Senin, 08 September 2008

KITAB WAHYU DAN SIAPA ANAK DOMBA ALLAH ITU ?

ANAK DOMBA ALLAH

Ini adalah nama dan gambaran yang disenangi Kitab Wahyu bagi Yesus Kristus. Ya, Ia adalah penguasa (1: 5); Ia berdiri di­tengah-tengah kaki dian sebagai imam agung (1: 13); Dia adalah "Yang Awal dan Yang Akhir" (1 :17), "Yang Kudus" (3:7), “Tuan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja” (17: 14) - tapi, yang mengagumkan adalah bahwa, Yesus adalah Anak Domba.

Anak Domba, menurut Katekismus Gereja Katolik, adalah “Kristus yang disalibkan dan bangkit, satu-satunya imam agung yang mengurbankan kurban yang benar, sosok yang sama dengan ‘Yang mempersembahkan dan dipersembahkan, Yang menganugerahkan dan dianugerahkan’ “ (no. 1137).

Ketika Yohanes pertama kali melihat Anak Domba Allah, sebenarnya ia sedang mencari seekor singa. Tidak ada seorang pun yang dapat membuka gulungan kitab dan meterai-­meterainya serta mengungkapkan isinya, dan Yohanes menangis. Kemudian datanglah seorang dari tua-tua memulihkan keyakinannya berkata, “Jangan engkau menangis! Sesungguh­nya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya”. (Why 5:5).

Yohanes mencari singa Yehuda itu, tetapi yang didapat adalah seekor - Anak Domba. Harus diketahui bahwa seekor anak domba bukanlah hewan yang berkuasa, dan Anak Domba yang ini berdiri “seperti telah disembelih” (Why 5:6). Kita tidak akan ulangi lagi apa yang telah diuraikan di bab 2. Yang harus jelas adalah Yesus, di sini, adalah domba kurban, seperti domba Paskah.

Para penatua (presbyteroi imam-imam) menyanyikan tentang kurban Kristus yang membuatNya dapat membuka meterai-meterai gulungan kitab, Perjanjian Lama. “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah” (Why 5:9). Surga dan bumi lalu memuliakan Yesus dan Allah Bapa: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-Iamanya !... Dan tua-­tua itu jatuh tersungkur dan menyembah" (Why 5:13-14).

Sang Anak Domba Allah adalah Yesus. Anak Domba Allah itu juga adalah "anak manusia," berpakaian jubah seperti imam agung (1: 13); Anak Domba Allah itu adalah kurban persembahan; Anak Domba Allah itu adalah Allah.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.

KITAB WAHYU - SIAPA SAJA YANG ADA DI SURGA

BAB DUA

Siapa Saja Yang Ada Di Surga

RIBUAN PEMERAN DALAM KITAB WAHYU

Kecuali untuk wabah anti-Kristus yang muncul pada tahun 1970-an, Hollywood belum pernah mencoba sekalipun untuk membuat film tentang Kitab Wahyu, tidak seperti Injil-­injil dan Kitab Keluaran. Mungkin banyak hal yang terlalu aneh, penuh darah, kekerasan dan terlalu berlebihan untuk Hollywood sekalipun.

Atau mungkin sutradara menyerah oleh pemeran-pemeran yang dituntut oleh Kitab Wahyu (belum lagi biaya spesial efek!). Cecil B. DeMille harus puas dengan ribuan pemeran dalam film The Ten Commandments (Sepuluh Perintah Allah). Kitab Wahyu membutuhkan ratusan ribu. Mungkin ini adalah Kitab dalam Kitab Suci yang paling padat dengan makhluk hidup.

Siapakah mereka-mereka ini yang mengisi panorama dunia dan panorama surganya Yohanes ? Dalam bab ini, kita akan mencoba mengenal mereka lebih dalam lagi.

Tapi pertama-tama, sebuah pengakuan: saya takut untuk melangkah ke sini. Mungkin tidak ada subyek lain yang menarik atau yang menjadi obsesi para sarjana Kitab Wahyu, para pengkhotbah, dan orang-orang yang senang menyelidiki, selain mencari identifikasi dari binatang-binatang dalam Kitab Wahyu, makhluk-makhluk merayap, para malaikat dan orang-orang.

Identifikasi seorang pembaca tentang mereka, sebagian besar tergantung pada skema tafsirnya. Skema kaum futuris misalnya, memberikan inspirasi kepada penafsir-penafsir untuk mengidentifikasi binatang-binatang, dengan Napoleon, Bismarck, Hitler, dan Stalin di antaranya. Pandangan kaum “preteris - yang menekankan pemenuhan ramalan Wahyu pada abad pertama ­condong mengidentifikasi binatang-binatang misalnya, dengan salah seorang Kaisar Romawi, atau dengan Roma sendiri, atau dengan Yerusalem. Pandangan ketiga, kadang-kadang disebut kaum idealis melihat Wahyu sebagai sebuah alegori peperangan rohani yang harus dijalani oleh setiap orang beriman. Sedangkan pandangan lain dari kaum “historis” (“sejarawan”), menganggap Kitab Wahyu sebagai rancangan dari rencana utama Allah untuk sejarah, dari permulaan hingga akhir.

Pandangan mana yang saya ikuti ? Ya, semuanya. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa mereka secara keseluruhan tidak benar semuanya. Kekayaan Kitab Suci tidak ada batasnya. Orang-orang Kristen perdana diajarkan bahwa naskah suci bekerja berdasarkan empat tingkat, dan seluruh tingkatan itu, semuanya bersama-sama, mengajarkan satu kebenaran Allah - seperti sebuah simfoni. Bila saya memihak pandangan yang satu di atas pandangan yang lain, berarti adalah “preteris”. Walaupun, sekali lagi saya katakan, saya tidak meremehkan yang lain. Apa yang mengikat mereka adalah yang mengikat kita semua pada Kristus: Perjanjian Baru, dimeteraikan dan diperbarui dengan liturgi Ekaristi.

Sebab di dalam Kitab Wahyu muncul sebuah pola - dari perjanjian, kejatuhan, penghakiman, dan penebusan - dan pola ini menggambarkan periode sejarah tertentu, tetapi juga menggambarkan setiap periode sejarah, dan seluruh sejarah, juga arah kehidupan untuk kita semua.

“AKU, YOHANES”

Saya mengatakan di awal buku ini, bahwa ada banyak pertentangan mengenai siapakah yang dimaksud dengan penulis Yohanes dari Kitab Wahyu ini. Perdebatan itu, meskipun menarik, tidaklah penting bagi penyelidikan kita tentang Misa Kudus dan Kitab Wahyu. Walaupun demikian, satu hal jelas bahwa naskah itu sendiri mencirikan Yohanes (Why 1 :4, 9; 22:8). Dan ”Yohanes” dalam Perjanjian Baru (dan di dalam pikiran Bapa-bapa Gereja zaman dahulu) berarti Yohanes Rasul.

Dan buku-buku pun mengindikasikan demikian, bila bukan berasal dari penulis yang sama, maka berarti berasal dari penulis-penulis dengan aliran pendidikan yang sama. Sebab Wahyu dan Injil keempat mempunyai kesamaan-kesamaan dalam hal-hal teologi. Kedua buku mengungkapkan pengetahuan yang tepat mengenai Bait Allah Yerusalem dan ritual-ritualnya; kedua­nya terlihat memusatkan perhatiannya pada peranan Yesus sebagai ”Domba Allah”, kurban Paskah baru (lihat Yoh 1:29, 36; Why 5:6). Selain itu, Injil Yohanes dan Kitab Wahyu menggunakan terminologi yang sama di mana di dalam Perjanjian Baru hanya mereka yang menggunakannya. Misalnya, hanya Injil keempat dan Kitab Wahyu menyebut Yesus sebagai ”Firman Allah” (Yoh 1: 1; Why 19: 13); dan hanya kedua buku ini yang menyebutkan ibadat Perjanjian Baru sebagai ”di dalam Roh” (Yoh 4:23; Why 1:10). Juga, hanya di dalam kedua Kitab ini berbicara tentang keselamatan dengan istilah ”air kehidupan” (Yoh 4: 13; Why 21:6). Masih banyak lagi kesamaan-kesamaan lainnya.

Peng-identifikasi-an penulis Yohanes dengan Rasul Yohanes adalah penting hanya karena pengenalan akan hal itu membawa kita pada kuasa penglihatan Kitab Wahyu. Di dalam Injil, misal­nya, Yohanes diidentifikasikan sebagai "Murid yang dikasihi Tuhan" (lihatYoh 13:23; 21:20, 24). Yohanes adalah Rasul yang paling dekat dengan Tuhan Yesus, murid yang sangat disayangi Tuhan. Yohaneslah yang bersandar pada dada Tuhan Yesus waktu Perjamuan Terakhir. Meskipun demikian, di dalam Kitab Wahyu, ketika ia melihat Yesus di dalam kuasa dan kemuliaan-Nya, berkuasa atas alam semesta dan berkuasa di surga, Yohanes tersungkur di hadapan-Nya (lihat Why 1: 17). Ini adalah detail­-detail penting untuk kita, yang ingin menjadi "murid-murid yang dikasihi" pada masa ini. Sambil berjuang untuk membangun relasi yang intim dengan Yesus, sulit bagi kita untuk memulai percakapan, sampai kita dapat melihat Yesus sebagaimana Dia adanya, di dalam kesucian-Nya yang melampaui segalanya.

Identitas Yohanes juga penting dalam hubungannya dengan perihal Wahyu duniawi. Tradisi mengidentifikasi Rasul Yohanes sebagai uskup dari Efesus, salah satu dari ketujuh jemaat/gereja yang ditulis dalam Kitab Wahyu. Jemaat-jemaat diidentifikasikan dengan kota-kota, ketujuhnya terletak dalam radius lima puluh mil di Asia Kecil, mungkin menandakan area otoritas Yohanes. Kita dapat melihat mengapa Yohanes, sebagai uskup, dipilih untuk mengirimkan pesan pastoral yang demikian, seperti yang terdapat dalam Kitab Wahyu, terutama di dalam surat-surat yang ditujukan bagi ketujuh jemaat (Why 2, 3).

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.

KITAB WAHYU ADALAH MINIATUR SURGA DAN BUMI

KITAB WAHYU ADALAH MINIATUR SURGA DAN BUMI

Banyak detail kecil dari penglihatan Yohanes menjadi jelas pada waktu kita mencoba untuk mengenal Kitab tersebut seperti para pembaca semula di mana tulisan itu ditujukan. Bila kita adalah orang Kristen Yahudi yang berbicara bahasa Yunani pada masa Yohanes, hidup di kota-kota di provinsi Asia Romawi, kita mungkin mengenal peta topografi Yerusalem dari peziarah­-peziarah. Yerusalem sangatlah penting bagi para pembaca tulisan Yohanes. Yerusalem adalah ibukota dan pusat perekonomian Israel kuno, seperti juga sebagai pusat hubungan kebudayaan dan pendidikan bangsa. Tapi di atas segalanya, Yerusalem adalah jantung rohani bangsa Israel. Cobalah bayangkan kota moderen gabungan antara Washington DC, Wall Street, Oxford dan Vatikan [1]. Itu adalah Yerusalem pada abad pertama bagi bangsa Yahudi.

Di tengah-tengah kota Yerusalem, berdiri Bait Allah tercinta, yang menjadi pusat keagamaan dan kebudayaan bangsa Yahudi di seluruh dunia. Yerusalem bukanlah sebuah kota dengan Bait Allah, melainkan Bait Allah dengan kota yang dibangun di sekelilingnya. Lebih dari sekadar tempat beribadah, Bait Allah berdiri untuk bangsa Yahudi yang saleh, sebagai model skala dari seluruh penciptaan. Seperti halnya alam semesta diciptakan untuk menjadi tempat kediaman Allah, dengan Adam melayani sebagai imam, Bait Allah diharapkan memperbaiki urutan hirarki ini, dengan imam-imam Israel sebagai pelayan di hadapan Yang Terkudus dari para Kudus. Sebagai umat Kristen Yahudi, kita akan segera mengenali Bait Allah sebagai surga menurut gambaran Wahyu. Di dalam Bait Allah, seperti di surganya Yohanes, Menorah (tujuh kaki dian terbuat dari emas, Wahyu 1:12) dan mezbah kemenyan (8:3-5) berdiri di hadapan Yang Terkudus dari para Kudus. Di Bait Allah, terdapat empat ukiran kerubim menghias dinding, seperti empat makhluk hidup melayani di depan takhta di dalam surganya Yohanes. Di dalam Wahyu 4:4, dua puluh empat tua-tua (dalam bahasa Yunani, presbyteroi, dalam bahasa Indonesia "imam") merupakan replika dua puluh empat divisi imamat yang melayani di Bait Allah pada tahun-tahun yang ditentukan. “Lautan kaca bagaikan kristal” (Why 4:6) adalah kolam besar di Bait Allah yang terbuat dari tembaga yang digosok, yang memuat 11.500 galon air. Di tengah-tengah Bait dalam Kitab Wahyu, seperti dalam Bait Salomo, ada Tabut Perjanjian (Why 11:19).

Wahyu menyingkapkan Bait Allah - tetapi orang-orang Yahudi yang saleh dan orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen, juga menyingkapkan lebih banyak lagi. Karena Bait Allah dan kebesarannya menunjuk pada realitas yang lebih tinggi. Seperti Musa (lihat Kel 25:9), Raja Daud menerima rencana pendirian Bait Allah dari Allah sendiri: “semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku oleh Tuhan, yang berisi petunjuk tentang segala pelaksa,naan rencana itu.” (1 Taw 28: 19). Bait Allah harus menjadi model menurut pelataran surga: “Engkau telah menyuruh untuk membangunkan Bait Allah di atas gunung­Mu yang Suci, dan mezbah di tempat kediaman-Mu, suatu tiruan Kemah Suci yang sejak awal mula sudah Kausiapkan” (Keb 9:8).

DARI MENIRU HINGGA PERAN SERTA

Menurut kepercayaan Yahudi kuno, ibadat di Bait Allah Yerusalem mencerminkan ibadat para malaikat di surga. Imamat Lewi, Liturgi perjanjian, kurban yang dipersembahkan merupakan cerminan dari model di surga.

Kitab Wahyu dimaksudkan untuk sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih. Di mana bangsa Israel berdoa “meniru para malaikat”, Gereja dalam Kitab Wahyu beribadat bersama para malaikat (lihat 19: 10). Di mana hanya imam-imam yang diperkenankan memasuki tempat kudus di Bait Allah Yerusalem, Wahyu memperlihatkan suatu bangsa yang terdiri dari imam-­imam (lihat 5:10; 20:6) yang tinggal selamanya di hadapan Allah.

Tidak ada lagi model asli surga dan tiruan dunia. Wahyu sekarang menyingkapkan satu ibadat, di mana manusia dan malaikat mengambil bagian!

KELUAR DARI KETERPURUKAN

Para sarjana berbeda pendapat tentang kapan Kitab Wahyu ditulis; perkiraan berkisar antara akhir tahun 60 hingga akhir tahun 90 sesudah Masehi. Tetapi hampir semuanya sepakat, bahwa ukuran Bait Allah yang ditulis Yohanes (Why 11:1) menunjuk pada masa sebelum tahun 70, karena setelah tahun 70 Bait Allah sudah tidak ada, sehingga tidak dapat diukur.

Bagaimanapun juga, ibadat kurban Perjanjian Lama berakhir pada saat Bait Allah dihancurkan dan Yerusalem diratakan pada tahun 70. Bagi bangsa Yahudi di seluruh dunia, ini merupakan kejadian yang membawa perubahan besar - merupakan bayang-­bayang dari penghakiman terakhir “bait semesta” pada akhir zaman. Setelah tahun 70, tidak ada lagi asap kurban domba bangsa Israel yang membumbung. Tentara Romawi membumi­hanguskan kota dan tempat ibadat yang telah memberi arti bagi kehidupan bangsa Yahudi di Palestina dan di luar negeri.

Apa yang Yohanes jelaskan dalam penglihatannya, tidak lain adalah: matinya dunia lama, Yerusalem lama, Perjanjian Lama, dan penciptaan dunia baru. Dengan kekuasaan dunia baru ini, ada tata cara baru dalam ibadat.

Sangat sulit untuk tidak mendengar gema dari Injil Yohanes: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yoh 2: 19). “Saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem... penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4: 21, 23). Dalam Wahyu, prediksi ini dipenuhi, di mana Bait Allah diungkapkan sebagai Tubuh mistik Kristus, Gereja, dan sebagai ibadat “dalam Roh” yang bertempat di Yerusalem baru dan Yerusalem surgawi.

Demikian juga, sangat mudah dimengerti mengapa umat Kristen kuno menganggap terbelahnya tabir Bait Suci secara teologis dan liturgis sangatlah penting. Tabir terbelah seperti tubuh Kristus yang harus tercabik. Seperti Yesus menyelesaikan persembahan duniawi Tubuh-Nya, Tuhan memastikan bahwa dunia akan mengetahui bahwa tabir telah disingkirkan dari “Bait Allah”. Sekarang setiap orang, yang dikumpulkan bersama di dalam Gereja - dapat memasuki hadirat-Nya pada Hari Tuhan.

Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.... Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang...tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (Ibr 10: 19-20,24-25).

“Di dalam Roh pada Hari Tuhan,” Yohanes melihat sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat dikemukakan oleh sebuah alasan ataupun argumentasi. la melihat bagian dari dunia yang sudah diangkat ke dalam surga yang baru dan dunia yang baru.

Beberapa abad kemudian, saya juga mulai berbalik dan melihatnya.



[1] Kota-kota yang disebut: Washington DC: adalah pusat pemerintahan Amerika Serikat; Wall Street adalah pusat keuangan dunia; Oxford adalah kota pendidikan di Inggris yang terkenal; Vatikan, kita tahu adalah pusat agama Katolik - editor.

Sumber : The Lamb’s Supper - The Mass as Heaven On Earth, Oleh Scott Walker Hahn, 1999, Terj. Indonesia : Perjamuan Anak Domba - Perayaan Ekaristi, Surga Di Atas Bumi, Penerbit Dioma, 2007.


♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...