Inilah prolog suci dari Tuhan kita tentang post-modernisme dunia. Saat ini dunia semakin diinvasi oleh pandangan-pandangan mulai dari relativisme ke ekstrimisme, dari spiritualisme ke agnotisme, dari kolektivisme hingga ke individualisme radikal. Pemikiran kontemporer ini semakin gencar menyerbu masyarakat seiiring kemajuan teknologi dan kebebasan demokrasi. Tak terkecuali umat Kristen, kita semakin terombang-ambing diantara berbagai pemikiran-pemikiran kontemporer yang membonceng nilai-nilai new age.
Seringkali keyakinan Kristen ditentukan oleh dominasi pemikiran kontemporer yang membuat kita tidak sadar untuk mulai meragukan iman kita. Yesus seakan-akan mulai dijauhkan dari berbagai sendi kehidupan. Ia kini mulai menjadi semacam bahan literatur dan sejarah masa lalu. Dampak-dampak seperti ini akibat semakin semaraknya produk-produk modern yang memenuhi hasrat sesaat kebutuhan manusia. Ini juga tak terlepas dari berbagai macam publisitas media melalui kreasi seni tinggi, penuh trik, anti kemapanan, dan bersifat self-sufficient.
Lalu apa yang mau disampaikan dalam tulisan ini? Saya ingin kembali mengajak pembaca menghadirkan kembali Yesus di hati kita secara berkesinambungan. Kesibukan aktivitas bekerja, bersosialite, mengejar karier, berbisnis, dan berbagai macam kegiatan mencari material hidup membuat kita tidak mempunyai ruang untuk Tuhan. Bagi sebagian orang di kota-kota besar mungkin kita tidak punya waktu lagi untuk bertemu secara akrab dengan Sang Pencipta. Yesus bahkan seringkali hanya dijumpai pada sisa waktu kita yang sedikit.
Gejala yang saya sampaikan di atas adalah pertempuran antara Gandum Vs Ilalang yang telah disampaikan oleh Yesus ketika Dia masih menjadi daging. Pertempuran ini bukan lagi pertempuran antara kaum kafir vs kaum agamawan seperti jaman dulu tapi dunia ini dihadapkan pada pertempuran non kasat mata, yakni pertempuran batin yang halus tapi menyesatkan. Ilalang dalam dunia modern adalah ajaran-ajaran dengan kekuatan idealis yang meminggirkan Allah dari kehidupan kita. Sebagai contoh : umat Kristen kini dihadapkan degnan banyaknya film, buku-buku yang menggangap remeh Yesus Kristus bahkan menghujatNya. Kita tahu bahwa film-film atau novel-novel karya Dan Brown adalah sebuah permulaan dari rencana si jahat untuk membingungkan umat Kristen akan imannya. Sebagian orang memandang itu hanya novel atau ”just a movie” yang tidak berpengaruh bagi iman si pembacanya. Tapi sebenarnya apa yang kelihatannya tidak berbahaya justru itulah yang patut diwaspadai. Apa yang diserang oleh novel-novel kontemporer seperti itu adalah ketidaktahuan kita tentang iman kita, tentang Siapa Juru Selamat kita itu. Dua ribu tahun umat Kristen saat ini berjarak dengan Yesus Daging akan mengakibatkan munculnya efek keterpisahan dan irelevansi dari Yesus Iman. Ini bisa semakin memuncak apabila banyak sekali himpitan dalam hidup kita baik berupa kesulitan ekonomi, pengangguran hingga tingginya budaya permisif korupsi di negeri ini. Kurangnya keteladanan dari pemimpin kita serta tidak adanya ”role model”, ”success story” akan kepemimpinan yang bersih dan jujur akan mengakibatkan umat Kristen akan semakin apatis dan cenderung bingung memilih jalan yang benar.
Industrialisasi Pemikiran
Potret kekinian masyarakat kita ini ditunjang oleh merasuknya pola industrialiasi tanpa batas. Industrialisasi sudah menyebar ke segenap ranah hidup manusia baik di Indonesia maupun di dunia. Industrialisasi inilah yang dipakai oleh kekuatan si jahat sebagai mesin penyebar ajaran yang aneh, membingungkan dan sesat. Kita bisa lihat dari jutaan kopi buku Harry Potter yang segera diserbu oleh anak-anak remaja sebagai bacaan ”wajib” dan menggairahkan. Industrialisasi nilai-nilai seperti ini berubah menjadi industrialisasi pemikiran yang berbahaya ketika iman tidak lagi penting. Pasar menjadi ukuran yang diikuti oleh masyarakat yang bisa mengarahkan mereka kepada pemenuhan hidup sehari-hari. Efeknya adalah munculnya eskapisme masyarakat dari kekeringan jiwa yang alih-alih seharusnya kembali ke Tuhan, malah sekarang masuk ke selera pasar yang sudah terindustrialisasi oleh nilai sekuler tertentu.
Belum lagi kita melihat pada perilaku masyarakat saat ini dimana masyarakat sudah mulai secara lambat-laun diperkenalkan pada gaya hidup homoseksual. Diimbangi dengan semakin menjamurnya perumahan dan apartemen yang modern yang menawarkan gaya hidup modis, individualis dan kosmopolitan yang mengarah pada konsumerisme. Begitu juga industri musik dan film yang saat ini semakin dikejar rating dan mendongkrak popularitas artis yang ujung-ujungnya mendapatkan keuntungan materi yang sangat besar sehingga seringkali terjebak dalam plagiarisme. Gejala-gejala budaya kontemporer ini semakin mengerucut pada hilangnya prinsip-prinsip nurani dan iman.
Daya Dukung Lingkungan Yang Hilang
Ketika kita bicara perilaku hidup yang terindustrialisasi yang berujung penguasaan kapital oleh kelompok pengusaha kelas berat berkolusi dengan oknum birokrat yang korup maka yang muncul saat ini adalah lingkungan hidup yang terdegradasi. Jutaan hektar hutan dan lahan hijau ”disulap” menjadi pemukiman, mal, bangunan dan bermacam-macam manufaktur tanpa melihat daya dukung yang ada. Sungguh mengerikan melihat kolaborasi paham kontemporer yang sekuler-materialistis dengan pasar sebagai mesin penggerak. Pada akhirnya bumi menghancurkan dirinya sendiri karena ulah kita. Banjir dimana-mana bahkan terjadi di daerah tak pernah banjir sebelumnya, air bersih sulit dikonsumsi di kota-kota metropolitan karena direbut oleh gedung-gedung pencakar langit, kemacetan jalanan yang semakin parah, polusi udara, hilangnya keanekaragaman hayati dan punahnya kawanan hewan di hutan semakin menambah runyam masalah lingkungan di negeri ini. Bahkan khusus Indonesia, menurut para ahli, pemanasan global bukanlah prioritas pertama yang harus diantisipasi melainkan perusakan lingkungan secara sistematis oleh stakeholder terkait lah yang menjadi isu utama negeri ini. Yach, masalah lingkungan adalah ujung (akibat) dari pangkal (sebab) iman yang lemah karena ”ilalang” yang menancap ke batin manusia di negeri ini. Sadar atau tidak sadar itulah yang terjadi.
Solusi: Ketika Yesus lahir kembali di hati kita
Bagaimana kita mencabut ilalang-ilalang hidup ini? Pertama, ilalang tidak pernah akan hilang, sesuai titah Yesus Yang Maha Tahu. Kedua, kuncinya adalah memperbanyak gandum hidup dalam masyarakat kita. Gandum ini pertama-tama harus tumbuh berakar di hati umat Kristen. Bagaimana caranya? Resepnya sbb:
- Umat Kristen harus sadar dan realistis bahwa Yesus itu benar-benar ada secara historis dan benar-benar Tuhan secara Iman maupun historis. Ini untuk melawan ajaran-ajaran sesat dari kalangan intelektual muda, yang karena pintar berorasi dan menemukan kunci idiosinkratik pada alkitab, akhirnya runtuh imannya. Takjub pada perbedaan idiomatik pada teks-teks di keempat Injil dalam Kitab Suci, mereka akhirnya menghujat Yesus bahkan menurunkan Yesus selevel dengan nabi-nabi lain. Jangan khawatir, terlalu banyak saksi mata pada saat Dia Hidup yang mengetahui dengan pasti bahwa Yesus adalah Allah. Apa yang dikerjakan Yesus selalu bersifat publik, banyak orang menyaksikan mujizat-mujizatNya, Dia tidak diam-diam (gerakan bawah tanah), dan Aksi-aksiNya juga sering dilihat oleh kaum farisi.
- Umat Kristen patut melatih doa-doa kontemplatif. Doa adalah obat paling ampuh dari segala kesulitan hidup. Ditambah unsur kontemplatif, yakni berdoa dengan hati, menyelaraskan kata-kata batin dengan wajah Yesus Yang Maha Kudus maka kita akan menemukan damai Tuhan dalam diri kita.
- Membaca alkitab dan tulisan-tulisan orang suci lainnya dapat membantu kita menjalani hidup ini dari kacamata Yesus yang penuh kasih, berbobot, berakar dan bernilai tinggi. Inilah pahala kita dalam hidup sehingga kita bisa menghasilkan buah-buah Roh.
- Jadilah garam, tidak perlu menjadi ”terang”. Maksudnya kita dapat menggarami orang lain secara halus tanpa kita harus terlihat peranannya. Tidak perlu menjadi ”terang” dalam pengertian untuk menghindari kita dari publisitas yang berlebihan yang bisa mengakibatkan kesombongan rohani karena efek ”over-joyous”-nya. Maksudnya karena kita pintar berkotbah, punya karunia menyembuhkan kita berisiko terlalu gembira dengan rahmat-rahmat tersebut sehingga tanpa pengendalian diri yang ketat kita akan jatuh dalam ”okultisme” diri.
- Kerajaan Allah ada dalam jangkauan kita. Kerajaan Allah semudah kita mengangkat jari ke arah langit. Dia malah lebih dekat daripada yang kita sangka. Kerajaan Allah adalah Gereja tempat kita mungkin pernah dibaptis, tempat kita mungkin pernah mengaku dosa, belajar sidi dan lain-lain. Kerajaan Allah adalah Gereja itu sendiri. Bukan gedung fisik semata-mata. Kerajaan Allah adalah Allah sendiri yang hadir di situ dan hadir pula di hati kita melalui Sabda-sabdaNya yang disampaikan oleh pendeta atau pastor. Dia menembus ke batin kita dan itulah yang kita bawa pulang sebagai ”oleh-oleh” buat keluarga kita, buat sekeliling kita, akhirnya buat masyarakat kita.
- Mencintai Yesus dan mencintai lingkungan karena Yesus. Kita tidak bisa hanya mencintai Yesus dan sesama tetapi kita lupa mencintai lingkungan hidup ini. Lingkungan hidup dengan kekayaan alam, vegetasi, hayati dan satwa adalah anugerah dari Yesus seperti Dia menganugerahkan keturunan bagi kita. Tentunya kita akan memberikan yang terbaik buat anak-anak kita bukan? Begitu juga dengan lingkungan yang adalah rumah kita bersama, ”keturunan” bersama, milik kepentingan umum. Oleh sebab itu kita wajib memeliharanya secara berkelanjutan. Tidak ada gunanya kita mengklaim mencintai Yesus tetapi lingkungan kita rusak melalui aktivitas kita sehari-hari. Mencintai Yesus bisa dilakukan dengan menjaga alam sekitar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Firman itu sendiri. Dia memberikan udara gratis, sinar matahari, sinar bulan, musim yang berganti secara gratis untuk kita ”kuasai” secara benar dan bertanggungjawab.
Inilah ”gandum” sejati umat Kristen untuk melawan pengaruh ilalang-ilalang kontemporer saat ini. Musuh kita adalah mereka yang mengaku bukan musuh melainkan kawan modernis yakni si setan lewat paham-paham kontemporernya. Bersatulah dengan Yesus meskipun kita harus terus menerus berlatih rohani. Tapi jangan takut, Dia menerima kita adanya. Datanglah kepadaNya tanpa kita harus menjadi orang sempurna/orang kudus dahulu. Dia akan mengajar kita dan merawat luka-luka kita. Dia adalah Kasih Yang Maha Luhur. Dia adalah Kesempurnaan Cinta itu sendiri.
Penulis : Leonard T. Panjaitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar