Sering kali saya ditanyakan apakah ketika Yesus itu wafat, Dia turun ke Neraka atau ke Api Pencucian?
Jawab:
Pertanyaan ini merupakan salah satu aspek penting dalam teologi Kristen, khususnya dalam pengakuan iman (Kredo Apostolik) yang menyatakan bahwa Yesus "turun ke tempat penantian" atau dalam beberapa terjemahan "turun ke neraka" setelah wafat-Nya dan sebelum kebangkitan-Nya.
Dalam konteks Gereja Katolik, istilah ini sering menimbulkan kebingungan karena melibatkan konsep "neraka" (hell), "tempat penantian" (hades atau sheol), dan "api pencucian" (purgatory).
Untuk menjawab secara tepat, perlu dijelasknan pandangan Gereja Katolik, merujuk pada Katekismus Gereja Katolik (KKG), dan mengacu juga pada pandangan Bapa-Bapa Gereja Perdana berdasarkan tulisan mereka.
Pandangan Gereja Katolik
Menurut ajaran resmi Gereja Katolik, Yesus tidak turun ke api pencucian (purgatory), tetapi turun ke "tempat penantian" (bahasa Latin: ad inferos, sering diterjemahkan sebagai "neraka" dalam Kredo Apostolik, tetapi bukan neraka tempat orang berdosa yang terkutuk).
Berikut adalah penjelasan rinci:
Makna "Turun ke Tempat Penantian":
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KKG 631-637), Gereja menjelaskan bahwa frasa "Yesus turun ke neraka" dalam Kredo Apostolik merujuk pada tempat penantian (sheol dalam tradisi Yahudi atau hades dalam tradisi Yunani), yaitu tempat di mana jiwa-jiwa orang benar yang meninggal sebelum kedatangan Kristus menanti kedatangan Juruselamat.
KKG 633: "Yesus tidak turun ke neraka untuk membebaskan orang-orang terkutuk, atau untuk menghancurkan neraka kutukan, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar yang telah mendahului-Nya."
Tempat penantian ini adalah keadaan atau tempat di mana jiwa-jiwa orang benar, seperti Abraham, Musa, dan para nabi, berada sebelum pintu surga dibuka melalui karya penebusan Kristus.
Tujuan Yesus turun ke tempat penantian adalah untuk:
1. Mengumumkan kabar baik keselamatan kepada jiwa-jiwa orang benar (lihat 1 Petrus 3:19, yang menyebutkan Yesus "memberitakan kepada roh-roh yang di dalam penjara").
2. Membuka pintu surga bagi mereka dengan kemenangan-Nya atas dosa dan maut melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Bukan Api Pencucian (Purgatory):
Api pencucian adalah konsep teologis Katolik yang berbeda, yang merujuk pada keadaan pemurnian sementara setelah kematian bagi jiwa-jiwa yang telah diselamatkan tetapi masih memiliki noda dosa ringan atau konsekuensi dosa yang perlu dimurnikan sebelum masuk ke surga (KKG 1030-1032).
Yesus tidak turun ke api pencucian, karena:
1. Api pencucian hanya berlaku setelah karya penebusan Kristus selesai (setelah kebangkitan-Nya), karena pemurnian ini adalah bagian dari rahmat keselamatan yang dimungkinkan oleh kurban Kristus.
2. Yesus, sebagai Allah dan manusia yang sempurna tanpa dosa, tidak memerlukan pemurnian, dan karya-Nya di tempat penantian adalah untuk membebaskan jiwa-jiwa orang benar, bukan untuk memurnikan mereka seperti dalam konsep api pencucian.
3. KKG 1031: Api pencucian adalah keadaan bagi mereka yang meninggal dalam rahmat Allah tetapi belum sepenuhnya suci. Ini tidak ada hubungannya dengan "tempat penantian" yang dikunjungi Yesus.
Dasar Kitab Suci:
1. 1 Petrus 3:18-19: "Sebab Kristus juga telah mati sekali untuk segala dosa kita ... supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan dalam keadaan sebagai roh. Dalam keadaan itu Ia pergi memberitakan kepada roh-roh yang di dalam penjara."
2. Efesus 4:9: "Bukankah 'Ia telah naik' berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian-bagian bumi yang paling bawah?"
3. Matius 12:40: Yesus berkata, "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."
Ayat-ayat di atas itu diinterpretasikan oleh Gereja sebagai petunjuk bahwa Yesus, setelah wafat, turun ke tempat penantian untuk menyelesaikan karya keselamatan-Nya.
Pandangan Bapa-Bapa Gereja Perdana:
Bapa-Bapa Gereja Perdana memberikan wawasan awal tentang doktrin "turun ke tempat penantian" (descensus ad inferos), meskipun interpretasi mereka bervariasi dalam detail. Berikut adalah pandangan beberapa tokoh utama:
1. Ignatius dari Antiokhia (w. sekitar 110 M): Dalam Surat kepada Jemaat di Magnesia (9:2), Ignatius menyebutkan bahwa para nabi Perjanjian Lama menanti Kristus, dan ketika Kristus datang, Ia membangkitkan mereka dari kematian. Meskipun tidak secara eksplisit menyebut "tempat penantian," Ignatius menyiratkan bahwa Yesus membebaskan jiwa-jiwa orang benar yang menantikan-Nya. Implikasi: Ignatius tidak menyebutkan api pencucian, tetapi fokus pada pembebasan orang-orang benar, sejalan dengan ajaran Katolik.
2. Yustinus Martir (w. sekitar 165 M): Dalam Dialog dengan Trypho (72), Yustinus mengutip tradisi Yahudi-Kristen awal bahwa Kristus turun ke hades untuk mengumumkan keselamatan kepada orang-orang benar yang telah meninggal sebelum kedatangan-Nya. Ia tidak menyebutkan api pencucian, karena konsep ini belum sepenuhnya berkembang pada masanya. Implikasi: Yustinus mendukung gagasan bahwa Yesus mengunjungi tempat penantian, bukan purgatory.
3. Irenaeus dari Lyon (w. sekitar 202 M): Dalam Melawan Ajaran Sesat (Adversus Haereses, 4.27.2), Irenaeus menjelaskan bahwa Kristus turun ke "tempat bawah" (inferos) untuk membawa kabar keselamatan kepada orang-orang benar yang telah meninggal, seperti Abraham dan para nabi. Ia menegaskan bahwa tujuan Yesus adalah untuk membebaskan mereka, bukan untuk memurnikan mereka. Implikasi: Irenaeus dengan jelas membedakan tempat penantian dari neraka kutukan dan tidak menyebutkan api pencucian.
4. Clement dari Aleksandria (w. sekitar 215 M): Dalam Stromata (6.6), Clement menulis bahwa Kristus turun ke hades untuk memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang ada di sana, termasuk orang-orang benar dan bahkan beberapa orang kafir yang mungkin menerima rahmat. Pandangannya lebih luas, tetapi tetap fokus pada tempat penantian, bukan api pencucian. Implikasi: Clement tidak mengaitkan turunnya Yesus dengan purgatory, yang belum menjadi doktrin formal pada masa itu.
4. Agustinus dari Hippo (w. 430 M): Dalam Surat 164 dan berbagai khotbahnya, Agustinus menegaskan bahwa Kristus turun ke inferos (tempat penantian) untuk membebaskan jiwa-jiwa orang benar, seperti Adam, Abraham, dan para nabi. Ia menolak gagasan bahwa Yesus turun ke neraka kutukan (gehenna) untuk membebaskan orang-orang terkutuk. Agustinus juga mulai membahas konsep pemurnian setelah kematian (cikal bakal doktrin api pencucian, misalnya dalam Kota Allah 21.13), tetapi ia tidak menghubungkan turunnya Yesus dengan api pencucian. Menurutnya, api pencucian adalah untuk jiwa-jiwa yang hidup setelah karya penebusan Kristus. Implikasi: Agustinus membedakan tempat penantian (yang dikunjungi Yesus) dari konsep pemurnian setelah kematian.
5. Cyril dari Yerusalem (w. 387 M): Dalam Katekesa (4.11), Cyril menjelaskan bahwa Yesus turun ke hades untuk mengalahkan maut dan membebaskan jiwa-jiwa orang benar. Ia tidak menyebutkan api pencucian, yang belum menjadi doktrin yang jelas pada masanya. Implikasi: Pandangan Cyril sejalan dengan ajaran Katolik modern tentang tempat penantian.
Bapa-Bapa Gereja Perdana secara konsisten menggambarkan Yesus turun ke hades atau inferos (tempat penantian), bukan ke api pencucian. Konsep api pencucian sebagai tempat pemurnian bagi jiwa-jiwa yang diselamatkan baru mulai muncul secara samar pada abad ke-4 (misalnya, dalam tulisan Agustinus) dan baru diresmikan sebagai doktrin pada Abad Pertengahan (Konsili Lyon II, 1274, dan Konsili Firenze, 1439).
Tempat penantian adalah keadaan sementara bagi jiwa-jiwa orang benar sebelum kedatangan Kristus, sedangkan api pencucian adalah untuk jiwa-jiwa setelah karya penebusan Kristus, yang memerlukan pemurnian tambahan.
Konsensus Bapa-Bapa Gereja:
Tidak ada Bapa Gereja Perdana yang menghubungkan turunnya Yesus dengan api pencucian. Mereka sepakat bahwa Yesus turun ke tempat penantian untuk membebaskan orang-orang benar, seperti yang dijelaskan dalam tradisi berdasarkan 1 Petrus 3:19 dan Efesus 4:9.
Beberapa perbedaan kecil ada dalam detail (misalnya, apakah Yesus juga memberitakan kepada orang kafir, seperti dispekulasikan oleh Clement), tetapi intinya adalah Yesus mengunjungi hades/sheol, bukan purgatory.
Doktrin Katolik Modern:
Gereja Katolik, melalui Katekismus Gereja Katolik (KKG 631-637), menegaskan bahwa Yesus turun ke tempat penantian, bukan api pencucian. Api pencucian adalah konsep yang berbeda, yang tidak relevan dengan peristiwa antara wafat dan kebangkitan Yesus.
Yesus tidak memerlukan pemurnian (karena Ia tanpa dosa), dan karya-Nya di tempat penantian adalah untuk menyelesaikan keselamatan bagi orang-orang benar sebelum-Nya, bukan untuk memurnikan jiwa-jiwa seperti dalam api pencucian.
Kesimpulan
Menurut Gereja Katolik: Yesus turun ke tempat penantian (ad inferos, sering diterjemahkan sebagai "neraka" dalam Kredo, tetapi merujuk pada sheol/hades), bukan ke api pencucian. Tujuannya adalah untuk membebaskan jiwa-jiwa orang benar yang menanti kedatangan Juruselamat dan mengumumkan kabar keselamatan (KKG 633).
Api pencucian adalah keadaan pemurnian setelah karya penebusan Kristus dan tidak terkait dengan peristiwa ini.
Menurut Bapa-Bapa Gereja Perdana: Tokoh seperti Ignatius, Yustinus, Irenaeus, Agustinus, dan Cyril secara konsisten mengajarkan bahwa Yesus turun ke hades/inferos untuk membebaskan orang-orang benar. Mereka tidak menyebutkan api pencucian, karena konsep ini belum berkembang pada masa mereka dan tidak relevan dengan tindakan Yesus setelah wafat.
Ditulis oleh Leonard Tiopan Panjaitan dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar