Kamis, 04 September 2008

Penegasan Kembali Kesesatan Kristen Tauhid Ala Frans Donald

KESESATAN KRISTEN TAUHID ALA FRANS DONALD

Membaca buku berjudul “ALLAH DALAM ALKITAB DAN ALQUR’AN” yang dikarang oleh Sdr. Frans Donald adalah sesuatu yang menarik untuk dicermati. Polemik perdebatan seputar tiga agama Samawi (Yahudi – Kristen – Islam) bukanlah hal yang baru tetapi telah berlangsung berabad-abad

Terlepas dari itu semua saya menilai wajar bila ada keyakinan lain yang menolak kenabian maupun ke-tu(h)anan Yesus. Tetapi sebagai umat Kristen kita perlu juga meyakini apa yang kita yakini dan kitapun boleh mengekspresikan iman kita tanpa mendeskreditkan keyakinan orang lain. Yang menjadi pertanyaan apakah etis bila orang yang menyebut dirinya Kristen justri mencela dan mendeskreditkan imannya sendiri agar diterima oleh keyakinan yang lain, saya pikir itu tidak etis. Saya tidak akan membahas keyakinan Yahudi maupun keyakinan Islam, apakah Allah orang Yahudi, Kristen dan Islam sama atau berbeda? tetapi saya akan membahas keyakinan Kristen yang dianggap sesat oleh Sdr. Frans Donald.

Menurut Sdr. Frans Donald bahwa doktrin Trinitas dimulai dari abad IV pada Konsili Gereja Roma Katolik di Nicea tahun 325 M dan Konstantinopel pada tahun 381 M atas otoritas Kaisar Constantine. Jelas sekali Sdr. Frans Donald tidak menguasai sejarah atau paling tidak orang yang tidak ingin memahami dan mendalami sejarah dan Logika berpikir, pertama tidak ada Konsili Gereja Roma Katolik sampai dengan tahun 1054 M. Konsili yang ada sebelum tahun 1054 M adalah Konsili Gereja Katolik dalam pengertian Gereja Semesta. Konsili pada tahun 325 M dihadiri oleh 4 patriarkh (Yerusalem, Antiokia, Alexandria, Roma) --minus konstantinopel karena belum ada --yang dihadiri oleh 318 Uskup dari Gereja Semesta. Konsili Nicea tahun 325 M diadakan untuk membentung ajaran Arianisme.

Konsili Nicea tahun 325 M tidak membuat doktrin baru, tetapi menegaskan dam membukukan dokrin yang telah ada. Bayangkan 318 Uskup Gereja Semesta pasti akan menolak dan siap mati bila diadakannya Konsili Nicea untuk membuat doktrin baru walaupun semisalnya Kaisar Constantine mengerahkan seluruh pasukannya dengan pedang terhunus untuk menekan para Uskup Gereja Semesta agar doktrin baru segera dibuat. Bukankah dalan sejarah Kristen mencatat bahwa kemartiran adalah hal yang sangat ditunggu dan didambakan oleh para umat Kristen, bukankah umat Kristen pada memilih untuk mati daripada menyangkal imannya?

Sedikitnya ada dua bida’ah/heresy yang meniadakan keilahian Yesus pada masa kekristenan awal sampai abad ke IV, yang diwakili oleh bida’ah Ebionites dan Arianisme.

Kelompok Ebionites mengajarkan bahwa ”Sifat Ilahi Kristus tidak asli atau dengan perkataan lain bahwa Kristus itu tidak memiliki sifat Ketuhanan yang sejati.” Lainnya lagi menurutnya, Yesus tidak memiliki praeksistensi; ia tidak dilahirkan dari seorang perawan; ia tidak bersifat ilahi; ia adalah manusia istimewa dan saleh yang telah Allah pilih dan tempatkan dalam hubungan istimewa denganNya. Jelas pandangan ini ditolak oleh Gereja dan para Bapa Gereja, dalam Alkitabpun paham itu tidak mempunyai dasar.

Kelompok ini juga menekankan bahwa “untuk mengikut Yesus orang harus menjadi Yahudi, hal itu artinya harus mengikuti hukum Yahudi yang diberikan Nabi Musa, termasuk hukum tentang sunat dan makanan yang halal serta wajib mengikuti Sabat dan festival orang Yahudi karena Yesus adalah orang Yahudi.

Kelompok Arianisme diperkenalkan oleh Arius, seorang imam/presbiter dari Alexandria, Mesir. Dalam ajarannya Arius mengatakan “Yesus bukanlah Allah sejati. Yesus adalah makhluk ciptaan Allah Bapa. Pernah ada waktu dimana Yesus belum atau tidak ada. Allah yang sejati adalah hanya Bapa sementara Yesus adalah Allah yang lebih kecil dari Allah Bapa

Pertanyaan yang timbul untuk Arius adalah “Jika Yesus (Firman Allah) itu diciptakan oleh Bapa, maka dengan apakah Sang Bapa menciptakan Firman Allah? Jika jawabannya adalah dengan FirmanNya Sang Bapa, maka pertanyaannya lagi adalah dengan Firman yang mana lagi Sang Bapa menciptakan Firman Allah ini?

St. Tertulian thn 220 agak menaruh curiga dengan filsafat Yunani yang dituduhnya sebagai biang keladi menyusupnya pola-pola pikir orang kafir kedalam Gereja walaupun filsafat banyak menolong Gereja dalam merasionalisasikan penjelasan iman kepada masyarakat non Yahudi. kekhawatiran bahwa Kekristenan akan tenggelam dalam lautan Helenisme itu dengan munculnya bida’ah/heresy ARIUS yang dipengaruhi oleh filsafat NEO PLATONISME, yakni “DEMIURGE” atau Makhluk Perantara.

KEILAHIAN YESUS

Untuk membahas kedua bida’ah ini lihatlah St. Yohanes dalam Injilnya menyebutkan : “Aku dan Bapa adalah satu”(Yoh 10:30), “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9), “Anak yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang mengatakanNya,” (Yoh 1:18) Anak yang ada dipangkuan Bapa jangan diasumsikan seperti seorang ayah yang memangku anaknya, tetapi pengertiannya adalah antara Anak (Sang Firman) dan Bapa saling mendiami/mengisi, maka Aku dan Bapa adalah satu dan yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa

Pemahaman Gereja Timur dilatarbelakangi oleh TARGUM mengenai MEMRA/DAVAR/LOGOS (FIRMAN ALLAH) yang satu dengan Allah, yang olehnya segala sesuatu diciptakan Yoh 1:1-3 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Karena bersama Sang Bapa itulah, maka Firman itu satu Dzat hakekat dengan Sang Bapa maka Firman (Yesus) itu tidak diciptakan oleh Bapa.

Yesus adalah Terang

….Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.” (I Yoh 1:5)

“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”( Yoh 8:12)

Allah adalah terang dan Yesus adalah Terang dunia, apa maksudnya? Bukankah itu mengartikan bahwa Yesus adalah Terang dan Terang itu adalah Allah? Ini menunjukan bahwa Yesus dalam kedudukanNya sebagai Firman Allah memiliki esensi yang sama dengan Bapa, maka apa yang dimiliki Sang Bapa itu juga menjadi milikNya (Yoh 17:10), termasuk keberadaanNya sebagai Terang itu sendiri. Yang ditegaskan oleh St. Yohanes ini adalah bahwa Allah itu terang, dan bahwa terang Allah ini bukan terang yang diciptakan (Created Light), melainkan terang ilahi yang tidak terciptakan (Uncreated Light)

Makna אור (baca or, arti terang) dalam mistik Yahudi selalu dikaitkan dengan Mesias yang akan datang, makna ini juga menunjukk pada praekstistensi dari Mesias. Dalam rahasia bilangan (Gematria) mistik Yahudi kata or terdiri dari alef, vav, resh yang bila dikonversi menjadi bilangan akan terbentuk 1+6+200 = 207, kata רז (baca raz, arti misteri) berbentuk 200+7 = 207, kata אינסופ (baca ein soph, arti tidak berkesudahan berbentuk ein 1+10+50, soph 60+6+80 = 207, kata אדזנעולמ (baca Adon ha ‘olam, arti Tuhan semesta alam) berbentuk adon 1+4+6+50, ha olam 70+6+30+40 = 207. Jadi makna Mesias dalam mistik yahudi erati terang yang benar, mahkota, misteri keilahian, dan Tuhan semesta alam yang tidak berkesudahan. Dalam doa sehari-hari umat Yahudi dalam bahasa Indonesia “Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allah yang kami sembah, Raja semesta alam, yang menciptakan segala sesuatu melalui FirmanNya” bandingkan dengan Mazmur 36:10; Yesaya 60:1. Jadi dalam kerangka pemikiran itulah St. Yohanes menulis dalam kitabnya

Apakah Yesus tidak pernah mengatakan diri sebagai Allah dalam Kitab Suci?

Tetragramatondari 4 huruf YHWH (יהוה) (Yod, He, Vav, He) diterjemahkan kedalam bahasa Yunani oleh para Sarjana Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama Septuaginta hada abad 2 sM menjadi EGO EIMI HO ON (Kel 3:13-15). St. Yohanes, murid terkasih dari Yesus Kristus menyandangkan banyak kata EGO EIMI (Yoh 6:35; 8:24; 8:28; 8:58) dan HO ON (Wahyu 1:8) kepada Yesus Kristus, bandingkan Yesaya 43:10)

Percakapan antara Yesus dengan pemuka Agama Yahudi dalam Yohanes 8:48-59 membuat pemuka-pemuka Agama Yahudi marah dan ingin melempari bahkan membunuh Yesus dengan batu. Mengapa? Karena EGO EIMI yang dipahami oleh pemuka-pemuka agama Yahudi adalah eksistensi kekekalan YHWH yang dipakai Yesus untuk menunjukan kekekalanNya (ay 58). YHWH (Ehyeh Asyer Ehyeh) dimaknai oleh spiritual Yahudi sebagai EKSISTENSI (keberadaan) YHWH yang selalu ADA baik DAHULU, SEKARANG dan AKAN DATANG. Doa Adon Ha ’Olam dalam siddur umat Yahudi mengenai nama YHWH berbunyi “We Hu Hayah, We Hu Howeh, We Hu Yihyeh Letif ‘arah yang artinya Ïa yang SUDAH ADA, Ia yang ADA, Ia yang AKAN ADA, kekuasaanNya kekal sampai selama-lamanya”. Bila siddur umat Yahudi diterjemahkan kedalam bahasa Yunani akan berbunyi HO ON kai HO EN kai HO ENKHOMENOS, HO PANTOKRATOR. (Wahyu 1:8b) atau EGO EIMI to ALPHA kai to OMEGA (Wahyu 1:8ª) yang artinya “AKU adalah yang PERTAMA DAN TERAKHIR”

Keyakinan St. Paulus tentang Yesus

Sdr. Frans Donald mengklaim bahwa Allah Bapa dan Yesus merupakan pribadi yang berbeda bahwa Yesus memiliki Allah yang Dia sembah yaitu Allah Bapa dengan rujukan surat-surat St. Paulus yang adalah keyakinan St. Paulus tentang Allah dan Yesus. Tetapi Apakah itu benar? Lihatlah paling tidak tiga ayat dari Surat Paulus:

I Korintus 1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

I Korintus 2:7 Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (bdn רז (baca raz, arti misteri/rahasia)

I Tesalonika 2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

St. Paulus dalam latar belakang kehidupannya yang kita ketahui melalui Kitab Suci, sebagai orang Yahudi pasti telah mengetahui Kitab-kitab Qum’ran dan pasti sangat mengetahui adat-istiadat Yahudi dan keyakinan mistik Yahudi.

Tiga ayat diatas sangat pararel dengan gulungan kitab Qum’ran yang berbunyi “Engkau telah menciptakan semua ini, dan dengan Hikmat rencanaMu Engkau telah mempersiapkan hukum-hukum sebelum alam semesta ada. Oleh SabdaMu semuanya telah ada, dan tanpa Engkau tidak ada sesuatu yang ada sari segala yang telah dijadikan.”(Hodayot/1 QH 1,19)

“Segala yang ada dan akan datang berasal dari Ilmu Allah. Sebelum semuanya itu ada Ia telah menentukan dengan rencanaNya (1QS III:15-16)

Dalam bahasa Ibrani Davar (Sabda) dikenal juga sebagai Hokmah (hikmat) dan da’at Elohim (Ilmu Allah).

Jadi pemahaman St. Paulus tidak seperti apa yang dipahami oleh Sdr. Frans Donald. Pemahaman St. Paulus juga sama bahwa sebagai Hikmat / Ilmu Allah, Firman adalah melekat dengan Allah itu sendiri.

Memang banyak orang yang salah mengartikan bahwa Allah Bapa itu bernama Yesus. Padahal Bapa tetaplah Bapa. Yesus adalah nama manusia yang diberikan Bapa kepada FirmanNya. Dalam Kitab Suci banyak orang yang memakai nama Yesus (Yehoshua) seperti Yosua, Yesus yang disebut Barabas. Seorang petinju juga ada yang bernama Yesus. Pengertian bahwa Yesus adalah Allah berarti Ia adalah sang Sabda Allah itu sendiri yang melekat dan tidak dapat dipisahkan. Jadi Yesus bukanlah Bapa tetapi eksistensi (keberadaan) nya tidak dapat dipisahkan dari Bapa karena Yesus itu tidak diciptakan. Allah bukanlah Allah bila tidak memiliki Firman/Sabda. Allah akan menjadi seperti halnya patung Dewa-Dewi bangsa Romawi dan Yunani yang hanya disembah dan dimuliakan tetapi tidak pernah bersabda atau tidak pernah memiliki FIRMAN.

Pengakuan Iman Nikea POINT 2 “Dan pada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, yang diperanakan dari Sang Bapa sebelum segala zaman. Terang yang keluar dari Terang, Allah sejati yang keluar dari Allah sejati, yang diperanakan bukan diciptakan, satu dzat hakekat dengan Sang Bapa, yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan.” Tidak bertentangan dengan keyakinan Kristen yang benar sangat ALKITABIAH.

Adalah perbuatan syrik dan musryk bila mempesekutukan Allah dengan MakhlukNya dalam karya penciptaan dan penyelamatan. Bukankah Allah menjadi tidak mempunyai KUASA.

Dengan begitu sepertinya iman yang dimiliki oleh Sdr. Frans Donald adalah mungkin iman yang terpengaruh paham NEO PLATONISME yang berbentuk ARIANISME, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama SAKSI YEHOVA atau mungkin bentuk EBIONIT. Untuk saudara-saudara yang membaca tulisan ini janganlah terpancing dengan iman ARIANISME atau mungkin bentuk EBIONIT. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi landasan iman dari Sdr. Fans Donald postingan akan terus berlanjut dengan menjelasan mengenai Roh Kudus, Tinitas, dan Sabat,

GBU

Yudi Andreas

Selasa, 02 September 2008

KRISTEN TAUHID ALA FRANS DONALD

KRISTEN TAUHID ALA FRANS DONALD *)

Membaca buku berjudul “ALLAH DALAM ALKITAB DAN ALQUR’AN” yang dikarang oleh Sdr. Frans Donald adalah sesuatu yang menarik untuk dicermati. Polemik perdebatan seputar tiga agama Samawi (Yahudi – Kristen – Islam) bukanlah hal yang baru tetapi telah berlangsung berabad-abad

Terlepas dari itu semua saya menilai wajar bila ada keyakinan lain yang menolak kenabian maupun ke-tu(h)anan Yesus. Tetapi sebagai umat Kristen kita perlu juga meyakini apa yang kita yakini dan kitapun boleh mengekspresikan iman kita tanpa mendeskreditkan keyakinan orang lain. Yang menjadi pertanyaan apakah etis bila orang yang menyebut dirinya Kristen justri mencela dan mendeskreditkan imannya sendiri agar diterima oleh keyakinan yang lain, saya pikir itu tidak etis. Saya tidak akan membahas keyakinan Yahudi maupun keyakinan Islam, apakah Allah orang Yahudi, Kristen dan Islam sama atau berbeda? tetapi saya akan membahas keyakinan Kristen yang dianggap sesat oleh Sdr. Frans Donald.

KEILAHIAN YESUS

Menurut Sdr. Frans Donald bahwa doktrin Trinitas dimulai dari abad IV pada Konsili Gereja Roma Katolik di Nicea tahun 325 M dan Konstantinopel pada tahun 381 M atas otoritas Kaisar Constantine. Jelas sekali Sdr. Frans Donald tidak menguasai sejarah atau paling tidak orang yang tidak ingin memahami dan mendalami sejarah dan Logika berpikir, pertama tidak ada Konsili Gereja Roma Katolik sampai dengan tahun 1054 M. Konsili yang ada sebelum tahun 1054 M adalah Konsili Gereja Katolik dalam pengertian Gereja Semesta. Konsili pada tahun 325 M dihadiri oleh 4 patriarkh (Yerusalem, Antiokia, Alexandria, Roma) --minus konstantinopel karena belum ada --yang dihadiri oleh 318 Uskup dari Gereja Semesta. Konsili Nicea tahun 325 M diadakan untuk membendung ajaran Arianisme yang diperkenalkan oleh Arius, seorang imam/presbiter dari Alexandria, Mesir. Dalam ajarannya Arius mengatakan “Yesus bukanlah Allah sejati. Yesus adalah makhluk ciptaan Allah Bapa. Pernah ada waktu dimana Yesus belum atau tidak ada. Allah yang sejati adalah hanya Bapa sementara Yesus adalah Allah yang lebih kecil dari Allah Bapa”

Pertanyaan yang timbul untuk Arius adalah “Jika Yesus (Firman Allah) itu diciptakan oleh Bapa, maka dengan apakah Sang Bapa menciptakan Firman Allah? Jika jawabannya adalah dengan FirmanNya Sang Bapa, maka pertanyaannya lagi adalah dengan Firman yang mana lagi Sang Bapa menciptakan Firman Allah ini?”

Konsili Nicea tahun 325 M tidak membuat doktrin baru, tetapi menegaskan dam membukukan dokrin yang telah ada. Bayangkan 318 Uskup Gereja Semesta pasti akan menolak dan siap mati bila diadakannya Konsili Nicea untuk membuat doktrin baru walaupun semisalnya Kaisar Constantine mengerahkan seluruh pasukannya dengan pedang terhunus untuk menekan para Uskup Gereja Semesta agar doktrin baru segera dibuat. Bukankah dalan sejarah Kristen mencatat bahwa kemartiran adalah hal yang sangat ditunggu dan didambakan oleh para umat Kristen, bukankah umat Kristen pada memilih untuk mati daripada menyangkal imannya?

St. Tertulian thn 220 agak menaruh curiga dengan filsafat Yunani yang dituduhnya sebagai biang keladi menyusupnya pola-pola pikir orang kafir kedalam Gereja walaupun filsafat banyak menolong Gereja dalam merasionalisasikan penjelasan iman kepada masyarakat non Yahudi. kekhawatiran bahwa Kekristenan akan tenggelam dalam lautan Helenisme itu terbukti dengan munculnya bidat/heresy ARIUS yang dipengaruhi oleh filsafat NEO PLATONISME, yakni “DEMIURGE” atau Makhluk Perantara.

Pemahaman Gereja Timur dilatarbelakangi oleh TARGUM mengenai MEMRA/DABAR/LOGOS (FIRMAN ALLAH) yang satu dengan Allah, yang olehnya segala sesuatu diciptakan Yoh 1:1-3 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Karena bersama Sang Bapa itulah, maka Firman itu satu Dzat hakikat dengan Sang Bapa maka Firman (Yesus) itu tidak diciptakan oleh Bapa.

Yesus adalah Terang

Yoh 8:12 “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Makna אור (baca or, arti terang) dalam mistik Yahudi selalu dikaitkan dengan Mesias yang akan datang, makna ini juga menunjuk pada praekstistensi dari Mesias. Dalam rahasia bilangan (Gematria) mistik Yahudi kata or terdiri dari alef, vav, resh yang bila dikonversi menjadi bilangan akan terbentuk 1+6+200 = 207, kata רז (baca raz, arti misteri) berbentuk 200+7 = 207, kata אינסופ (baca ein soph, arti tidak berkesudahan berbentuk ein 1+10+50, soph 60+6+80 = 207, kata אדזנעולמ (baca Adon ha ‘olam, arti Tuhan semesta alam) berbentuk adon 1+4+6+50, ha olam 70+6+30+40 = 207. Jadi makna Mesias dalam mistik yahudi berarti terang yang benar, mahkota, misteri keilahian, dan Tuhan semesta alam yang tidak berkesudahan. Dalam doa sehari-hari umat Yahudi dalam bahasa Indonesia “Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allah yang kami sembah, Raja semesta alam, yang menciptakan segala sesuatu melalui FirmanNya” bandingkan dengan Mazmur 36:10; Yesaya 60:1. Jadi dalam kerangka pemikiran itulah St. Yohanes menulis dalam kitabnya

Apakah Yesus tidak pernah mengatakan diri sebagai Allah dalam Kitab Suci?

Tetragramatondari 4 huruf YHWH (Yod, He, Vav, He) diterjemahkan kedalam bahasa Yunani oleh para Sarjana Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama Septuaginta pada abad 2 sM menjadi EGO EIMI HO ON (Kel 3:13-15). St. Yohanes, murid terkasih dari Yesus Kristus menyandangkan banyak kata EGO EIMI (Yoh 6:35; 8:24; 8:28; 8:58) dan HO ON (Wahyu 1:8) kepada Yesus Kristus, bandingkan Yesaya 43:10)

Percakapan antara Yesus dengan pemuka Agama Yahudi dalam Yohanes 8:48-59 membuat pemuka-pemuka Agama Yahudi marah dan ingin melempari bahkan membunuh Yesus dengan batu. Mengapa? Karena EGO EIMI yang dipahami oleh pemuka-pemuka agama Yahudi adalah eksistensi kekekalan YHWH yang dipakai Yesus untuk menunjukan kekekalanNya (ay 58). YHWH (Ehyeh Asyer Ehyeh) dimaknai oleh spiritual Yahudi sebagai EKSISTENSI (keberadaan) YHWH yang selalu ADA baik DAHULU, SEKARANG dan AKAN DATANG. Doa Adon Ha ’Olam dalam siddur umat Yahudi mengenai nama YHWH berbunyi “We Hu Hayah, We Hu Howeh, We Hu Yihyeh Letif ‘arah yang artinya Ïa yang SUDAH ADA, Ia yang ADA, Ia yang AKAN ADA, kekuasaanNya kekal sampai selama-lamanya”. Bila siddur umat Yahudi diterjemahkan kedalam bahasa Yunani akan berbunyi HO ON kai HO EN kai HO ENKHOMENOS, HO PANTOKRATOR. (Wahyu 1:8b) atau EGO EIMI to ALPHA kai to OMEGA (Wahyu 1:8ª) yang artinya “AKU adalah yang PERTAMA DAN TERAKHIR”

Memang banyak orang yang salah mengartikan bahwa Allah Bapa itu bernama Yesus. Padahal Bapa tetaplah Bapa. Yesus adalah nama manusia yang diberikan Bapa kepada FirmanNya. Dalam Kitab Suci banyak orang yang memakai nama Yesus (Yehosua) seperti Yosua, Yesus yang disebut Barabas. Seorang petinju juga ada yang bernama Yesus. Pengertian bahwa Yesus adalah Allah berarti Ia adalah sang Sabda Allah itu sendiri yang melekat dan tidak dapat dipisahkan. Jadi Yesus bukanlah Bapa tetapi eksistensi (keberadaan) nya tidak dapat dipisahkan dari Bapa karena Yesus itu tidak diciptakan. Allah bukanlah Allah bila tidak memiliki Firman/Sabda. Allah akan menjadi seperti halnya patung Dewa-Dewi bangsa Romawi dan Yunani yang hanya disembah dan dimuliakan tetapi tidak pernah bersabda atau tidak pernah memiliki FIRMAN.

Pengakuan Iman Nikea

1. Aku percaya, pada satu Allah, Sang Bapa yang Mahakuasa Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

2. Dan pada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, yang diperanakan dari Sang Bapa sebelum segala zaman. Terang yang keluar dari Terang, Allah sejati yang keluar dari Allah sejati, yang diperanakan bukan diciptakan, satu dzat hakekat dengan Sang Bapa, yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan.

3. Yang untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, telah turun dari sorga, dan menjelma oleh Sang Roh Kudus dan dari Sang Perawan Maria, serta menjadi Manusia.

4. Telah disalibkan bagi keselamatan kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia menderita sengsara dan dikuburkan.

5. Dan telah bangkit lagi pada hari ketiga sesuai dengan Kitab suci.

6. Dan telah naik ke sorga, serta duduk disebelah kanan Sang Bapa.

7. Serta Dia akan datang lagi di dalam kemuliaan untuk menghakimi orang hidup maupun orang mati, yang kerajaanNya tak akan ada akhirnya.

8. Dan aku percaya pada Sang Roh Kudus, Tuhan, Sang Pemberi Hidup, yang keluar dari Sang Bapa Yang bersama dengan Sang Bapa dan Sang Putra disembah dan dimuliakan, yang berbicara melalui para Nabi.

9. Aku percaya pada Gereja yang Satu, kudus, Katolik, dan Apostolik.

10. Aku mengaku Satu Baptisan bagi penghapusan dosa-dosa.

11. Aku menunggu akan kebangkitan orang-orang mati.

12. Serta kehidupan zaman yang akan datang. Amin.

Adalah perbuatan syrik bila mempesekutukan Allah dengan MakhlukNya dalam karya penciptaan dan penyelamatan. Bukankah Allah menjadi tidak mempunyai KUASA.

Dengan begitu sepertinya iman yang dimiliki oleh Sdr. Frans Donald adalah iman yang terpengaruh paham NEO PLATONISME yang berbentuk ARIANISME, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama SAKSI YEHOVA. Untuk saudara-saudara yang membaca tulisan ini janganlah terpancing dengan iman ARIANISME yang dimiliki oleh Sdr. Frans Donald

Postingan masih berlanjut terus.

GBU

*) Penulis : Yudi Andreas [Umat Gereja Orthodox Yunani – Kalimalang Jaktim]

Merekayasa Yesus [Part III] - Kriteria Orisinalitas Kitab Injil

KRITERIA AUTENTISITAS

DALAM MENENTUKAN ORISINALITAS KITAB INJILPERJANJIAN BARU *

Bukan hanya titik awal beberapa ahli yang salah dan tidak tepat, metode mereka pun sering sangat sederhana dan skeptis. Beberapa ahli tampaknya berpikir bahwa jika mereka semakin skeptis, mereka akan makin kritis. Namun, mengambil posisi skeptis yang berlebihan dan tidak beralasan tidak lebih kritis daripada menerima apa pun yang muncul begitu saja. Menurut saya, banyak hal yang dipandang sebagai kritisisme ternyata tidak kritis sama sekali; tidak lebih dari sekadar skeptisisme yang berkedok sesuatu yang ilmiah. Cara berpikir seperti ini merupakan penyumbang utama bagi gambaran tentang Yesus dan Injil yang menyimpang di banyak informasi radikal saat ini.

Cara berpikir skeptis yang berlebihan ini, misalnya, menuntun pada kesimpulan bahwa sebagian besar hal yang dikatakan Yesus di muka umum atau kepada murid-muridNya secara pribadi, entah dilupakan atau tidak relevan dan karena itu, apa yang akhirnya muncul dalam Injil dalam bentuk tertulis, sebagian besar berasal dari orang Kristen belakangan, bukan dari Yesus sendiri. Sesungguhnya, hal ini tidak masuk akal. Maksudnya, jika Yesus sungguh-sungguh hanya sedikit berkata-kata tentang hal-hal kekal yang penting dan tidak mampu melatih murid-muridNya untuk mengingat dengan tepat sedikit hal yang Ia katakan, kita harus sungguh-sungguh heran mengapa gerakan Kristen bisa muncul.

Beberapa sikap skeptis ini muncul karena kriteria yang disusun secara tidak tepat, yang digunakan untuk memutuskan hal yang au­tentik dan yang tidak. Kriteria ini disebut dengan berbagai macam istilah seperti "kriteria autentisitas" atau "kriteria keautentikan." Mungkin kedengaran sangat teknis dan rumit, tetapi sesungguhnya hal ini merupakan usaha menerapkan logika untuk menentukan apa­kah dokumen kuno merupakan sumber yang dapat dipercaya untuk mempelajari apa yang terjadi dan siapa yang mengatakannya.

Tldak peduli apa pun sudut pandang yang kita kenakan pada Injil Perjanjian Baru (dan pada Injil ekstrakanonik, untuk hal itu), kita perlu memiliki kriteria itu. Kata criterion (atau jamaknya kriteria) adalah kata Yunani yang berarti "penilaian" atau "dasar untuk mele­wati penilaian". Kita semua memiliki kriteria untuk melewati peni­laian berkaitan dengan banyak hal dalam kehidupan. Ketika seseorang berkata, "Saya kira cerita ini benar," dan Anda menjawab, "Mengapa kamu berkata begitu?", Anda meminta kepada orang tersebut untuk menjelaskan kriterianya atau dasar pembuatan penilaian tersebut.

Beberapa orang Kristen konservatif, tentu saja, akan sekadar menjawab dengan berkata, "Apa pun juga yang dikatakan Injil Perjan­jian Baru sebagai sesuatu yang dikatakan atau dilakukan Yesus, saya terima sebagai hal yang bersifat historis." Hal itu bisa diterima orang­-orang yang sudah menerima inspirasi dan otoritas Alkitab. Namun bagaimana dengan orang-orang yang ingin mendapatkan alasan yang kuat dan sehat untuk menerima kisah Injil sebagai hal yang bisa dipercaya ? Memberi tahu mereka bahwa Alkitab itu diilhami dan karena itu benar tanpa memberikan kriteria yang dikenali ahli sejarah, tentu tidak akan memuaskan mereka. Bagaimanapun juga, bukankah Mormon mengatakan hal yang sama berkaitan dengan Buku Mormon? Satu demi satu kitab suci bisa dimunculkan dengan cara ini. Apakah ini satu-satunya pembelaan diri yang bisa dibuat?

Orang yang kritis menerapkan kriteria yang tepat dalam menilai suatu pernyataan (misalnya, “Itu benar”, “Itu berharga”, “Itu sung­guh-sungguh terjadi", dan sebagainya). Jadi para ahli sejarah juga menerapkan kriteria untuk menafsir nilai sejarah sebuah dokumen. Mereka mengajukan pertanyaan seperti, Kapan dokumen ini ditulis? Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah perincian dokumen ini sesuai dengan sumber lain yang dikenal dan dapat dipercaya? Apakah penulis dokumen ini mengetahui apa yang sungguh-sungguh terjadi dan apa yang sungguh-sungguh dikatakan? Apakah pernyataan dalarn dokumen ini didukung oleh bukti arkeologis dan realitas geografis?

Selama bertahun-tahun, para sarjana Alkitab telah mengem­bangkan kriteria historis dan sastra untuk menilai literatur Alkitab. Pembahasan kriteria untuk mempelajari Injil telah dilakukan secara intensif, dengan mengusulkan sejumlah besar kriteria. Saya telah melihat riset yang sangat teliti yang mendata sebanyak 25 kriteria. Beberapa dari kriteria ini tampak sangat rumit, yang lain tampak meragukan. Namun ada beberapa kriteria yang dihasilkan secara konsisten. Di bawah ini, ada tinjauan tentang kriteria yang saya kira terbaik. (Saya juga akan membahas satu kriteria yang saya kira sering disalahgunakan dan disalahterapkan).

A. Koherensi Historis

Ketika Injil memberi tahu kita hal-hal yang kita ketahui tentang sejarah Yesus dan ciri-ciri utama kehidupan dan pelayanan-Nya, cukup masuk akal untuk percaya bahwa kita berada di atas dasar pijakan yang kuat. Yesus yang memiliki banyak pengikut dan menarik perhatian penguasa dihukum mati, tetapi diberitakan sebagai Mesias Israel dan Anak Allah. Perbuatan dan perkataan yang dipandang la lakukan dalam Injil, yang sesuai dengan unsur utama ini dan sungguh-sungguh membantu kita memahami unsur utama ini, harus dipandang autentik.

Kriteria ini memberi landasan kepada kita untuk menerima ki­sah tentang Yesus di halaman bait Allah yang bertengkar dan meng­kritik imam-imam yang berkuasa (seperti kita lihat dalam Mrk. 11-12 dan perikop yang paralel dalam Injil lainnya). Kriteria ini juga mendo­rong kita untuk menerima peneguhan Yesus bahwa la sungguh-sung­guh Mesias Israel dan Anak Allah sebagai hal yang autentik (Mrk. 14:61-63). Berdasarkan pernyataan-Nya bahwa la adalah "raja orang Yahudi", membuat penyaliban menjadi masuk akal (Mrk. 15:26).

B. Pembuktian Kolektif

Kriteria ini mengacu pada perkataan dan tindakan yang dipandang dilakukan Yesus yang muncul dalam dua atau lebih sumber independen (seperti Markus dan Q, sumber perka­taan yang digunakan oleh Matius dan Lukas). Perkataan dan tindakan Yesus yang muncul dalam dua atau lebih sumber independen menyiratkan bahwa sejak awal, hal itu sudah beredar secara luas dan bukan dikemukakan oleh satu penulis tunggal. Fakta bahwa ada banyak bahan yang mendapatkan pembuktian kolektif itu sendiri merupakan saksi kekunoan dan kekayaan sumber kita.

Di sini, ada beberapa contoh perkataan dengan pembuktian kolektif sbb :

1. Perumpamaan Yesus tentang pelita muncul dalam Markus 4:21 dan dalam sumber perumpamaan (Mat. 5:15; Luk. 11:33).

2. Perumpamaan ini diikuti dengan perkataan tentang apa yang dising­kapkan, yang muncul dalam Markus 4:22 dan dalam sumber perum­pamaan (Mat. 10:26; Luk. 12:2).

3. Perumpamaan Yesus tentang genera­si jahat yang mencari tanda ditemukan dalam Markus 8: 12 dan da­lam sumber perumpamaan (Mat. 12:39; Luk. 11:29).

C. Rasa Malu

Kriteria ini mudah disalahpahami. Yang dimaksud kriteria ini adalah bahwa informasi yang potensial menciptakan sesuatu yang janggal atau memalukan bagi gereja mula-mula bukanlah sesuatu yang ditemukan orang Kristen sesudah Paskah. Perkataan dan tindakan "yang memalukan" adalah hal-hal yang melacak balik pela­yanan Yesus. Karena itu, suka atau tidak, hal itu tidak bisa dihapus­kan dari bank data Yesus.

Mungkin, contoh klasik tradisi "yang memalukan" adalah bap­tisan Yesus (Mrk. 1 :9-11 dan perikop yang paralel). Apa yang mem­buat baptisan Yesus memalukan? Baptisan Yohanes disebut baptisan pertobatan dosa, tetapi, menurut ajaran Kristen, Yesus tidak berdosa. Jadi, mengapa Yesus yang tidak berdosa pergi kepada Yohanes untuk dibaptis? Pertanyaan yang bagus. Tidak ada satu orang Kristen pun yang akan membuat cerita ini. Kisah itu tetap dipertahankan ada dalam Injil dan itu menunjukkan dengan kuat bahwa informasi itu sangat autentik. Fakta bahwa cerita itu dipertahankan dalam Injil dan tidak dihapuskan juga menunjukkan bahwa penulis Injil berupaya sedemikian rupa untuk menceritakan kebenaran.

Contoh penting lainnya terlihat dalam cerita di mana Yohanes yang sedang dipenjara mengirim utusan kepada Yesus dan bertanya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain ? (Mrk. 11:2-6; Luk. 7:18-23). Yesus menjawab pertanyaan Yohanes secara tidak langsung dan hampir terselubung, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat". Ketika disampaikan, jawaban itu terasa janggal, bahkan mungkin me­malukan. Siapa yang akan mengarang cerita di mana Yohanes - sekutu Yesus - mengungkapkan keragu-raguan tentang identitas dan misi Yesus ? Mengapa jawaban Yesus yang dikarang pengikut-Nya sesudahnya gagal menyatakan dengan jelas identitas mesias dan misi-Nya ! Mengapa mereka tidak menegaskan dengan kuat dan jelas, "Pergilah dan katakan kepada Yohanes bahwa Akulah dia yang akan datang” ? Cerita seperti yang kita miliki, yang dipertahankan dalam Matius dan Lukas, memberikan keyakinan kepada para ahli sejarah bahwa cerita itu dengan setia dan akurat melaporkan percakapan antara Yohanes dan Yesus dan bukan merupakan fiksi orang Kristen di kemudian hari.

D. Perbedaan

Tidak ada kriteria yang dibahas lebih banyak dari­pada kriteria perbedaan. Jika digunakan dengan tepat, kriteria ini bisa mendukung kesimpulan bahwa perkataan atau perbuatan tertentu autentik. Jika diterapkan dengan salah, hal ini akan menghapuskan banyak perkataan dan perbuatan secara tidak perIu dan tidak masuk akal. Jika diterapkan secara tidak tepat, hal ini akan membuktikan perkataan dan perbuatan yang dipandang dilakukan Yesus tidak co­cok dengan (atau tidak konsisten dengan) teologi gereja mula- mula serta kecenderungan dan tekanan dalam Yudaisme pada zaman Yesus. Jika Anda menemukan logikanya sulit dipahami, jangan merasa kecil hati. Logikanya memang sedikit berbelit-belit.

Yang coba dilakukan bentuk kriteria ini adalah menghapuskan perkataan dan perbuatan yang mungkin berasal dari kalangan Yahudi di satu sisi, atau di kalangan Kristen mula-mula, di sisi lainnya. Jadi, jika satu perkataan tidak cocok dengan kedua konteks ini (karena itu dalam bentuk ini disebut “perbedaan ganda”), tidak ada jaminan bahwa perkataan (atau perbuatan) itu berasal dari Yesus. Problem yang timbul jika kriterianya diterapkan sedemikian adalah hal ini akan menghapus hampir segala sesuatu yang dikenakan pada Yesus. Bagai­mana pun juga, Yesus adalah orang Yahudi dan sebagian. besar hal yang Ia ajarkan mencerminkan tema dan konsep yang populer di antara para pemimpin agama di zaman-Nya (tanpa menyebutkan Kitab Suci Israel). Jadi, tidakkah kita mengharapkan bahwa kecenderungan dan tekanan Yesus muncul dalam ajaran Yesus yang autentik? Tentu saja ! Dan gereja mula-mula berpaut pada ajaran Yesus sebagai sesuatu yang berharga. Mereka membentuk pemikiran dan praktik hidup yang sesuai dengan hal itu. Jadi, tidakkah kita mengharapkan baris-baris kontinuitas di antara Yesus dan gerakan yang la dirikan ? Ya!

Bagaimanapun juga, kriteria ini ada manfaatnya bagi kita ­asal diterapkan dengan gaya positif. Ada beberapa bahan dalam Injil Perjanjian Baru yang tidak akan dipilih untuk dikembangkan gereja mula-mula sebagai bagian dari teologi dan praktik mereka. Dengan demikian, sulit dijelaskan bahwa hal itu dikarang oleh gereja mula­-mula. Penjelasan yang terbaik adalah bahwa hal itu berasal dari Yesus. Dalam beberapa kasus, hal yang sarna juga berlaku untuk kecenderung­an orang Yahudi. Pergaulan Yesus dengan orang berdosa yang bebas dan mudah bukan merupakan sesuatu yang dilakukan oleh guru-guru agama pada zaman itu (bahkan mungkin orang Kristen tidak akan banyak berbicara tentang hal ini). Jadi sekali lagi, kita memiliki contoh di mana tindakan dan ajaran Yesus agak berbeda dari tindakan dan ajaran orang-orang Yahudi sezamanNya.

E. Latar Belakang Semitisme dan Palestina

Kriteria ini yang kadang-kadang dibagi lagi menjadi dua kriteria atau lebih, menyiratkan bahwa perkataan dan perbuatan yang mencerminkan bahasa Ibrani dan Aram (Semitisme), atau mencerminkan Palestina abad pertama (secara geografis, topografis, adat-istiadat, perdagangan) bisa kita harapkan sebagai informasi yang autentik. Tentu saja, bahan untuk dukungan kriteria ini mungkin berasal dari orang Kristen Yahudi awal dan tidak harus berasal dari Yesus. Bagaimanapun juga, kriteria ini penting. Injil ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi Injil mengakui dan mempertahankan perkataan-perkataan Yesus yang berbicara bahasa Aram dan perbuatan Yesus yang melayani di Palestina pada abad pertama. Jika Injil berbahasa Yunani ini mempertahankan perkataan dan perbuatan Yesus, maka Injil berbahasa Yunani ini harus menunjukkan bukti latar belakang Semitisme dan Palestina, dan Injil lolos kriteria ini.

F. Koherensi (atau Konsistensi)

Akhimya, kriteria koherensi (atau konsistensi) juga bermanfaat dan dalam satu hal berfungsi sebagai pengikat semuanya. Menurut kriteria ini, bahan yang sesuai dengan bahan yang dinilai autentik berdasarkan kriteria lainnya juga bisa dipandang autentik.

Semua kriteria ini memiliki tempat sendiri dan bisa (bahkan telah) memberi sumbangan yang berguna untuk riset ilmiah tentang sejarah Yesus. Hal itu memampukan para ahli sejarah untuk memberi alasan yang baik untuk menilai autentik atau tidaknya perkataan dan perbuatan Yesus. Caranya adalah dengan mengandaikan bahwa sega­la tindakan Yesus, yang tidak mendapat dukungan dari salah satu kriteria atau lebih, harus dipandang tidak autentik. Ketiadaan du­kungan dari kriteria autentisitas tidak berarti bahwa perkataan dan perbuatan yang dipertanyakan tidak bisa berasal dari Yesus.

Di sinilah saya kira banyak sarjana skeptis dan menyimpang, terutama di antara anggota utama Jesus Seminar [termasuk Frans Donald Cs a.k.a Unitarian – red]. Mereka bukan hanya salah menerapkan beberapa kriteria (seperti perbedaan) dan mengabaikan atau menyalahpahami yang lain (seperti latar belakang Semitisme dan Palestina), namun mereka cenderung berpendapat bahwa perkataan dan perbuatan yang tidak didukung oleh kriteria ini harus dinilai tidak autentik. Metode skeptis yang sembrono ini menuntun pada hasil yang terbatas, hasil yang bisa diselewengkan jauh, jika titik awalnva sendiri salah dan menuju ke arah yang salah.

Gambaran tentang Yesus bisa diselewengkan jauh melalui penerapan kriteria autentisitas yang salah pada Injil Perjanjian Baru. Jika Injil dan sumber-sumber ekstrakanonik dimasukkan dalam campuran itu dan diperlakukan seolah-olah sebagai sumber informasi yang sama kunonya dan dapat dipercaya seperti halnya Injil kanonik, problem penyimpangan dibawa pada level baru yang lebih tinggi. Inilah topik yang akan dibahas dalam bab tiga dan empat.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus, 2005 By Craig Evans

Senin, 01 September 2008

NASKAH YUNANI TERTUA DI INJIL YOHANES

NASKAH YUNANI TERTUA DI INJIL YOHANES *

Fragmen Perjanjian Baru tertua yang masih bertahan sampai saat ini ditemu­kan ditulis pada papirus. Berikut adalah papirus tertua yang menuliskan bagian-bagian Injil Yohanes.

  1. ρ5 , Paripus 5 (disimpan di Perpustakaan di London), juga disebut P.Oxy. 208 + 1781, berasal dari awal abad III. Papirus ini memuat Yohanes 1:23-31, 33-40, 16:14-30; 20:11-17, 19-20, 22-25.
  2. ρ22 , Papirus 22 (disimpan di Perpustakaan Universitas Glasgow), juga di­sebut P.Oxy.1228, berasal dari pertengahan abad III. Papirus ini me­muat Yohanes 15:25-16:2, 21-32.
  3. ρ28 , Papirus 28 (disimpan di Museum Institut Palestina di Pacific School of Religion di Berkeley, California), juga disebut P.Oxy.1586, berasal dari akhir abad III. Papirus ini memuat Yohanes 6:8-12, 17-22.
  4. ρ39 , Papirus 39 (disimpan di perpustakaan Ambrose Swasey, Rocherster Divinity School), juga disebut P.Oxy 1780, berasal dari awal abad III. Papirus ini merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 8:14-22.
  5. ρ45 , Papirus 45 (disimpan di Chester Beatty Collection, di Dublin), juga disebut P.Chester Beatty I, berasal dari akhir abad II. Ini merupakan salah satu papirus utama. Papirus ini memuat bagian-bagian besar keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Dari Yohanes, papirus ini memuat 4:51,54; 5:21,24; 10:7-25; 10:30-11:10, 18-36, 42-57. P46 (P.Chester Beatty II) memuat memuat bagian penting dari beberapa surat Paulus.
  6. ρ52 , Papirus 52 (disimpan di perpustakaan John Rylands University of Manchester) juga disebut Gr. P.457, berasal dari awal abad II dan mungkin merupakan fragmen Perjanjian Baru Yunani tertua yang masih bertahan sampai saat ini (meskipun baru-baru ini beberapa orang menyatakan bahwa fragmen Matius berasal abad pertama). Papirus 52 merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 18:31-33 (di sisi kanan), 37-38 (di sisi sebaliknya).
  7. ρ66 , Papirus 66 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer II, berasal dari abad II atau III. Papirus Bodmer sangat penting. Papirus 66 memuat Yohanes 1:1-6:11; 6:35-14:26, 29-30; 15:2-26;16:2-4, 6-7; 16:10-20; 20:20, 22-23; 2025-21:9,12,17.
  8. ρ75 , Papirus 75 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer XIV dan XV, berasal dari akhir abad II. Selain bagian-bagian Lukas, papirus ini memuat Yohanes 1:1-11:45, 48-57;12:3-13:1,8-9;14:8-29;15:7-8.
  9. ρ80 , Papirus 80 (disimpan di Fundacion San Lucas Evangelista, Barcelona), juga disebut P.Barcelona 83, berasal dari pertengahan abad III. Yang masih tetap bertahan sampai saat ini hanyalah Yohanes 3:34.
  10. ρ95 , Papirus 95 (disimpan di Bibliotheca Laurenziana, Florence), juga disebut PI.II/31, berasal dari abad III. Papirus ini memuat Yohanes 5:26-29, 36-38.
  11. Uncial 0162 (disimpan di Metropolitan Museum of Art, New York), juga disebut P.Oxy.847, bukan papirus, melainkan satu lembar kulit, atau velum. Uncial ini berasal dari akhir abad III atau awal abad IV dan merupakan contoh awal uncial berikutnya. Uncial 0162 memuat Yohanes 2:11-22.

Uncial mengacu pada kodeks Alkitab yang ditulis pada abad III sampai X pada perkamen atau velum dengan huruf-huruf besar bulat. Ini merupakan salinan naskah paling awal berikutnya setelah papirus.

P.Oxy. = Oxyrhynchus Papyri, kumpulan ribuan fragmen papirus yang ditemukan di Mesir di Oxyrhynchus, dan memuat berbagai teks dalam enam bahasa atau lebih.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans



Papyrus Injil Sinoptik Yang Tertua

PAPYRUS INJlL SINOPTIK YANG TERTUA *

Salinan naskah Perjanjian Baru Yunani yang paling awal (bahasa asli yang digunakan dalam Perjanjian Baru) ditemukan dalam fragmen papirus (jamak papyri, sering disingkat menjadi p), sejenis kertas yang terbuat dari buluh yang tumbuh sepanjang Sungai Nil. Meski tidak semua, tetapi banyak teks Perjanjian Baru Yunani tetap bertahan dalam bentuk papyri.

Semua Perjanjian baru Yunani tetap bertahan dalam bentuk kodeks yang merupakan buku kuno yang biasanya terbuat dari lembaran-lembaran velum atau kulit binatang. Papyri Yunani tertua yang memuat leks Injil Sinoptik dicatat di bawah ini bersamaan dengan halaman atau fragmen Injil yang mereka muat.

1. Papirus 67 (P.Barcelona) 125-150 M

Matius 3:9,15; 5:20-22, 25-28

2. Papirus 103 (P.Oxy. 4403) 175-200 M

Matius 13:55-57; 14:3-5

3. Papirus 104 (P.Oxy.4404) 175-200 M

Matius 21:34-37, 43, 45 (?)

4. Papirus 77 (P.Oxy. 2683 + 4405) 175-200 M

Matius 23:30-39

5. Papirus 64 (P.Magdalen 17) 125-150 M

Matius 26:7-8,10,14-15,22-23,31-33

6. Papirus 4 (P.Paris 1120) 125-150 M

Lukas 1:58-59, 1:62-2:1; 2:6-7; 3:8-4:2;4:29-32, 34-35; 5:3-8

7. Papirus 75 (John Bodmer) sekitar 175 M

Lukas3:18-22;3:33-4:2;4:34-5:10;5:37-6:4;6:10-7:32;7:35-39,41-43;7:46-9:2;9:4-17:15;17:19-18:18; 22:4-24:53

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...