kualitas (memberi kekebalan kepada) kemanusiaan Yesus Kristus. Demikian juga kemanusiaan Yesus Kristus tidak mempengaruhi ataupun mencemari Kellahian dari Sang Sabda Allah. Singkat kata Sang Firman Allah menjadi manusia tanpa mengalami perubahan dan tanpa merubah sesuatu pun dalam kemanusiaanNya.

Dengan demikian Ia (Sang Sabda) turut merasakan setiap kelemahan yang dialami manusia tanpa campur tangan dari KeAllahan dalam diriNya. Dan melalui karya keselamatan yang Ia lakukan di dalam kemanusiaanNya, Ia merestorasi Kemanusiaan tersebut kembali kepada kemuliaannya yang semula-jadi.

Dan apa hubungannya dengan Maria kalau begitu ? Maria berperan dalam Gereja seba­gai pagar dogmatis bagi hal ini, Maria menjaminkan kepada kita bahwa Kristus, yang adalah Allah itu adalah benar-benar manusia, bahwa kodrat kemanusiaan itu benar-benar diambil oleh Allah untuk berinkarnasi, tubuh manusia yang benar, bukan sekedar lambing ataupun maya, seperti yang diajarkan oleh bidat-bidat gnostik di abad-abad awal Gereja. Melalui Maria kita mengetahui bahwa Allah benar-benar nyata datang sebagai manusia sejati tinggal berserta kita. Imanuel.

III. Maria yang Perawan dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama terdapat begitu banyak nubuatan, simbolisme dan tipologi yang menun­jukan kepada Maria dan sebagai Bunda Tuhan dan sebagai Sang Perawan. Diatas kita sudah membaca Nubuatan dari Nabi Yesaya mengenai karya Allah, lewat Maria, Sang Perawan akan mengandung dan melahirkan Sang Imanuel (Yesaya 7:14), sebuah nubuatan yang secara lang­sung dikutip dalam pembukaan Injil Matius (Matius 1 :23).

III. 1 Proto-evangelion dalam Kitab Kejadian

Dalam Kitab Kejadian terdapat sebuah kisah menarik, dan sangat berkenaan dengan berita Injil; Allah menjadi manusia. Dalam Kitab Ke­jadian pasalnya yang ketiga dikisahkan bahwa Adam dan Hawa pertama kali jatuh di dalam dosa, Allah meminta pertanggungjawaban kepada manusia perdana ini, dan berakhir den­gan Allah menjatuhkan kutuk atas pelanggaran ketaatan manusia. Tetapi disamping itu Allah juga secara tersirat menubuatkan sebuah jalan keluar, yang digenapi melalui Maria :

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara ketu­runanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dun engkau akan meremukkan tumitnya. (Kejadian 3.. 15)

Nubuatan dari Kitab Kejadian menjadi sangat terkenal karena bernuansakan Mesianis (kedatangan Juruselamat) sehingga banyak ahli menyebutnya dengail istilah ‘Proto-Evangelion’ (Yun. Προτο εϝανγελιον) atau diterjemahkan sebagai Injil Pertama. Karena disini terdapat berita gembira (Injil): jalan keluar dari dosa. Disini kita melihat bahwa Allah menyiapkan se­seorang dari keturunan seorang perempuan tertentu (Perempuan ini) yang akan meremukan kepala iblis. Perempuan ini bukan sekedar perempuan biasa, tetapi perempuan tertentu (sudah ditentukan). Dalam bahasa Yunani Septuaginta (sedikit berbeda dengan Yunani Koine dari Per­janjian Baru) perkataan "perempuan ini" menggunakan kata-kata: τιν γινεκοσ (tis ginekos), yang secara literal berarti perempuan tertentu (inggris: certain). Jadi jelas disini bahwa perem­puan yang dimaksud adalah seseorang perempuan yang memang sudah diketahui identitasnya (setidaknya dalam benak Allah). Tetapi disini terdapat sesuatu yang janggal, disebutkan: “antara keturunanmu” (keturunan si ular) dαn keturunannya (keturunan perempuan)". Dalam tradisi timur kuno yang masih setia diikuti sampai hari ini, biasanya hanya laki-laki yang mem­­punyai keturunan, sebagai yang mempunyai benih. Anak yang lahir dari ibu biasanya meng­gunakan nama ayah sebagai nama keluarga, kita bisa melihat dari silsilah yang ada dari kitab suci, selalu menggunakan nama dari Ayah untuk menunjukan benih siapa anak tersebut. Bahkan kita bisa melihat dalam silsilah Tuhan Yesus Kristus (Matius l: 1-17 dan Lukas 3 :23­28) dimana hanya disebutkan Dia dari jalur keturunan laki-laki.

Tetapi didalam Kitab Kejadian ini, dikatakan keturunan perempuan. Dituliskan dengan jelas bahwa seorang perempuan akan mempunyai anak yang merupakan benih dari perempuan itu sendiri, dengan kata lain tanpa benih laki-laki, sehingga anak yang dilahirkan bukan disebut sebagai keturunan dari seorang laki-laki tetapi dengan jelas disebutkan sebagai "keturunan per­empuan (ini)". Dalam sejarah Kitab Suci Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam) hanya satu per­empuan saja yang diketahui mengandung tanpa benih laki-laki dan dia adalah Maria dari Naza­ret.

III. 2 Nubuatan Nabi Yehezkiel

Dalam Kitab Yehezkiel terdapat sebuah Nubuatan yang oleh para bapa Gereja dianggap sebagai sebuah Nubuatan yang berhubungan dengan Keperawanan Maria yang kekal. Gereja percaya dan mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah berkeperawanan kekal, ia perawan sebe­lum melahirkan Kristus dan perawan pada saat melahirkan Kristus serta tetap tinggal perawan setelah melahirkan Kristus. Dalam kaitannya dengan hal ini Gereja mengaitkannya dengan apa yang di nubuatkan oleh Nabi Yehezkiel tentang Pintu Gerbang di Bait Allah di Surga.

“1 Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu ger­bang luar dari tempat kudus, yang menghadap ke timur; gerbang ini tertutup. 2 Lalu TUHAN berfirman kepadaku: "Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorang pun masuk dari situ, sebab TUHAN, Allah Israel, sudah masuk me­laluinya; karena itu gerbang itu harus tetap tertutup. 3 Hanya raja itu, oleh karena ia raja boleh duduk di sana makan santapan di hadapan TUHAN. Raja itu akan masuk melalui balai gerbang dan akan keluar dari situ. " (Yehezkiel 44: 1-3)

Kita melihat didalam Kitab Sirakh dimana Bunda Maria diumpamakan sebagai Kemah Suci (Sirakh 24: 1 0), sekarang kita melihat bagaimana Maria ditipologikan sebagai Bait Allah dan keperawanannya ditipologikan sebagai Pintu Gerbang Bait Allah Surgawi. Dalam nubuatannya, nabi Yehezkiel menggambarkan bahwa Pitu Gerbang Bait Allah harus tetap tertutup secara kekal karena TUHAN יהוהYahweh Allah Israel telah masuk melalui pintu tersebut, dan ditambahkannya bahwa tidak ada seorang pun yang boleh masuk melaluinya. יהוה melewati pintu gerbang adalah simbolik dari Sang Sabda Allah berinkarnasi dan lahir melalui rahim Maria.

Dengan demikian seperti Pintu Gerbang Bait Allah yang telah dilalui oleh יהוה tidak boleh dilalui oleh siapapun maka Pintu Gerbang Sang Sabda dalam inkarnasinya tidak boleh dilalui oleh siapapun juga. Dengan kata lain keperawanan Maria ada1ah keperawanan yang kekal. Dimana tidak akan ada lagi yang dilahirkan oleh rahim Maria setelah Kristus. Pintu Ger­bang akan selalu tertutup. Menurut Nabi Yehezkiel hanya sang Raja saja yaitu יהוה Allah Israel yang boleh melewati Pintu tersebut, dan Ia (יהוה) akan duduk dan makan bersantap. Raja disini juga menggambarkan Kristus karena ia adalah Mesias, keturunan Yehuda (suku raja), sebagai Yang dijanjikan.

III.3 Tipologi Maria dalam Perjanjian Lama

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama terdapat begitu banyak hal yang oleh Gereja dianggap sebagai tipologi mengenai Bunda Allah, tipologi adalah pencocokan tipe-tipe berdasarkan pengalaman menyejarah. Tipologi ini tidak terbatas hanya kepada benda-benda pada nubuatan profetis dan penglihatan serta yang terdapat pada sejarah Israel, tetapi juga pada tokoh-tokoh pada Kitab Perjanjian Lama. Berikut adalah beberapa tipologi Maria di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama

III.3. 1. Kemah , Kota Yerusalem dan Sion

Dalam Kitab Sirakh, tertulis sebuah puisi pujian kepada Kebijaksanaan. Dimana dalam teologi dan kesusasteraan Gereja, Kristus adalah Sang Kebijaksanaan tersebut dan dalam pasal­nya yang ke 24 dianggap sebagai sebuah nubuatan pada Misteri Inkarnasi Kristus oleh Sang Perawan Maria :

"9 Sebelum masa purba sejak awal mula aku telah diciptakan-Nya, dan sampai selama-lamanya aku tidak akan lenyap. 10 Aku berbakti kepada­Nya dalam Kemah yang kudus, dan dengan demikian aku menetap di Sion. 11 Di kota kesayangan-Nya aku diberi-Nya tempat istirahat, dan wi/ayah kekuasaanku ada di Yerusalem. 12 Pada umat terhormat aku berakar, di dalam bagian Tuhan, milik pusaka-Nya. 13 Seperti pohon aras di gunung Libanon aku berkembang, dan bagaikan pohon saru di pegunungan Hermon. 14 Seperti pohon korma di En-Gedi aku berkem­bang, dan laksana pokok mawar di Yerikho; aku tumbuh laksana pohon zaitun yang elok di dataran, dan seperti pohon berangan di tepi air. 15 Aku harum semerbak seperti kayu manis dan aspalat, dan meratakan wangian laksana kemenyan pilihan, seperti galbanum, oniks dan stakte, dan bagaikan asap dupa di Kemah suci. 16 Seperti pohon tusam kuram­batkan cabang-cabangku, dan ranting-rantingku adalah elok jelita." (Sirakh 24: 9-16)

Ayat 9-10 adalah sebuah pernyataan dalam gaya bahasa kesusasteraan Kebijaksanaan Ibrani, dimana Sang Kebijaksanaan (Ibm Hokrnah atau Yun. Sophia) ada didalam kekekalan (pra ada) dan berada didalam pangkuan Sang Bapa (bdk. Yoh 1:1,18). Dan Hikmat Kebijaksanaan kekal ini di tanam (berakar) pada umat Allah (Israel) dan beristirahat dalam kota Yerusalem. Di sini sangat jelas Maria diumpamakan sebagai Umat Israel, Yerusalem dan Sion tempat kebijak­sanaan itu beristirahat atau di tanam. Kebijaksanaan (Kristus) diumpamakan sebagai pahon aras, kurma, zaitun dan mawar (semuanya adalah tipologi Kristus) yang tumbuh berkembang (Inkarnasi) dari rupa benih yang tertanam (berakar) menjadi Pohon. Di sini Maria juga dium­pamakan sebagai Kemah Kudus (tempat kediaman Allah) di Sion, dan dari sana Kebijaksanaan akan berkembang (tumbuh). Adalah melalui Maria, Sang Kebijaksanaan Ilahi mengalami penanaman serta pertumbuhan demi keselamatan semua bangsa (Sirakh 24: 19).

Dalam Kitab Perjanjian Lama terjemahan Latin yang dikerjakan oleh St. Hieronimus dan dalam beberapa manuskrip Septuaginta (Kitab Suci Perjanjian Lama dalam Bahasa Yunani, terjemahan seb. Masehi), terdapat sebuah tambahan ayat, yang sayangnya oleh Lembaga Alkitab Indonesia ti­dak dimasukkan kedalam terjemahan Kitab Deuterokanonika dalam Bahasa Indonesia. Ayat ini menggambarkan Sang Kebijaksanaan sebagai yang akan mengantarkan kita kepada Sang Sumber Rahmat dan Kebenaran, Ia diumpamakan sebagai seorang ibu, tetapi tidak jarang para ahli Kitab Suci yang menginterpretasikannya sebagai sebuah Proto-Evangelion berkenaan dengan Bunda Allah. Ayat ini secara liturgis dipakai oleh Gereja Barat sebagai penghormatan kepada Perawan Maria, Ibu Yesus:

Akulah Ibu cinta sejati, Ibu bagi orang yang berada di dalam ke­kuatiran, ibu pengetahuan, ibu pengharapan yang suci. Akulah pengantara segala rahmat dan kebenaran. Akulah segala pengharapan hidup dan keutamaan. Aku diberikan kepada semua anak-anakku dun mereka yang diberi nama olehNya. (Sirakh 24: 18 LXX atau ayat 24-25 dalam Vulgata)

III.3.2 Langit

Dalam Kitab I Raja-Raja dicatat: "...Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini" (I Raja 8:27). Langit dikatakan tidak dapat membendung dan membejanai Allah, tetapi hal ini di­genapi didalam Maria. St. Yohanes Damaskus menyebut Maria sebagai "Yang Lebih Luas dari Langit". Hal ini disebabkan oleh Sang Pencipta dari langit yang tinggal di dalam Maria sendiri, dan membuatnya otomatis menjadi Dia yang lebih luas dari langit. Sebagaimana surga/langit seolah menjadi tempat bersemayamnya Allah maka rahim Maria pun menjadi semacam "langit/surga" tempat Allah bersemayam.

Didalam engkaulah, Yang penuh Rahmat, semua ciptaan, para malaikat dan manusia bersukacita, Engkaulah Bait Allah yang suci dan firdaus roltani, kebanggaan para perawan: dari engkaulah Allah menjadi manusia, Dia, Allah kami yang kekal sebelum segala abad, Dia yang telah membuat rahimmu menjadi TahktaNya dun membuatnya menjadi lebih luas dari langit, di­

dalam engkaulah, Ya yang penuh rahmat, semua ciptaan bergem­bira, kemuliaan bagimu.

(Kidung Ibadat Kompletorium, karya Sf. Yohanes dr Damaskus)

III.3.3 Ruang Maha Kudus

Dalam Bait Allah terdapat dua bagian ruang, pertama Ruang Suci dan Ruang Maha kudus. Dalam Ruang Maha Kudus inilah diletakkan Tabut Perjanjian. Dalam hal ini dengan jelas kita bisa melihat tipologi Maria didalam penggambaran Ruang Maha Kudus ini. Tabut Perjanjian menggambarkan kehadiran Allah, dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir, Peti Perjan­jian ini merupakan tanda secara gamblang mengenai kehadiran Allah, pada siang hari tiang awan akan menyertai tabut dan malam hari berupa tiang api. Ruang Maha Kudus atau bahkan keseluruhan Bait Allah dapat menggambarkan Maria, karena di dalam Bait Allahlah terdapat tabut yang adalah kehadiran Allah sebagaimana didalam Maria terdapat Allah itu sendiri.

III.3.4 Peti/Tabut Perjanjian dan loh batu

Yahweh menyuruh Musa untuk membuat sebuah peti atau tabut dimana diletakkan dua Loh Batu yang berisikan hukum-hukum yang diberikan Yahweh kepada Musa. "Dalam tabut itu haruslah kautaruh, loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu". (Keluaran -25:16). Loh Batu meng­gambarkan Sang Firman Allah karena di atas Loh Batu tersebut dituliskan Firman Allah, hal ini se­benarnya melambangkan Inkamasi juga, karena sebagaimana Firman Allah ditulis di atas batu demikian juga sebagaimana Sang Firman "ditulis" didalam rahim Maria. Sebagaimana Loh batu yang berisikan hukum disimpan di dalam tabut demikian juga Sang Sabda disimpan di dalam rahim Sang Perawan selama sembilan bulan. Tabut perjanjian ini dibuat dari kayu penaga: Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dan setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya (Keluaran 25:10). Kayu penaga adalah jenis kayu yang kuat dan tak mudah kena lapuk baik oleh masa dan binatang, hal ini melambangkan keperawanan Maria yang kekal dan suci. Tabut perjanjian juga disalut dengan emas: Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menya/utnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya (Keluaran 25:11). Hal ini merupakan tipologi dari kemuliaan Allah yang turun atas Maria sebagai Bunda Allah.

III.3.5 Buli-buli Berisi Manna

Dalam Kitab keluaran dicatatkan sbb: Sebab itu Musa ber­kata kepada Harun: "Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun." Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di hadapan tabut hukum Allah untuk disimpan (Keluaran 16:33-34). Dalam tabut perjanjian terdapat juga buli-buli yang berisikan Manna, yaitu rori yang diturunkan oleh Yahweh sebagaimana ditulis di atas. Gereja memandang buli-buli ini sebagai ti­pologi mengenai Bunda Maria. Kristus menyatakan dirinya sebagai manna/roti yang turun dari surga: Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang mem­beri hidup kepada dunia. Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah komi roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yohanes 6: 33-35). Jelas apabila Kristus adalah Sang Manna yang turun dari surga maka Maria adalah melambangkan buli-buli dalam Tabut Perjan­jian tersebut.

III.3.6 Tongkat Harun yang bertunas

Dalam tabut Perjanjian juga ditaruh Tongkat Harus yang sudah bertunas. Tongkat ini adalah milik Harun saudara Musa, yang pada saat itu dipilih Yahweh untuk menjadi Imam yang melayani di kemah suci. "Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah. Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tam­paklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengem­bangkan bunga dan berbuahkan buah badam, TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan." (Bilangan 17:7-8). Tongkat Harun yang digunakan untuk berjalan terbuat dari kayu, dan menurut alamiah­nya tentu diambil dari pohon, dipotong dan dibentuk menjadi tongkat, bisa diambil kesimpulan bahwa tongkat ini dari kayu yang kering, tanpa ada benih kehidupan, jadi mustahil tumbuh tu­nas (tanaman baru dari pohon yang sama) sehingga bisa menjadi pohon yang baru dan mengha­silkan buah.

Hal ini dianggap oleh Gereja sebagai sebuah tipologi mengenai Bunda Penebus. Kristus yang adalah Tunas Daud: Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. la akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dun kebenaran di negeri (Yeremia 23:5) dan dinyatakan sendiri oleh Kristus kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos: "Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi je­maat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang­ gemilang." (Wahyu 22:16). Apabila Kristus adalah Sang Tunas tersebut maka tak heran apabila Maria melambangkan tongkat Harun tersebut, seperti Tongkat kering yang bersih tak mungkin menghasilkan tunas, tetapi Tongkat Harun bisa, maka Maria pun menghasilkan Sang Tunas di rahimnya tanpa benih laki-Iaki.

III.3.7 Kandil Emas

Dalam Kemah/bait suci kita menemukan sebuah kandil (lampu-minyak) terbuat dari emas dan bercabang tujuh, dan kandil ini dinyalakan tanpa boleh berhenti. "Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas/tempaan harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya - dengan tombolnya dun kembangnya - haruslah selaras den­gan kandil itu... Dari satu talenta emas murni ha­ruslah dibuat kandil itu dengan segala perkakasnya. Dan ingatlah, bahwa engkau membuat se­muanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. (Keluaran 25:31-40) Ditempatkannyalah kandil di dalam Kemah Perte­muan berhadapan dengan meja itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan. (Keluaran 40:24). Terdapat dua tipologi dalam hal ini sbb :

  1. Tipologi Maria dan Kristus: dimana Kristus menyatakan diriNya sebagai Sang Terang Dunia: Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Dalam hal ini maka apabila Kristus diumpamakan sebagai Terang maka Bunda Maria secara tepat menggambarkan kandil ini.

  1. Tipologi yang kedua adalah ti­pologi antara Maria dan Roh Kudus. Kandil ini secara teologis melambangkan kehadiran Roh Kudus, dan dalam Injil dikatakan : Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas 1 :35). Dengan turunnya atau lebih te­patnya bernaungnya (tinggal) Sang Roh Kudus atas Maria, maka tepatlah apabila Bunda Allah menjadi tipologi dari Kandil Emas yang apinya melambangkan Sang Roh Kudus.

III.3.8 Meja Ukupan Emas

Dalam bait dan kemah suci, para Imam, baik Imam Besar dan Imam biasa bertugas untuk mem­bakar dupa dan mempersembahkan asap wewangiannya kepada Allah. Dupa yang disebar di atas bara api ini ditaruh di atas sebuah mezbah khusus yang disebut dengan meja/mezbah uku­pan. Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dan kayu penaga; Haruslah kausalut itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Haruslah kaubuat bingkai emas sekelilingnya. (Keluaran 30: 1 & 3). Dupa dan api yang menyala adalah lambang dari Kristus dan Maria adalah Mezbah Ukupannya. Kayu penaga adalah jenis kayu yang kuat dan tak mudah kena lapuk baik oleh masa dan binatang, hal ini melambangkan keperawanan Maria yang kekal dan suci. Mezbah ini seperti Tabut Perjanjian juga disalut dari emas, hal ini merupakan tipologi dari kemuliaan Allah yang turun atas Maria sebagai Bunda Allah.

III.3.9 Tangga Yakub

Dalam pelariannya dari kejaran Esau, Yakub tertidur di sebuah tempat yang kelak dinamai Be­thel (Rumah Allah), dalam tidurnya ditempat ini Yakub bermimpi sebuah tangga turun dari surga dan malaikat turun dari surga dan naik kembali ke surga di atasnya: Maka bermimpilah ia (Yakub), di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampak­lah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanji­kan kepadamu." (Kejadian 28: 12-15).

Dalam mimpi ini :Yahweh Allah menyatakan kembali dan mengulang apa yang pemah Ia janjikan kepada Abraham, yaitu berkat. Narasi ini dipandang oleh Gereja sebagai tipologi dari Bunda Maria, ia dilambangkan sebagai tangga dimana Allah Sang Sabda turun kepada manusia dan membuat manusia bisa naik ke surga, juga menunjukan Maria sebagai penggenapan akan pulihnya hubungan antara Surga dan Bumi yang terputus oleh dosa, pulih oleh Inkarnasi Kristus lewat Maria.

III.3.10 Semak belukar yang tak terbakar

Selain Kitab Keluaran (2:15-3:22) dikisahkan ketika Nabi Musa lari dari Mesir ia di tampung oleh seorang bemama Yitro, yang akhimya men­jadikan Musa sebagai menantunya. Yitro juga mempekerjakan Musa sebagai gembala dari ter­naknya, dimana Musa biasa membawa ternaknya ke gunung Horeb. Disana Yahweh menampakan diri kepada Musa dalam bentuk semak belukar yang menyala tetapi tidak terbakar. Allah meminta Musa untuk membebaskan Bangsa Israel. Gereja memandang kejadian ini sebagai sebuah tipologi dari Bunda Maria. Keilahian Kristus dilambang­kan dengan api yang menyala sedangkan semak belukar tcrsebut melambangkan Bunda Maria. Keilahian Kristuss yang menghanguskan tidak merusak ataupun mengubah kodrat kemanusiaan Kristus, meskipun Sang Api tadi tinggal dalam rahim Maria serta mengambil kemanusiaannya.

III.3.11 Penyeberangan Laut Teberau

Ketika Musa berhasil melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir setelah tulah ke sepu­luh, pembunuhan anak sulung di mesir (Keluaran 12:29-42), maka Musa membawa mereka un­tuk menyeberangi laut Teberau, tetapi dihadang kembali oleh Pasukan Firaun Mesir, dan Allah melakukan mujizat lewat Musa dengan membelah laut Teberau dan menyeberangkan bangsa Is­rael dengan selamat ke seberang. Akan tetapi Allah menutup laut Teberau ketika pasukan Fir­aun mencoba menyeberangnya dan memusnahkan mereka. Hal ini oleh para Bapa Gereja diang­gap sebagai sebuah tipologi dari Bunda Maria. Dan dijelaskan dengan tepat oleh St. Yoseph Hymnograph : Suatu gambaran dari pengantin yang tak kenal nikah dulu pernah digambarkan di Laut Merah, di sana Musa membelah air, di sini Gabriel melayani mujijat. Kemudian Israel berjalan dalam kedalaman laut serta tetap tinggal kering, tetapi sekarang Sang Perawan telah memberikan kelahiran kepada Sang Kristus, tanpa benih laki-laki. Sesudah berjalannya Israel, laut itu tetap tinggal tak bisa dilewati oleh manusia, dan sesudah kelahiran Sang Immanuel, Sang Bunda Yang Tanpa Cacat tetap tinggal perawan dan tak terkotori. Ya Allah Yang Ada, Yang Selalu Ada, dan Yang telah menampakkan diri sebagai manusia, kasihanilah kami. (Kidung bagi Maria dalam ibadat sore modus V).

III.3.12 Ester don Yudit

Kedua tokoh perempuan ini juga sering di-tipologi-kan sebagai sebuah tipologi dari Bunda Maria. Keduanya berlaku sebagai pengantara bagi keselamatan Umat Israel, Yudit dengan me­menggal kepala Holofemes sementara Ester berdoa berpuasa serta mensyafaati Bangsa Israel dengan berani menghadap kepada Raja Ahasyweros dan memohon keselamatan bagi Bangsanya. Tipologi Maria didalam Yudit adalah dengan seperti Maria yang berani berkata "Ya" kepada Allah sehingga kepala ular boleh diremukkan di bawah kaki keturunannya (Kejadian 3:15) bagaikan Yudit yang berani memenggal kepala Holofernes dan menyelamatkan Bangsa Israel dari kemusnahan. Seperti Ester, Maria adalah pengantara bagi umat Kristen, yang ditebus oleh Puteranya.

III.3.13 Keperawanan Kekal.

Setelah melihat dengan seksama mengenai semua Tipologi mengenai Perawan Maria, perma­salahan yang sering dihadapi adalah Keperawanan kekal. Sebagaimana dalam nubuatan dari Nabi Yehezkiel kita membaca, setelah Yahweh, Allah Sang Raja masuk melalui Pintu Gerbang Bait Allah Surgawi, maka tidak ada seorang pun yang dapat melaluinya, dengan demikian kita mengerti akan keperawanan Maria yang berrsifat kekal, bahwa setelah melahirkan Yesus, ia tetap tinggal perawan dan tidak mengandung seorang anak pun dari St. Yusuf suaminya.

Tetapi banyak persoalan yang ditimbulkan khususnya dari kalangan reformasi yang menyatakan bahwa keperawanan Maria tidak bersifat kekal. Bahwa setelah ia melahirkan Juruselamat, ia mempunyai beberapa anak dari Yusuf suamiya. Bagaimana sikap Gereja dalam menjawab per­masalahan ini?

Dalam hal mengenai Keperawanan Maria, Gereja menarik tema Keperawanan Maria jauh lebih dalam lagi. Gereja mengajar bahwa Bunda Maria tetap tinggal Perawan bahkan setelah kelahi­ran Yesus Kristus, sebagai Yang Selalu Perawan (Semper Virgine). Maria diakui Sebagai Perawan sebelum melahirkan Kristus, Perawan pada saat melahirkan Kristus dan Perawan setelah melahirkan Kristus. Apakah Kitab Suci bungkam terhadap hal ini? Injil Matius mencatat: Sesu­dah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu padanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sam­pai melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus (Matius 1 : 24-25)­.

Kedua ayat ini selalu dipakai untuk menentang pengajaran Gereja tentang Keperawanan Maria Yang Kekal. Tetapi apakah ayat ini demikian? Dalam bahasa Yunani, kata "sampai" di sini menggunakan kata εοσ (eos) yang diterjemahkan ke­dalam bahasa Indonesia dengan kata "sampai". Bahasa Yunani adalah bahasa yang kaya makna dan kosa-katanya, kata seperti "sampai" mempunyai kosa-kata yang banyak dengan makna yang berbeda-beda εοσ dalam arti sesungguhnya berarti "sampai pada waktu yang tak sele­sai" atau lebih tepatnya diterjemahkan dengan kata "Sampai pun". Kata εοσ juga dipakai didalam ayat-ayat yang berbeda, contoh yang paling jelas: Karena itu pergi­lah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang te­lah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28 : 19-20).

Lagi disini terdapat kata "sampai" dan menggunakan kata εοσ juga. Jikalau kita mau tetap kon­sekuen dengan penggunaan kata “sampai” sesuai dengan penjabaran mereka yang menentang pengajaran Gereja mengenai keperawanan kekal Maria, maka ayat ini berarti: Yesus akan men­yertai para murid (dan kita) hanya sampai akhir zaman, begitu zaman berakhir maka Yesuss berhenti menyerrtai kita. Contoh yang lain lagi: Dan kepada siapakah diantara malaikat itu pernah 1a berkata: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu ?" (Ibrani 1:13). Lagi disini kata "sampai" menggunakan kata εοσ (eos) juga, jadi apakah setelah semua musuh-musuh Kristus diletakkan dibawah kaki Kristus, Kristus akan berhenti duduk di sebelah Kanan Allah Sang Bapa? Jelas setelah melihat dua contoh diatas, kata εοσ (eos) tidak bisa diterjemahkan dengan kata "sampai" yang mempunyai konotasi jarak waktu tertentu, tetapi kata Eos mempunyai makna kata "sampai" dengan konotasi kekekalan. Jadi ayat dalam Injil Matius 1: 25, yang mengatakan: Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai (eos) ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. Berarti setelah Maria melahirkan Yesus, Yusuf tetap tidak bersetubuh dengan Maria. lnilah yang menjadi dasar pengajaran Gereja mengenai keperawanan kekal dari Bunda Maria. Bagairnana dengan tulisan didalam kitab suci mengenai saudara­ saudari Kristus, apakah mereka ini anak-anak dari Bunda Maria?

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon ? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita? Lalu mereka ke­cewa dan menolak Dia (Markus 6 : 3) Dalam tradisi timur tengah adalah hal yang biasa untuk menyebut saudara kandung, saudara melalui pernikahan, saudara sepupu, paman, bibi dll den­gan sebutan "saudara". Maka kata Abram kepada Lot : Janganlah kiranya jadi perbantahan antara aku dengan dikau dan para gembalaku dengan gembalamu, karena kita ini bersaudara (Kejadian 13 : 8 terj. lama). Sangat jelas disini bahwa Abraham dan Lot bukanlah kakak beradik tetapi paman dan keponakan, tetapi kitab suci tetap menggunakan istilah "saudara", Contoh lain didalam Perjanjian Baru: dibawah kayu salib Kristus menyerahkan Bunda Maria kedalam penjagaan St. Yohanes Penginjil: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya; berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu! Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yohanes 19 : 26-27).

Dalam tradisi Yahudi adalah sebuah tabu untuk memberikan orang tua kita ke­dalam pemeliharaan orang aging (non keluarga) dimana masih ada anggota keluarga lain yang masih hidup dan mampu memelihara orang tua kita. Jikalau saat itu Yesus mempunyai saudara kandung, Ia tidak akan mempercayakan Bunda Maria kedalam pemeliharaan St. Yohanes Pen­ginjil. Jelas Kristus adalah anak tunggal dari Bunda Maria, yang setelah melahirkan Kristus ia tidak memberi kelahiran kepada siapapun lagi. Tetapi dalam Kitab Suci dikatakan: Dan ia mela­hirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah pengina­pan. (Lukas 2:7).

Kalau disini Kristus disebut anak sulung Maria, apakah akan ada anak-anak yang lain? Kata sulung disini menggunakan kata Yunani: προτοτοκον (Prototokon) dari kata προτοτοκοσ (Prototokos), Protokos dalam bahasa Yunani berarti "yang pertama membuka ra­him/kandungan ibu". Hal ini juga ditegaskan didalam Kitab Suci Perjanjian Lama: "Kuduskanlah bagi-Ku semua anak suIung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka." (Keluaran 13: 12). Disini terlihat dengan jelas dalam bahasa Kitab Suci bahwa yang dimaksud dengan yang sulung berarti yang lahir terdahulu dari kandungan ibu, tidak berarti ha­rus ada anak-anak yang lain sebagai persyaratan untuk disebut sebagai yang sulung. Setelah melihat semua apa yang tertulis dalam Kitab Suci maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Kitab Suci merupakan landasan dari pengajaran akan keperawanan kekal dari Bunda Maria. Keperawanan Kekal Bunda Maria diagungkan karena erat hubungannya dengan Inkar­nasi Kristus, bahwa Kristus benar-benar dikandung tanpa benih laki-Iaki.

Untuk penjelasan yang lebih mendetail dapat membaca uraian teologis dari St. Heironimus dalam membela Pengajaran Keperawanan Maria yang Kekal, dalam tulisannya melawan bidat Helvedius.­

IV. Daftar Pustaka

Kitab Suci Katolik, Lembaga Bilbilka Indonesia & Lembaga Alkitab Indonesia, Penerbit Ar­noldus Ende.

The Orthodox New Testament, The Holy Gospels/Evangelistarion; The Holy Apostles Ortho­

dox Monastery Press; Buena Vista CO.

Bercot, David W; A Dictionary of Early Christian Beliefs; Hendrickson Publishers Peabody MA

Gambero, Luigi; Mary and the Fathers of the Church; Ignatius Press, San Francisco CA

Palmer, Paul F; Mary in the Documents of the Church; The Newman Press; Westminister

MA

Gabriel, George S; Mary the Untrodden Portal of God; Zephyr Publishing House; Ridge­wood, NJ

O'Carroll, Michael; Theotokos, A Theological Encyclopedia of the Blessed Virgin Mary; Michael Glazier Inc; Wilmington DW

Cahiers Marial, Editors Committee; Dictionary of Mary; Catholic Book Publishing Co, New­ark , NJ

Freemantle, W.H.; The Principal Works of St. Jerome; Eerdmans Pub. Co. Edinburgh, Scot­land, 1867

The Great Odoechos, Services Books of the Byzantines Churches; Sophia Press, Boston MA

The Service (If Compline in the Orthodox Church;Holy Transfiguration Monastery, Boston, MA

Groenen, C, OFM; Mariologi Teologi dan Devosi; Penerbit Kanisius; Yogyakarta 1994 MacKenzie R.A.F. S1; Yesus bin Sirakh; Pcnerbit Kanisius; Yogyakarta 1990

Craghan, John CSsR; Tobit, Yudit, Barukh; Penerbit Kanisius; Yogyaka.rta 1990

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Theotokos doakanlah kami.

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...