Semoga Mereka Menjadi Satu. Blog ini didedikasikan buat upaya-upaya terjadinya Persatuan Gereja antara Roma Katolik, Orthodox dan Protestan. Marilah kita berdoa kepada Allah Tritunggal dan Bunda Theotokos agar Tanggal Paskah antara Katolik dan Orthodox menjadi sama.
VATICAN CITY, JULY 3, 2009 (Zenit.org).- Today, Benedict XVI authorized the promulgation of decrees recognizing miracles, martyrdom and heroic virtue in several causes for canonization.
A Vatican communiqué reported that the Pope received in private audience Archbishop Angelo Amato, prefect of the Congregation for Saints' Causes, and authorized the congregation to promulgate the following decrees.
Miracles attributed to the intercession of the following:
-- Blessed Cándida Maria de Jesús Cipitria y Barriola (1845-1912) (born Juana Josefa), Spanish founder of the Congregation of the Daughters of Jesus. -- Servant of God John Henry Newman (1801-1890), English cardinal and founder of the Oratories of St. Phili p Neri in England.
-- Servant of God Angelo Paoli (1642-1720) (born Francesco), Italian professed priest of the Order of Carmelites of the Strict Observance. -- Servant of God Maria Alfonsina Danil Ghattas (1843-1927) (born Soultaneh Maria), cofounder of the Congregation of the Sisters of the Most Holy Rosary of Jerusalem.
The martyrdom of the following:
-- Servant of God José Samsó i Elías (1887-1936), Spanish diocesan priest, pastor and archpriest of Santa María de Mataro, killed during religious persecution in Spain. -- Servant of God Teófilo Fernández de Legaria Goñi (1898-1936) (born Beniamino), and four companions, professed priests of the Congregation of the Sacred Hearts of Jesus and Mary, killed during religious persecution in Spain in 1936.
-- Servant of God Georg Häfner (1900-1942), German diocesan priest, killed in the concentration camp of Dachau, Germany. -- Servant of God Zolt an Ludovico Meszlenyi (1892-1951), Hungarian titular bishop of Sinope and auxiliary of Esztergom, killed at Kistarcsa, Hungary.
Proclamation of the heroic virtue of the following was also approved:
-- Servant of God Engelmar Unzeitig (1911-1945) (born Uberto), German professed priest of the Congregation of Missionaries of Mariannhill. -- Servant of God Anna María Janer Anglarill (1800-1885), Spanish founder of the Institute of Sisters of the Holy Family of Urgell.
-- Servant of God Maria Serafina del Sacro Cuore di Gesu Micheli (1849-1911) (born Clotilde), Italian founder of the Institute of Sisters of the Angels. -- Servant of God Teresa Manganiello (1849-1876), Italian laywoman of the Third Order of St. Francis.
Pope Says Scientific Analysis Seems to Confirm Tradition
VATICAN CITY, JUNE 28, 2009 (Zenit.org).- The tomb of St. Paul may indeed contain the remains of the Apostle of the Gentiles, Benedict XVI affirmed in his homily at the closing of the Year of St. Paul.
The Pope presided at first vespers this evening for the solemnity of Sts. Peter and Paul, which marked the conclusion of the Pauline Year. The celebration took place at the Basilica of St. Paul Outside the Walls, where it has traditionally been believed St. Paul was buried.
"An authentic scientific analysis" conducted on the sarcophagus conserved in the basilica, the Holy Father said, "seems to confirm the unanimous and uncontested tradition that these are the mortal remains of the Apostle Paul."
"A tiny hole was dri lled into the sarcophagus -- which over many centuries had never been opened -- in order to insert a special probe, which revealed traces of costly purple colored linen fabric, laminated with pure gold and a blue fabric with linen filaments," Benedict XVI explained.
"Grains of red incense and protein and chalk substances were also discovered," he continued. "There were also tiny bone fragments, which were sent for carbon-14 testing by experts who were unaware of their origin. These were discovered to belong to a person who had lived between the first and second centuries."
St. Paul is said to have been beheaded at Aquas Salvias -- where the Church of Tre Fontane was then erected -- while he was buried at the place where the Basilica of St. Paul Outside the Walls now stands, and where two basilicas -- one ordered by Emperor Constantine and the other the so-called basilica of the "Three Emperors" (Theodosius, Valen tinian II and Arcadius) -- were constructed during the fourth century.
Despite the fact that the original tomb of St. Paul had been the object of profound devotion on the part of pilgrims from the beginning, over the centuries it disappeared from view and eventually could no longer be identified.
During the reconstruction of the basilica, which had been destroyed by a fire in 1823, two marble plaques dating from the time of Pope Leo the Great (440-461), which contained the barely visible inscription "Paolo Apostolo Mart" ("Paul the Apostle Martyr"), were discovered beneath the "confessio" altar.
The first archaeological inspections, which took place in 2002-2003 in the area of the "confessio," permitted the identification of the remains of the Constantinian and Theodosian basilicas.
Between May 2 and Nov. 17, 2006 excavations were carried out that brought to light a marble sarcophagus 2.5 meters long and about 1.2 meters long, which rested on layer of clay floor dating from 390, the time during which the Constantinian basilica was expanded.
Beginning in 2007, visitors were allowed to enter below the basilica's altar to pray before the tomb of the Apostle.
Matius 13: 24 - 30 : Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Inilah prolog suci dari Tuhan kita tentang post-modernisme dunia. Saat ini dunia semakin diinvasi oleh pandangan-pandangan mulai dari relativisme ke ekstrimisme, dari spiritualisme ke agnotisme, dari kolektivisme hingga ke individualisme radikal. Pemikiran kontemporer ini semakin gencar menyerbu masyarakat seiiring kemajuan teknologi dan kebebasan demokrasi. Tak terkecuali umat Kristen, kita semakin terombang-ambing diantara berbagai pemikiran-pemikiran kontemporer yang membonceng nilai-nilai new age.
Seringkali keyakinan Kristen ditentukan oleh dominasi pemikiran kontemporer yang membuat kita tidak sadar untuk mulai meragukan iman kita. Yesus seakan-akan mulai dijauhkan dari berbagai sendi kehidupan. Ia kini mulai menjadi semacam bahan literatur dan sejarah masa lalu. Dampak-dampak seperti ini akibat semakin semaraknya produk-produk modern yang memenuhi hasrat sesaat kebutuhan manusia. Ini juga tak terlepas dari berbagai macam publisitas media melalui kreasi seni tinggi, penuh trik, anti kemapanan, dan bersifat self-sufficient.
Lalu apa yang mau disampaikan dalam tulisan ini? Saya ingin kembali mengajak pembaca menghadirkan kembali Yesus di hati kita secara berkesinambungan. Kesibukan aktivitas bekerja, bersosialite, mengejar karier, berbisnis, dan berbagai macam kegiatan mencari material hidup membuat kita tidak mempunyai ruang untuk Tuhan. Bagi sebagian orang di kota-kota besar mungkin kita tidak punya waktu lagi untuk bertemu secara akrab dengan Sang Pencipta. Yesus bahkan seringkali hanya dijumpai pada sisa waktu kita yang sedikit.
Gejala yang saya sampaikan di atas adalah pertempuran antara Gandum Vs Ilalang yang telah disampaikan oleh Yesus ketika Dia masih menjadi daging. Pertempuran ini bukan lagi pertempuran antara kaum kafir vs kaum agamawan seperti jaman dulu tapi dunia ini dihadapkan pada pertempuran non kasat mata, yakni pertempuran batin yang halus tapi menyesatkan. Ilalang dalam dunia modern adalah ajaran-ajaran dengan kekuatan idealis yang meminggirkan Allah dari kehidupan kita. Sebagai contoh : umat Kristen kini dihadapkan degnan banyaknya film, buku-buku yang menggangap remeh Yesus Kristus bahkan menghujatNya. Kita tahu bahwa film-film atau novel-novel karya Dan Brown adalah sebuah permulaan dari rencana si jahat untuk membingungkan umat Kristen akan imannya. Sebagian orang memandang itu hanya novel atau ”just a movie” yang tidak berpengaruh bagi iman si pembacanya. Tapi sebenarnya apa yang kelihatannya tidak berbahaya justru itulah yang patut diwaspadai. Apa yang diserang oleh novel-novel kontemporer seperti itu adalah ketidaktahuan kita tentang iman kita, tentang Siapa Juru Selamat kita itu. Dua ribu tahun umat Kristen saat ini berjarak dengan Yesus Daging akan mengakibatkan munculnya efek keterpisahan dan irelevansi dari Yesus Iman. Ini bisa semakin memuncak apabila banyak sekali himpitan dalam hidup kita baik berupa kesulitan ekonomi, pengangguran hingga tingginya budaya permisif korupsi di negeri ini. Kurangnya keteladanan dari pemimpin kita serta tidak adanya ”role model”, ”success story” akan kepemimpinan yang bersih dan jujur akan mengakibatkan umat Kristen akan semakin apatis dan cenderung bingung memilih jalan yang benar.
Industrialisasi Pemikiran
Potret kekinian masyarakat kita ini ditunjang oleh merasuknya pola industrialiasi tanpa batas. Industrialisasi sudah menyebar ke segenap ranah hidup manusia baik di Indonesia maupun di dunia. Industrialisasi inilah yang dipakai oleh kekuatan si jahat sebagai mesin penyebar ajaran yang aneh, membingungkan dan sesat. Kita bisa lihat dari jutaan kopi buku Harry Potter yang segera diserbu oleh anak-anak remaja sebagai bacaan ”wajib” dan menggairahkan. Industrialisasi nilai-nilai seperti ini berubah menjadi industrialisasi pemikiran yang berbahaya ketika iman tidak lagi penting. Pasar menjadi ukuran yang diikuti oleh masyarakat yang bisa mengarahkan mereka kepada pemenuhan hidup sehari-hari. Efeknya adalah munculnya eskapisme masyarakat dari kekeringan jiwa yang alih-alih seharusnya kembali ke Tuhan, malah sekarang masuk ke selera pasar yang sudah terindustrialisasi oleh nilai sekuler tertentu.
Belum lagi kita melihat pada perilaku masyarakat saat ini dimana masyarakat sudah mulai secara lambat-laun diperkenalkan pada gaya hidup homoseksual. Diimbangi dengan semakin menjamurnya perumahan dan apartemen yang modern yang menawarkan gaya hidup modis, individualis dan kosmopolitan yang mengarah pada konsumerisme. Begitu juga industri musik dan film yang saat ini semakin dikejar rating dan mendongkrak popularitas artis yang ujung-ujungnya mendapatkan keuntungan materi yang sangat besar sehingga seringkali terjebak dalam plagiarisme. Gejala-gejala budaya kontemporer ini semakin mengerucut pada hilangnya prinsip-prinsip nurani dan iman.
Daya Dukung Lingkungan Yang Hilang
Ketika kita bicara perilaku hidup yang terindustrialisasi yang berujung penguasaan kapital oleh kelompok pengusaha kelas berat berkolusi dengan oknum birokrat yang korup maka yang muncul saat ini adalah lingkungan hidup yang terdegradasi. Jutaan hektar hutan dan lahan hijau ”disulap” menjadi pemukiman, mal, bangunan dan bermacam-macam manufaktur tanpa melihat daya dukung yang ada. Sungguh mengerikan melihat kolaborasi paham kontemporer yang sekuler-materialistis dengan pasar sebagai mesin penggerak. Pada akhirnya bumi menghancurkan dirinya sendiri karena ulah kita. Banjir dimana-mana bahkan terjadi di daerah tak pernah banjir sebelumnya, air bersih sulit dikonsumsi di kota-kota metropolitan karena direbut oleh gedung-gedung pencakar langit, kemacetan jalanan yang semakin parah, polusi udara, hilangnya keanekaragaman hayati dan punahnya kawanan hewan di hutan semakin menambah runyam masalah lingkungan di negeri ini. Bahkan khusus Indonesia, menurut para ahli, pemanasan global bukanlah prioritas pertama yang harus diantisipasi melainkan perusakan lingkungan secara sistematis oleh stakeholder terkait lah yang menjadi isu utama negeri ini. Yach, masalah lingkungan adalah ujung (akibat) dari pangkal (sebab) iman yang lemah karena ”ilalang” yang menancap ke batin manusia di negeri ini. Sadar atau tidak sadar itulah yang terjadi.
Solusi: Ketika Yesus lahir kembali di hati kita
Bagaimana kita mencabut ilalang-ilalang hidup ini? Pertama, ilalang tidak pernah akan hilang, sesuai titah Yesus Yang Maha Tahu. Kedua, kuncinya adalah memperbanyak gandum hidup dalam masyarakat kita. Gandum ini pertama-tama harus tumbuh berakar di hati umat Kristen. Bagaimana caranya? Resepnya sbb:
Umat Kristen harus sadar dan realistis bahwa Yesus itu benar-benar ada secara historis dan benar-benar Tuhan secara Iman maupun historis. Ini untuk melawan ajaran-ajaran sesat dari kalangan intelektual muda, yang karena pintar berorasi dan menemukan kunci idiosinkratik pada alkitab, akhirnya runtuh imannya. Takjub pada perbedaan idiomatik pada teks-teks di keempat Injil dalam Kitab Suci, mereka akhirnya menghujat Yesus bahkan menurunkan Yesus selevel dengan nabi-nabi lain. Jangan khawatir, terlalu banyak saksi mata pada saat Dia Hidup yang mengetahui dengan pasti bahwa Yesus adalah Allah. Apa yang dikerjakan Yesus selalu bersifat publik, banyak orang menyaksikan mujizat-mujizatNya, Dia tidak diam-diam (gerakan bawah tanah), dan Aksi-aksiNya juga sering dilihat oleh kaum farisi.
Umat Kristen patut melatih doa-doa kontemplatif. Doa adalah obat paling ampuh dari segala kesulitan hidup. Ditambah unsur kontemplatif, yakni berdoa dengan hati, menyelaraskan kata-kata batin dengan wajah Yesus Yang Maha Kudus maka kita akan menemukan damai Tuhan dalam diri kita.
Membaca alkitab dan tulisan-tulisan orang suci lainnya dapat membantu kita menjalani hidup ini dari kacamata Yesus yang penuh kasih, berbobot, berakar dan bernilai tinggi. Inilah pahala kita dalam hidup sehingga kita bisa menghasilkanbuah-buah Roh.
Jadilah garam, tidak perlu menjadi ”terang”. Maksudnya kita dapat menggarami orang lain secara halus tanpa kita harus terlihat peranannya. Tidak perlu menjadi ”terang” dalam pengertian untuk menghindari kita dari publisitas yang berlebihan yang bisa mengakibatkan kesombongan rohani karena efek ”over-joyous”-nya. Maksudnya karena kita pintar berkotbah, punya karunia menyembuhkan kita berisiko terlalu gembira dengan rahmat-rahmat tersebut sehingga tanpa pengendalian diri yang ketat kita akan jatuh dalam ”okultisme” diri.
Kerajaan Allah ada dalam jangkauan kita. Kerajaan Allah semudah kita mengangkat jari ke arah langit. Dia malah lebih dekat daripada yang kita sangka. Kerajaan Allah adalah Gereja tempat kita mungkin pernah dibaptis, tempat kita mungkin pernah mengaku dosa, belajar sidi dan lain-lain. Kerajaan Allah adalah Gereja itu sendiri. Bukan gedung fisik semata-mata. Kerajaan Allah adalah Allah sendiri yang hadir di situ dan hadir pula di hati kita melalui Sabda-sabdaNya yang disampaikan oleh pendeta atau pastor. Dia menembus ke batin kita dan itulah yang kita bawa pulang sebagai ”oleh-oleh” buat keluarga kita, buat sekeliling kita, akhirnya buat masyarakat kita.
Mencintai Yesus dan mencintai lingkungan karena Yesus. Kita tidak bisa hanya mencintai Yesus dan sesama tetapi kita lupa mencintai lingkungan hidup ini. Lingkungan hidup dengan kekayaan alam, vegetasi, hayati dan satwa adalah anugerah dari Yesus seperti Dia menganugerahkan keturunan bagi kita. Tentunya kita akan memberikan yang terbaik buat anak-anak kita bukan? Begitu juga dengan lingkungan yang adalah rumah kita bersama, ”keturunan” bersama, milik kepentingan umum. Oleh sebab itu kita wajib memeliharanya secara berkelanjutan. Tidak ada gunanya kita mengklaim mencintai Yesus tetapi lingkungan kita rusak melalui aktivitas kita sehari-hari. Mencintai Yesus bisa dilakukan dengan menjaga alam sekitar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Firman itu sendiri. Dia memberikan udara gratis, sinar matahari, sinar bulan, musim yang berganti secara gratis untuk kita ”kuasai” secara benar dan bertanggungjawab.
Inilah ”gandum” sejati umat Kristen untuk melawan pengaruh ilalang-ilalang kontemporer saat ini. Musuh kita adalah mereka yang mengaku bukan musuh melainkankawan modernis yakni si setan lewat paham-paham kontemporernya. Bersatulah dengan Yesus meskipun kita harus terus menerus berlatih rohani. Tapi jangan takut, Dia menerima kita adanya. Datanglah kepadaNya tanpa kita harus menjadi orang sempurna/orang kudus dahulu. Dia akan mengajar kita dan merawat luka-luka kita. Dia adalah Kasih Yang Maha Luhur. Dia adalah Kesempurnaan Cinta itu sendiri.