Rabu, 10 Oktober 2007

Antara Agama Kristen dan Agama-agama Non Kristen

Antara Agama Kristen dan Agama-agama Lainnya

by Leonard T. Panjaitan

Membandingkan agama Budha, Hindu atau Tridharma dengan agama Kristen yang menurut beberapa orang mengandung beberapa persamaan kisah/ajaran maka ini hanya sebuah pararelisme yang bersifat kebetulan saja. Bukan suatu rangkaian pesan ilahi atau pewahyuan yang berurutan/berkronologis. Di sini dapat ku sampaikan bahwa banyak elemen-elemen kisah atau ajaran Kristen yang ditemukan di agama timur jauh tersebut, bahkan agama kafir kuno sekalipun.

Sederhana saja, perbedaan antara ajaran Kristen dan agama-agama non Kristen [khusus di sini : agama-agama timur jauh : Budha, Hindu, Konghucu, Tridharma] adalah masalah wahyu. Proses pewahyuan di Kristen adalah top down, Sang Logos [Firman Allah] menjadi manusia. Allah mendekati manusia, turun ke dalam sejarah ras manusia untuk menyelamatkan kita. Allah bahkan membuat perjanjian kekal dengan Manusia. CiptaanNya bahkan diangkat sebagai anak-anakNya dan kita dapat menyebutNya sebagai Bapa. Why would it be like that ? Adalah karena Cinta. Manusia adalah citra Allah. Dan Allah lah yang pertama kali mencintai manusia [God love first mankind]. Jadi agama Kristen adalah agama unik, dimana Allahnya mau disalib demi menebus umat manusia. Taruhannya tak terbandingkan. Allahnya begitu pro-aktif menawarkan keselamatan bagi bangsa manusia. Bukankah begitu eksotiknya agama Kristen ???


Kembali ke Budha, Hindu yang sebagian dewa-dewanya secara historis pernah ada [it was said...] seperti Dewi Kwan Im dsb. Meski mereka ini dijadikan dewa oleh pengikutnya namun mereka tidak ilahi. Darimana kita tahu ?? Jawab : karena mereka tidak ber-transenden, pengkultusannya secara bottom up, yakni oleh para pengikutnya, kemudian tidak ada mujizat otentik seperti halnya dalam fakta historis Yesus, mujizatnya disaksikan ribuan orang, bahkan bisa membangkitkan orang mati - Lazarus, begitu juga dengan pengikutnya Petrus cs, melakukan mujizat dimana-mana termasuk membangkitkan Dorkas, dsb. Mujizat adalah sarana visibel untuk membuktikan bahwa dia adalah utusan/pengikut sejati dari Sang Pencipta Langit dan Bumi. Kedua, allah atau sesembahan orang2 Budha/Hindu adalah allah yang mati karena mereka tidak bisa dipanggil. Coba saja panggil mereka, apakah mereka datang ?? Sementara Allah kita adalah Allah yang hidup bahkan jadi daging. Dia BUKAN Allah imajinasi, BUKAN Allah di awang-awang. Allah kita bila dipanggil pasti datang bahkan dapat dirasakan di hati kita pada saat kita berdoa, bermeditasi dan berkontemplasi.


Lalu mengapa Allah memilih bangsa Yahudi bukan bangsa lain ? Jawabannya sederhana : Pertama, bukan manusia yang memilih Allah, namun Allah yang memilih manusia. Sama halnya kenapa saya dipilih [dilahirkan] oleh Allah sebagai orang Batak, dan bukan sebagai orang Jawa, Manado, Cina dsb. Kedua, Israel dipilih Allah terkait dengan rantai sejarah keselamatan dimana Allah mau berpartner atau bekerjasama dengan bangsa manusia demi keselamatan mereka. Oleh sebab itu Allah menciptakan Adam dan Hawa serta nabi-nabi kuno berikutnya [PL] hingga ke Israel yang diangkat sebagai bangsa terpilih sebagai personifikasi anak-anakNya/partner/sahabat yang dikasihiNya. Allah mau membuat perjanjian kekal dengan bangsa manusia. Tapi karena Allah ingin semua orang dari semua ras, suku bangsa diselamatkan maka keterpilihan Israel tidak mutlak berlaku lagi karena mereka menolak Mesias sebagai Juru Selamat. Dan seperti yang dielaborasi dalam PB, tidak ada lagi orang Yahudi dan Yunani, semuanya dapat diselamatkan asalkan menerima Yesus seutuhnya dan hidup benar dalam Roh dan Kebenaran. Bahkan identitas eksklusif Israel sebagai bangsa terpilih sudah dicabut dan diberikan ke bangsa-bangsa lain yang percaya kepada Nya.
Dengan demikian agama Kristen adalah agama eksklusif dalam hal esensi dan inti ajarannya. Ini jelas TIDAK bisa disandingkan dengan agama-agama lain di dunia. Tetapi dalam hal praksis/praktek kerukunan beragama maka semua agama dianggap setara dan tanpa diskriminatif.

Kembali ke paralelisme antara Maria dengan agama Babylon sebagai Dewi Isis atau Dewi Kwan Im di Tiongkok sana . Apakah semuanya itu nanti kita anggap berasal dari agama kafir ? Bukankah Tritunggal itu paralel dengan Trimurti ? Bukankah penjelmaan Yesus pribadi yang kedua dari Tritunggal itu paralel dengan penjelmaan Wishnu pribadi kedua dari Trimurti sebagai Krishna ? Bukankah kematian dan kebangkitanNya paralel dengan kematian dan kebangkitan Dewa Adonis dan Mitra dari agama Mesir kuno ? Bukankah Perjamuan Kudus dan Baptisan juga dipraktekkan dalam agama Mesir yang kafir itu ? Bukankah banyak kehidupan Sang Kristus yang kisahnya hampir paralel dengan Sang Budha ? Bukankah ajaran Budha mengenai kelepasan dan kasih itu paralel dengan ajaran Kristus ? Bukankah kenaikan Kristus ke sorga itu paralel dengan kisah Zoroaster dari agama Parsi?


Nah dari semua contoh di atas, apakah lalu kita mengambil kesimpulan bahwa agama Kristen itu semuanya mengambil dari agama kafir, seperti banyak dilakukan oleh mereka yang menyerang Iman Katolik. Juga hari Natal yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember dengan pohon Natalnya, bukankah itu jelas tanggal lahir Dewa Sol Invictus dan pohon itu sendiri simbol dari Dewa tersebut ?


Di sini kearifan dan semangat kita sebagai kaum Kristus untuk memberikan apologetika yang baik. Selain terdapatnya persamaan kejadian, kisah bahkan ajaran di atas sebenarnya membuktikan bahwa Roh Kudus juga berkarya buat mereka yang masih disebut kafir atau pagan. Cuma kegenapan Sang Firman dan Kebenaran Sejati hanya terdapat di agama Kristen, lebih tepatnya lagi kepenuhan dan kelengkapan sarana keselamatan hanya ada pada agama Katolik. Perlu kita ketahui bahwa Allah kadang-kadang [tidak selalu] memakai unsur-unsur kafir untuk memuluskan jalan bagi lahirnya Kebenaran Sejati dalam Kristus. Namun setelah terabsorpsi dengan ajaran Kristen maka unsur-unsur atau elemen-elemen kafir/pagan tadi menjadi lenyap dan lahirlah ajaran Kristen yang otentik dan benar. Sebagai contoh adalah Filosopi atau Filsafat Plato dan Aristoteles. Ilmu filsafat Yunani Kuno ini dipadukan oleh Bapa-bapa Gereja Latin seperti Agustinus, Thomas Aquinas menjadi teologi skolastik Aristotelian yang sangat bersifat legalistik. Sementara di Gereja Timur sangat berakar pada filsafat Platonik dan mencerminkan sifat pneumatik [Roh].


Paus Yohanes Paulus II pernah menyebut agama Budha dalam bukunya Crossing the Treshold of Hope [Melewati ambang batas harapan] sebagai agama yang mendekati ateisme dan Kardinal Ratzinger pernah menyebut agama Budha adalah sebagai auto-erotic religion. Lihat http://www.nationalcatholicreporter.org/update/conclave/pt041905g.htm. Ini terjadi di tahun 1997, ketika edisi bulan Maret majalah Perancis L’Express membuat laporannya. Budhisme bahkan dikatakan lebih berbahaya daripada Marxisme. Maksudnya adalah bahwa agama Budha tidak memiliki kebenaran definitive dan keselamatan hanya karya manusia.

Pendapat kedua Pastor Universal ini menuai kritik keras terutama dari kaum Budhis dan relativist. Namun pernyataan-pernyataan Gembala kita perlu kita dukung secara arif karena dalam ajaran Kristen keselamatan itu semata-mata anugerah dari Yesus bukan semata-mata upaya manusia secara an sich.

Oleh sebab itu kita mulai saat ini harus waspada terhadap penyesatan-penyesatan halus terutama oleh semaraknya ajaran New Age, Reiki, Prana, Feng Shui dsb. Asap setan sudah masuk ke dalam Gereja namun jangan takut namanya asap tidak akan bertahan lama. Dengan sekali hembusan napas Yesus maka asap setan itu lenyap. Tapi terkutuklah penyesat-penyesat itu.

Contoh ayat-ayat dimana dewa-dewi asing, ilah-ilah, berhala-berhala adalah HARAM bagi agama Kristen.

I Korintus 1
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,

I Korintus 1
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Kisah Para Rasul
17:23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.

Yohanes 3
3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."

Yohanes 6
6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

Matius 24
24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Kisah Para Rasul 17
17:18 Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.

Yeremia 8
8:19 Dengar! seruan puteri bangsaku minta tolong dari negeri yang jauh: "Tidak adakah TUHAN di Sion? Tidak adakah Rajanya di dalamnya?" -- Mengapakah mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan patung-patung mereka, dengan dewa-dewa asing yang sia-sia? --

Daniel 11
11:39 Dan ia akan bertindak terhadap benteng-benteng yang diperkuat dengan pertolongan dewa asing itu. Siapa yang mengakui dewa ini akan dilimpahi kehormatan; ia akan membuat mereka menjadi berkuasa atas banyak orang dan kepada mereka akan dibagikannya tanah sebagai upah.

Selasa, 09 Oktober 2007

BAPTISAN BAYI - SEBUAH TINJAUAN ALKITABIAH DAN PENDAPAT BAPA-BAPA GEREJA PERDANA

http://www.goarch.org/en/ourfaith/articles/article7067.asp

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan


TENTANG BAPTISAN BAYI

Simbol-simbol Keselamatan dan Baptisan termasuk Bayi dalam Perjanjian Lama :

  1. Sunat, tanda perjanjian Allah antara umat Abraham dengan DiriNya sendiri, hanya dilakukan pada setiap anak laki-laki yang telah berumur 8 hari [Kejadian 17:12]. Banyak orang melihat hubungan pararel langsung antara sunat dan baptisan umat Kristen dalam Kitab Suci seperti yang ditunjukkan dalam Kol 2:11,12 : “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa; karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Apabila baptisan adalah “sunat dalam Perjanjian Baru” maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada keberatan apa pun untuk membuat semacam “perisai” bagi bayi-bayi dalam keluarga-keluarga yang telah menjadi Kristen untuk dipersembahkan ke dalam Kristus Perjanjian Baru.

  2. Tindakan Musa memimpin umat Israel menyeberangi Laut Merah dapat dilihat sebagai sebuah bayangan baptisan umat Kristen dalam Perjanjian Lama. Ayat Perjanjian Baru dengan jelas menunjukkan hal ini : “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus”. [1 Kor 10:1-4]. Adalah hal yang sangat patut untuk diketahui bahwa “semua telah dibaptis” melalui kepemimpinan Musa dalam menyeberangi Laut Merah. Musa tidak meninggalkan bayi-bayi atau anak-anak di lepas pantai Mesir untuk menjadi mangsa dari pasukan Firaun yang kesal karena mereka toh tidak cukup tua untuk percaya pada janji Perjanjian Lama. Namun lebih dari itu, bayi-bayi atau anak-anak tersebut dipercayakan kepada iman orang-orang tua mereka, bahwa mereka dibawa serta melalui “baptisan Musa”.

  3. Selamatnya seluruh keluarga Nuh di dalam bahtera dapat pula dilihat sebagai pra-figurasi dari baptisan yang melibatkan bayi. Semua yang harus dikatakan, seperti dalam kasus Musa melintasi Laut Merah, adalah bahwa seluruh keluarga tersebut adalah berada dalam bahtera. Mengapa kita kita harus meninggalkan bayi-bayi kita dalam bahtera baptisan itu ?

SEJARAH GEREJA
  • Polycarpus mengatakan di saat kemartirannya (167/8 A.D ) bahwa dia telah melakukan “Pelayanan” Kristus selama 86 tahun. Sumber lain mencatat bahwa masa hidup Polycarpus ini kemungkinan dihitung dari usia sejak dia lahir. Joachim Jeremias, dalam “asal usul baptisan bayi” membuat kesimpulan sbb : “Ini menunjukkan di setiap tingkatan bahwa orangtuanya sudah menjadi kristen atau setidak-tidaknya masuk menjadi Kristen sesaat setelah kelahiran Polycarpus. Orangtuanya adalah kaum pagan pada saat kelahiran Polycarpus, maka dia sudah akan dibaptis bersama dengan “rumah”nya pada saat bertobat jadi Kristen. Bahkan apabila orangtuanya sudah Kristen pun, kata “pelayanan Kristus selama 86 tahun mendukung adanya pembaptisan setelah kelahirannya daripada ketika dia dibaptis pada saat usia matang”....karena tidak ada bukti sama sekali yang menunjukkan hal ini”.

  • Jeremias mengambil contoh yang sama yang terjadi pada Polycrates dari Ephesus. Di tahun 190/91, ketika dia menulis surat ke Roma tentang perselisihan Paskah, Polycrates menyatakan bahwa dia “telah ada dalam Tuhan selama 65 tahun”. Karena rujukan terhadap usianya ini maka dinyatakan “sebab oleh kepeduliannya yang lama sekali terhadap ajaran/posisi Kristen yang tak dapat dijatuhkan”, Jeremias membuat postulat bahwa baptisan Polycrates “terjadi sejak saat kelahirannya, daripada sejak adanya pembatasan usia pembaptsian”.

  • Justin Martir memberikan testimoni yang lain terhadap praktek baptisan bayi dengan menyatakan bahwa orang tua baik laki-laki dan perempuan dan orang yang berumur 70 an tahun telah menjadi murid Kristus sejak saat masa kanak-kanak mereka.

  • Tak ada insinden yang tercatat dalam sejarah umat Kristen perdana yang menghasilkan bukti bahwa baptisan dilarang kepada setiap orang atas dasar batasan umur atau bahwa hak orangtua Kristen agar anak-anaknya dibaptis telah ditolak atau dipertanyakan.

  • Meskipun beberapa contoh telah ada sejak abad ketiga bahwa anak-anak Kristen telah dibaptis sejak saat masih bayi, dan juga dalam semua literatur dan kumpulan inskripsi dari abad ketiga tersebut, maka tidak ditemukan satu pun contoh bahwa orang-orang tua menunda bayi mereka untuk dibaptis.

  • Tidak juga kaum Ebion, Novatian, Arianus, Donatis, Montanis, atau tidak juga kaum bidat lainnya pada masa-masa gereja perdana yang menolak baptisan bayi, bahkan banyak dari antara mereka yang mempraktekkan baptisan bayi.

  • Bukti pararel yang signifikan terjadi antara baptisan orang bertobat yang masuk Yahudi [ketika kaum pagan bertobat menjadi agama Yahudi] dan baptisan orang Kristen perdana. Hubungan antara baptisan umat Kristen perdana dan orang pagan yang masuk Yahudi tersebut, dengan kesamaan pada terminologi, interpretasi, simbolisme dan ritus itu sendiri, maka terdapat hal-hal yang secara khusus layak untuk dicatat. Tetapi apa yang menjadi kepentingan terbesar adalah baptisan Gereja perdana mengikuti baptisan orang bertobat masuk agama Yahudi tadi, dimana anak-anak kecil dan bayi dibaptis bersama dengan keluarga mereka yang juga telah bertobat.

  • Tidak ada bukti di masa Gereja perdana bahwa setiap orang menolak baptisan bayi dengan alasan bahwa pertama-tama kamu harus “percaya” dulu dan baru kemudian dibaptis”. Tertulian [160-230 A.D], satu-satunya orang yang mempertanyakan baptisan bayi. Namun keberatan Tertulian terhadap baptisan bayi adalah berkaitan dengan kesesatannya bahwa dosa setelah baptisan hampir tak dapat diampuni.

  • St. Cypiran [St. Siprian-indo], adalah seorang uskup terkemuka dari Afrika utara, beliau mengumpulkan sinode uskup yang berjumlah 66 orang di Kartago untuk mendiskusikan apakah mereka [para uskup] merasakan atau tidak bahwa baptisan bayi seharusnya ditunda sampai hari kedelapan setelah kelahirannya menggantikan hari kedua atau ketiga sesuai kelazimannya saat itu.


BAPA-BAPA GEREJA PERDANA

  • Seorang guru di masa Umat Kristen perdana, Irenaeus [120-202 A.D], menulis sebagai berikut :


“Dia datang untuk menyelamatkan semua manusia melalui DiriNya – yang dapat kukatakan, siapa pun yang melalui Dia akan dilahirkan kembali baik dalam rupa bayi-Allah, anak-anak, orang muda, maupun orang tua. Demikian Dia melintasi segenap usia, menjadi seorang bayi untuk para bayi, menguduskan para bayi tersebut; menjadi seorang anak bagi anak-anak kecil, menguduskan mereka oleh karena usia itu dan di waktu yang bersamaan Dia memberikan mereka sebuah teladan kesalehan, kebaikan, dan kepatuhan; menjadi seorang anak muda bagi orang-orang muda, memberikan teladan bagi orang-orang muda tersebut dan menguduskan mereka bagi Tuhan”.
Disini kita mendengar bahwa Yesus Kristus datang agar semua orang dilahirkan kembali dalam Allah. “Bagaimana seorang bayi dapat dilahirkan kembali kalau dia tidak percaya ?”, kata orang yang bertanya hal ini. Maka aku jawab, “Bagaimana seorang bayi dapat dilahirkan kembali apabila orangtuanya yang Kristen itu menghalangi bayi tersebut untuk dibaptis ?”. Apakah seorang anak yang tidak mencapai “usia yang dikategorikan bertanggungjawab/memiliki akal” tidak dapat lahir kembali sampai dia mencapai umur tigabelas tahun baru pada saat itu dia perlu dilahirkan kembali ?
  • Pandangan Origen [185-254 A.D] terhadap baptisan bersifat langsung dan transparan :

“Apa itu dosa ? Dapatkah seorang anak kecil yang baru saja dilahirkan melakukan dosa ? Dan apabila si bayi memiliki dosa lalu apakah lantas dia diperintahkan menyediakan kurban, sebagaimana ditunjukkan dalam Ayub 14:4 [Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!] dan Mazmur 51:5-7 [Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!]. Karena untuk alasan inilah Gereja menerima dari Para Rasul tradisi untuk melayani baptisan bagi anak-anak pula. Karena orang-orang yang kepadanya rahasia dari misteri ilahi dipercayakan mengetahui bahwa dalam setiap orang terdapat kenajisan yang harus dicuci bersih dengan air dan roh”.

Dalam homilinya tentang Lukas, sekali lagi dia menyatakan kepercayaannya terhadap baptisan bayi :
“Bayi-bayi dibaptis karena untuk penghapusan dosa. Dosa-dosa apa ? Kapan mereka berdosa ? Faktanya, tentu tidak pernah. Dan lagi : “tidak seorangpun bersih dari kenajisan” (Ayub 14:4). Tetapi kenajisan hanya dapat dibersihkan melalui misteri baptisan. Itulah sebabnya mengapa para bayi juga perlu dibaptis”.
  • Persepsi Hippolytus [170-236 A.D] tentang baptisan bayi cukup jelas dan langsung mengena, yakni sbb :

“Dan pertama-tama baptislah anak-anak kecil; dan apabila mereka dapat berbicara, mereka sebaiknya dibaptis, tapi apabila tidak, orangtua mereka atau walinya yang berbicara atas nama mereka”.
  • Tidak ada satu pun Bapa Gereja yang menyangkal atau mempertanyakan validitas baptisan bayi. Hal ini bukan suatu lokalitas atau tidak ada periode mana pun masalah baptisan bayi ini dipandang sebagai sesuatu yang diciptakan setelah masa Perjanjian Baru.




Kamis, 04 Oktober 2007

Rekonsiliasi Dengan Gereja-gereja Monofisit

Diterjemahkan oleh Leonard T. Panjaitan

Sumber : http://www.zenit.org/article-6381?l=english


Langkah-langkah Yang Diambil Untuk Mengatasi Skisma Purba


Mengadakan kembali Dialog dengan Gereja-gereja Perdana yang Terpisah Setelah Kalsedon


VATICAN CITY, JAN. 27, 2003 (Zenit.org).- Roma kini menyaksikan sebuah perkembangan ekumenis baru yang ditujukan untuk mengatasi skisma purba yang telah berumur 1.500 tahun.

Wakil-wakil dari Gereja-gereja Timur Perdana, baik yang terpisah dari Roma maupun dari Gereja-gereja Orthodox Bizantin selama Konsili Kalsedon tahun 451, ada di Vatikan sepanjang hari Rabu untuk mengadakan kembali fase dialog yang kedua menuju persatuan penuh.

Dalam dialog fase pertama itu, Paus Yohanes Paulus II dan Gereja-gereja Kristen Purba ini menandatangani deklarasi bersama tentang kodrat Kristus, untuk mengatasi salah satu alasan utama timbulnya skisma dimana ketika itu Gereja-gereja tersebut menolak hasil-hasil Konsili Kalsedon, yang mendefinisikan kodrat ilahi dan manusiawi dari Kristus.

Terhadap tuduhan paham Monifisit ini, dialog-dialog yang terdahulu dengan Roma telah mengklarifikasikan bahwa asal-muasal skisma terjadi akibat masalah komunikasi dan bahasa dalam memahami iman Kristologis. Paham Monofisit atau monofisitisme meyakini bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat.


Klarifikasi ini dilakukan, sebagai contoh, dalam deklarasi bersama yang ditandatangani oleh Yohanes Paulus II dan Katolikos Karekin I dari Gereja
Armenia tahun 1996 dimana kedua Pemimpin tersebut mengakui bahwa “Kristus adalah Firman Allah yang menjadi daging, Allah sempurna dalam ke-Ilahian-Nya, sempurna pula dalam Ke-Manusiaan-Nya”.

Selain Gereja Apostolik Armenia, Gereja-gereja yang hadir di Vatikan adalah Gereja Koptik Kepatriakan Mesir, Gereja Syro-Orthodox Kepatriakan Antiokia, Gereja Orthodox Etiopia, Gereja Orthodox Eritrea, Gereja Syro-Orthodox Malankar.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Pers Vatikan mengatakan bahwa pertemuan dengan wakil-wakil dari Gereja Orthodox akan terjadi di kantor pusat Dewan Kepausan untuk Peningkatan Persatuan Umat Kristen.


“Pertemuan pertama adalah persiapan dalam hal karakter dan harapan untuk menetapkan topik dan metode dialog di masa mendatang,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Anggota-anggota komite yang bertanggungjawab untuk mempersiapkan arah dialog ini akan melalukan audiensi dengan Paus pada hari Kamis.


ZE03012701

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...