Rabu, 04 April 2007

Mewaspadai Ajaran Naturalisme, Reiki, dan New Age

Mewaspadai Ajaran Naturalisme, Reiki Kundalini dan New Age

(Sebuah Fenomena Pencarian Spiritual Yang Bertentangan dengan Ajaran Iman Kristen)

by Leonard T. Panjaitan

Akhir-akhir ini nampak begitu semarak di tengah masyarakat sebuah metode atau program “alternatif” yang cukup memikat kawula muda, eksekutif bahkan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan semacam kursus-kursus meditasi, yoga hingga pengobatan alternatif cukup menarik perhatian beberapa kalangan baik sekedar ingin tahu maupun memperdalamnya sebagai jalan keluar dari problematika hidup atau mengatasi penyakit. Tak ketinggalan pula media massa turut meramaikan fenomena ini melalui ruang-ruang iklan yang terpampang di halaman-halaman surat khabar agar mengunjungi “ahli-ahli” yang bergelar “kiai”, “ki” yang dapat membantu anda sukses dalam berumah-tangga, berkarir, berdagang hingga mengatasi berbagai keluhan penyakit sampai guna-guna sekali pun. Seakan belum cukup, televisi-televisi nasional saling berlomba menayangkan acara-acara mistis nan menyeramkan yang justru meningkatkan rating mereka.

Bila kita perhatikan secara seksama fenomena-fenomena seperti itu apakah gerangan yang terjadi di masyarakat kita bahkan mungkin di dunia ? Apakah ini gejala-gejala kebosanan atau pun pemberontakan terhadap nilai-nilai moral dan agama yang dianut oleh sebagian besar komunitas kita ini ? Sebagai umat beriman khususnya Katolik saya mencoba mengajak masyarakat untuk mengamati secara jelas dan jernih metode-metode atau teknik-teknik “alternatif” yang disodorkan oleh jaman ini dari kaca mata ajaran-ajaran Katolik. Sejauh yang saya amati, fenomena-fenomena yang sedang “ngetrend” ini merupakan buah-buah dari Naturalisme dan ajaran-ajaran New Age. Untuk lebih jelasnya maka saya jabarkan sebagai berikut :

Naturalisme

Naturalisme adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa alam (nature) sebagai satu-satunya sumber yang asli dan fundamental dari segala sesuatu yang ada dan dengan segala cara paham ini menjelaskan semua kejadian (event) dalam bingkai alam (lih catholic encyclopedia di newadvent.org). Tetapi istilah alam (nature) atau alamiah (natural) bukan merupakan istilah yang digunakan dalam satu pengertian saja namun dalam prakteknya dewasa ini, naturalisme mengarah kepada penolakan akan eksistensi Allah sebagai sumber ilahi atau transenden yang menjadi sebab pertama dari segala sesuatu. Ajaran ini menyatakan bahwa hukum-hukum yang mengatur kegiatan dan perkembangan kehidupan baik yang bersifat rasional maupun irasional tidak pernah saling mencampuri. Ajaran ini pun menolak fakta atau kemungkinan intervensi ilahi atau transendental terhadap kehidupan manusia.

Perkembangan naturalisme di jaman ini cukup menarik perhatian generasi muda apalagi di saat masyarakat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia mengalami dekadensi iman dan moral sehingga naturalisme mendapat tempat yang layak bagi mereka yang sedang mencari “pencerahan” baru untuk keluar dari multi krisis ini. Naturalisme yang mengingkari Kemahakuasaan Allah menjelma melalui berbagai macam seni beladiri dan pernapasan yang sudah berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat. Aliran-aliran di Indonesia seperti merpati putih, reiki kundalini, panca daya, satria nusantara, sekte druids, wicca di Eropa adalah manifestasi naturalisme yang bertumpu pada energi alam dan inner power (kekuatan dalam manusia) yang diproses menjadi sumber kekuatan fisik manusia dalam teknik-teknik latihan yang teratur. Energi alam atau tubuh itu kemudian diatur dalam pernapasan tubuh lalu dioptimalkan sedemikian rupa melalui berbagai gerakan atau olah tubuh sehingga menghasilkan kekuatan untuk melumpuhkan lawan atau menyembuhkan beragam penyakit.

Reiki Kundalini

Kaum reikis (saya menyebutnya demikian) mengenal aliran ini sebagai energi universal yang merupakan bentuk penyembuhan lewat kekuatan alam (natural force). Dalam mistik Cina kuno, penggunaan kekuatan alam ini dinamakan Chi. Bentuk-bentuk penyembuhan melalui energi Chi antara lain : Chi Gong, Pranic Healing (Penyembuhan Prana), Chelation dan Polarity Balancing (Keseimbangan Polaris). Teknik penyembuhan reiki sangat sederhana, yakni sang praktisi reiki menempatkan tangannya di atas pasien. Lalu sang reikis menanamkan sugesti kepada pasien agar ada keinginan sembuh yang kuat. Setelah itu energi muncul dari sang reikis dan mengalir ke seluruh tubuh pasien. Bagi kaum reikis, Energi reiki ini cukup cerdas mengingat pakemnya adalah Alam Semesta (Universe) yang merupakan tempat yang cerdas untuk didayagunakan. Energi ini seolah bisa bergerak otomatis ke tempat yang dituju di tubuh pasien serta bisa melakukan apa saja yang patut dilakukan pada bagian-bagian tubuh pasien. Di samping itu energi ini bisa dipandu oleh praktisi yang memiliki intelegensia yang lebih tinggi (higher intelligence). Energi ini bisa mengatur dirinya sendiri, dan bisa keluar dari sang praktisi/penyembuh sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Semua pergerakan energi ini seolah-olah tanpa disadari betul oleh sang penyembuh reiki. Tugas sang penyembuh ini adalah memberikan jalan keluar, menjaga ruang penyembuhan tetap terbuka luas dan memperhatikan atau mendengarkan tanda-tanda hingga tahap penyembuhan berikutnya.

Di banyak Negara termasuk Indonesia, teknik yang dipakai adalah Usui System of Natural Healing yang ditemukan oleh Dr Mikao Usui awal tahun 1900. Sang “gembala” reiki ini berasal dari Jepang yang sebutannya Grand Master Usui. Kemudian ada pula istilah kundalini yang berarti healing channel (saluran penyembuhan) dan cakra yang telah dibuka sehingga kita dapat mendapatkan akses ke energi bumi. Sekali lagi Aliran reiki merupakan suatu teknik metafisik yang membantu manusia mengatasi penyakit fisik maupun psikologis.

Bila diamati secara seksama maka buah-buah naturalisme dan reiki menekankan pada self realization (kesadaran diri sendiri) sebagai sebuah sistem energi baik yang memanfaatkan alam sekitar maupun individual yang berfungsi untuk menyembuhkan tubuh, pikiran dan jiwa. Akhirnya teknik-teknik self realization ini bila tidak diwaspadai akan mengarah pada suatu spiritual enlightenment (pencerahan spiritual) yang menggantikan peranan iman, harapan dan kasih kepada Allah Yang Maha Kuasa sebagai satu-satunya sumber kekuatan, kebijaksanaan, kebaikan dan penyembuhan. Anehnya aliran reiki ini sudah memasuki beberapa Gereja Katolik sebagai sebuah kursus atau pelatihan “spiritual”. Bahkan menjelang hari Paskah lalu, di Gereja kita yang Kudus, St. Herkulanus Depok, beberapa oknum pengurus Dewan Paroki secara sembrono mengijinkan praktek reiki digelar. Sungguh memprihatinkan, sekaligus memalukan !!!

Energi Allah Vs Energi Universal

Dalam kesempatan yang terbatas ini, saya mencoba sekilas untuk menerangkan tentang masalah energi dalam kaitannya dengan tulisan saya ini (khusus masalah energi ini, secara detail akan saya jelaskan kemudian dalam tulisan yang terpisah termasuk debat teologis diantara Bapa Gereja masa dulu). Dalam Tritunggal MahaKudus terdapat pribadi-pribadi Allah yang memiliki hubungan yang unik atau disebut hypostasis, yakni pribadi Bapa, pribadi Putra dan pribadi Roh Kudus. Walaupun Trinitas merupakan kesatuan dalam ketiga pribadi Allah namun sesungguhnya mereka tidak saling bercampur. Mereka bisa saling membedakan diri meski ketiga-tiganya adalah satu esensi. Dalam kaitannya dengan energi, yang berasal dari kata enérgeia (Yun) - berarti operasi, aktualitas, kerja - Tritunggal Maha Kudus memiliki energi yang keluar dari ketiga pribadi Allah. Namun energi dimaksud bukanlah pribadi Allah dan bukan juga esensi Allah. Sebagai contoh, pohon-pohon bisa tumbuh itu karena ada energi Allah yang menggerakkannya. Bintang-bintang di langit bersinar karena ada energi Allah yang menyinarinya. Dalam kitab suci, ada kisah ketika seorang perempuan yang mengalami pendarahan akhirnya sembuh ketika menyentuh jubah Yesus. Inilah energi yang keluar dari Yesus (Mrk 5 :25-34). Selain itu, energi Allah juga nampak ketika orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat (Kis 19:12).

Terma atau istilah energi inilah yang banyak dipakai secara tidak proporsional oleh kaum reikis, new age, naturalis dalam teknik-teknik spiritual mereka. Energi yang diklaim oleh reikis, new ager, dan naturalis bukanlah energi spiritual yang sama dengan pribadi Allah melainkan energi natural/material yang bersifat universal. Kita tahu materi tidak bisa menggerakan dirinya sendiri, apalagi sampai menyembuhkan. Jadi diperlukan kekuatan lain untuk unjuk gigi. Kekuatan apakah ? Kekuatan demonik alias iblis. Si jahat mampu mengeluarkan energi yang ada dalam alam semesta ini. Mengapa demikian ? Sebab, Setan diberi kuasa juga untuk melakukan sesuatu, yakni dengan mujizat-mujizat palsunya. Ciri khas antara energi Allah yang menyembuhkan dengan energi setan yang menyesatkan adalah :

Ø Allah menyembuhan penyakit secara komplit. Dia tidak perlu menggunakan medium atau perantara/penyalur berupa seorang master. Dalam aksinya, Yesus tidak semata-mata meng-improve kesehatan si pasien dan tidak pula menganjurkan orang itu untuk memperhatikan aksi dan teknik penyembuhan yang dilakukanNya. Sebaliknya, ketika orang itu sembuh maka yang terjadi adalah muzijat yang permanen dan otentik plus gratis. Ini semua adalah rahmat/anugerah yang adiluhung.

Ø Setan bertindak atas dasar permintaan orang. Dan ini tentu bukan cara Roh Kudus. Tindakan penyembuhan yang dilakukan Allah bukan melalui penyaluran tenaga/energi kepada si pasien namun dengan cara-cara diskrit, ajaib dan misterius. Tidak ada cara apa pun sehingga orang bisa memaksa tangan Tuhan untuk menggunakan media atau fasilitas “pembangkit” energi. Allah itu berkuasa, berdaulat penuh dan Dia bergerak sesuai dengan kehendakNya. Hanya dengan berdoa maka yang sakit bisa disembuhkan, bukan dengan menggunakan energi-energi asing. Biarkanlah cara misterius Allah dalam bekerja/berkarya ini tetap menjadi misterius, jangan kita berusaha merasionalkanNya dengan pola-pola atau teknik-teknik seperti prana, reiki cs.

New Age

Menurut dokumen Vatikan yang berjudul “Jesus Christ the Bearer of the Water of Life: A Christian Reflection on the 'New Age’ dan dikeluarkan tanggal 3 Februari 2003 menyatakan bahwa New Age bukan suatu gerakan religius baru (new religious movement) dan bukan pula bentuk “cult” (pemujaan) atau “sekte” karena ajaran new age tersebar dalam berbagai budaya serta dapat dijumpai melalui musik, film, seminar, workshop, retret, terapi dan kegiatan-kegiatan atau event lainnya. Sifat aliran ini informal, uniform, serta memiliki jaringan yang lepas. Ajaran new age mengajarkan kosmos dipandang sebagai keseluruhan organis yang digerakkan oleh energi dan diidentifikasikan sebagai divine soul atau spirit (jiwa atau roh ilahi), inti ajarannya terlihat dalam kesatuan meditasi spiritual dimana manusia mampu mencapai keadaan yang lebih tinggi dan tak terlihat, serta dapat mengontrol diri sendiri di luar kematiannya. Mereka memberontak terhadap nilai-nilai moral, etis Gereja yang esoteris dan formal. Mereka menolak kemapanan Gereja yang tradisional yang menurut mereka sudah tidak mampu lagi menyesuaikan diri dengan budaya kontemporer masa kini. New Age tumbuh dalam alam modernisme yang rasionalistik.

Meski sangat modernis, mereka masih meninggalkan sisi spiritualitas yang bersumber dari nilai-nilai Timur yakni filosofi + pengobatan ala Tibet, Cina, dan India; budha dan hindu. Nilai-nilai kekristenan bagi mereka sudah tidak berlaku lagi. Adpertensi/iklan yang berhubungan dengan New Age meliputi rentang praktek yang luas seperti akupuntur, biofeedback, chiropractic, kinesiology, homeopathy, iridology, pijat/massage, dan bermacam-macam “bodywork” atau olah tubuh (seperti orgonomy, Feldenkrais, reflexology, rolfing, pijat polaritas/polarity, sentuhan therapeutic dll), meditasi dan visualisasi, terapi nutrisi, penyembuhan fisik, aneka ragam pengobatan verbal, penyembuhan dengan kristal, logam, musik atau warna-warni, terapi-terapi reinkarnasi dan akhirnya program duabelas langkah dan kelompok pertolongan sendiri/self help groups[1]. Sumber penyembuhan dikatakan berada di dalam diri kita sendiri, sesuatu yang kita capai ketika kita berhubungan dengan energi inti atau energi kosmis.

Penganut ajaran new age memiliki perennial knowledge (pengetahuan kekal) yang mendahului dan berada di atas semua agama dan kebudayaan. Tujuan utama New Age adalah menjadi agama universal. Dan para new ager mengikuti pemimpin mereka yang berjuluk enlightened master. Paham new age tidak mengenal konsep dosa, yang ada hanya ketidaktahuan atau ketidakmampuan manusia mencapai pengetahuan tertinggi. Keselamatan berasal dari diri sendiri (the salvation of the self), yang dengan demikian menyangkal inti ajaran Kristen bahwa keselamatan adalah semata-mata sebuah Anugerah dari Sang Juru yakni Yesus Kristus.

Dari uraian sekilas di atas kita bisa menilai bahwa secara esensial aliran new age ini tidak berbeda dengan naturalisme yang bertitik tolak pada kebenaran di luar yang imanen atau ilahi yaitu Allah sebagai pencipta tunggal alam semesta ini. Di lain pihak aliran-aliran seperti reiki kundalini, dan pengobatan-pengobatan metafisik lainnya tak tertutup kemungkinan masuk dalam kategori new age ini. Dalam new age, ada istilah vibration yakni suatu ekspresi getaran dari tingkat rendah (low) atau padat (dense) dari dunia fisik ke tingkat yang lebih tinggi dari dunia spiritual. Ini menyerupai konsep reiki.

Naturalisme, Reiki dan New Age : Bentuk De-kristenisasi baru yang bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik

“Celakalah dunia dengan segala penyesatannya : memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” (Matius 18 : 7). Dimanakah letak penyimpangan dari ketiga aliran atau pemahaman di atas terhadap ajaran Injil atau Gereja Katolik ?

  1. Paham-paham tersebut menyangkal secara eksplisit Ke-MahaKuasa-an Allah yang memiliki Kehendak Suci atau Takdir Ilahi. Kekuatan natural/alam dijadikan satu-satunya sumber yang transenden atau ilahi. Padahal satu-satunya sumber kekuatan dan kesembuhan adalah Yesus Kristus sebagai Penyelamat manusia. Dia yang adalah Anak Allah memiliki Kekuatan Supranatural yang melebihi segala-galanya. Dalam Dia sudah tercukupi segala-galanya.
  2. Mengagungkan atau mengkultuskan energi universal sebagai roh penyembuh atau getaran tingkat tinggi yang bisa menyembuhkan segala sesuatu. Memang sesaat reiki bisa menyembuhkan namun ini bersifat temporer dan manipulatif. Kesembuhannya membawa jebakan yakni kesengsaraan di masa datang baik fisik maupun mental.
  3. Tidak ada pengajaran akan Firman Allah yang terdapat dalam Injil. Pun tidak pernah keluar atau setidak-tidaknya diajarkan secara benar dan tepat dari mulut sang master reikis atau new age. Tidak ada doa-doa yang ditujukan kepada salah satu pribadi Tritunggal Maha Kudus. Mereka memiliki mantra-mantra yang tersembunyi, terselebung sejak ditemukannya paham-paham ini. Suatu doktrin menyesatkan di bawah alam sadar mereka.
  4. Manusia mengingkari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang diciptakan oleh Allah berdasarkan CitraNya. Melalui paham-paham tersebut, manusia sudah melepaskan ketergantungan sepenuhnya dari Allah. Kalaupun ada bentuk keterlibatan Allah, itu hanya bagian kecil saja dan sangat bias. Di sini Allah tidak mendapatkan tempat yang paling dominan dan benar. Dengan demikian orang Kristen diarahkan untuk tidak percaya pada pada tubuh dan darahNya (Dan 11:31-39; Why 13 :14-18; Why 21:1-27)
  5. Cara-cara atau metode naturalisme, reiki, dan new age adalah bentuk dekristenisasi baru yang menjauhkan manusia dari keterlibatan langsung Allah dalam karya keselamatan manusia. Manusia bisa selamat karena adanya interaksi dengan alam kosmos atau kosmis, pendayagunaan energi alam semesta melalui teknik metafisik atau pencerahan dari para master reiki atau master new age. Lagipula dalam Tradisi Gereja maupun Kitab Suci tidak pernah diajarkan tentang ajaran reiki, prana, new age dan konco-konconya. Ini semua adalah produk duniawi yang menyimpang dari jalan kebenaran.
  6. Kaum reiki, naturalis dan new age takut atau tidak tahan untuk hidup menderita dan sakit-sakitan secara fisik. Padahal seperti yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam beberapa ensikliknya, ada hikmah dibalik berbagai penyakit dan penderitaan manusia, yakni semangat untuk berkorban/silih demi keselamatan orang lain. Jadi penderitaan bukan sesuatu yang harus cepat-cepat disembuhkan dengan berbagai macam cara hingga merusak tatanan iman Kristen.

Allah Sumber Segala Kekuatan dan Kesembuhan

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya” (Matius 7 : 24-27)”.

Merujuk pada kutipan ayat suci di atas maka sebagai umat Katolik yang sudah dibaptis, menerima krisma serta komuni pertama maka untuk mengantisipasi penyesatan-penyesatan dalam berbagai macam aliran dan paham adalah sebagai berikut :

  1. Dalam iman Katolik, kekuatan Allah yang paling hebat dan tak tertandingi adalah Ekaristi atau Komuni Kudus. Hosti kecil yang sering kita makan setiap minggu adalah inti Gereja yang memiliki kuasa penyembuhan dan kuasa untuk meningkatkan iman setiap insan Katolik. Dengan pengorbanan Kristus di salib, kekuatan setan sudah dikalahkan. Dengan demikian Ekaristi yang adalah memori akan korban Kristus benar-benar memiliki kekuatan maha dashyat yang jauh melebihi kekuatan dunia bila kita percaya sepenuh-penuhnya. Hanya pada ekaristi suci dan dengan iman penuh/bulat (bukan setengah percaya Kritus, setengah percaya yang bukan Kristus alias dualisme kepercayaan) maka apa yang terasa sakit dan pahit dalam hidup ini menjadi sehat dan manis di dalam Tuhan. Ingat saudara/i-ku, Allah itu pencemburu. Ingatlah 10 perintah Allah terutama yang nomor 1 sampai 3.
  2. Di samping itu, ada salah satu jalan atau cara penyembuhan yang paling mujarab yang sesuai dengan koridor iman Kristiani yakni pembaruan karismatik. Melalui karunia-karunia Roh Kudus yang jumlahnya kurang lebih 7 (tujuh) buah - diantaranya karunia berbahasa Roh, mengartikan bahasa Roh, penyembuhan, eksorsisme (pengusiran setan) dan sebagainya - sudah seharusnya umat mengambil bagian secara aktif. Bukankah Yesus itu adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6) ? Apakah pembaruan karismatik yang adalah anugerah besar Gereja masih tidak cukup untuk memberikan kesembuhan bagi yang sakit, menguatkan iman yang rapuh ? Apalagi yang perlu kita sangsikan pada iman kita dalam Kristus ? Namun sayang, masih banyak di kalangan Gereja mulai dari imam sampai awam yang sinis, apatis terhadap pembaruan Karismatik dan anehnya lagi produk-produk duniawi seperti reiki dan konco-konconya lebih cepat mendapat sambutan hangat daripada ikut misa karismatik atau misa regular lainnya. Malahan umat bersemangat datang untuk merasakan penyembuhan ala reiki. Namun demikian, Saudara-saudara, meminjam istilah Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI ketika mereka dilantik menjadi penerus Santo Petrus, jangan takut ! Semua pergumulan, kesulitan, kekhawatiran, bahkan penyakit , serahkanlah itu semua dalam Gereja dan melalui Gereja. Sebab Gerejalah kerajaan di bumi ini !!!
  3. Cara-cara yang dipakai oleh naturalisme, reiki, prana, new age adalah sinkretisme. Ini berbahaya buat umat Kristiani yang terombang-ambing diantara paham-paham sekuler masa kini. Merujuk pada khotbah Paus Benediktus XVI menjelang konklaf, “Selama 20 tahun terakhir Gereja Katolik menghadapi berbagai ajaran baru. Berbagai pemikiran-pemikiran kecil seperti diombang-ambingkan oleh gelombang pemikiran besar. Dan manusia yang ada di tengah-tengah gelombang itu ada dalam tarik-menarik pemikiran atau ajaran ke arah marxisme sampai liberalisme, bahkan libertinisme. Manusia diombang-ambingkan dari pengaruh kolektivisme ke individualisme radikal, dari ateisme ke mistik religius yang sering kali ekstrem dan aneh, dari agnotisisme ke sinkretisme. Bahkan, kita juga mengalami setiap hari muncul sekte-sekte baru. Dan Gereja Katolik juga ikut tertempa berbagai arus pemikiran itu. Tetapi, lalu muncul pemikiran dari mereka, memiliki iman yang kuat menurut kepercayaan Gereja Katolik sering kali dicap sebagai fundamentalisme. Begitu besarnya pengaruh pemikiran-pemikiran baru itu, lanjutnya, sehingga relativisme, individualisme sering kali digunakan sebagai sarana untuk mengukur kepercayaan seseorang. Sebagai orang Katolik, kita mempunyai tolok ukur tersendiri, yaitu Yesus Kristus. Dialah yang menjadi ukuran kemanusiaan sejati. Menjadi dewasa dalam iman tidak berarti harus mengikuti gelombang mode dan pemikiran-pemikiran baru yang bermunculan. Bagi kita, menjadi dewasa dalam iman adalah makin kukuhnya akar pada persahabatan dengan Kristus. Persahabatan dengan Kristus itu membuka kita semua pada apa yang baik dan memberikan kepada kita kriteria untuk menentukan yang benar dari yang salah, yang mengecoh dengan yang berdasar kebenaran sejati” [2]. Selain itu, merujuk Deklarasi “Dominus Iesus” (Yesus Tuhan) yang dikeluarkan oleh Joseph Kardinal Ratzinger sebagai Prefect Konggregasi Ajaran Iman tanggal 6 Agustus 2000, Gereja menegaskan bahwa konsep pluralisme - yang mensejajarkan Yesus dengan ajaran-ajaran agama-agama lain beserta masing-masing sokogurunya- sangat bertentangan dengan doktrin dan iman Katolik. Deklarasi itu juga mengajarkan bahwa iman Kristiani itu unik, memiliki unisitas yang mutlak dan membawa keselamatan kekal untuk semua orang. Oleh sebab itu ajaran Kristen berada di atas ajaran agama lainnya sebab Yesus adalah satu-satunya (the only one) Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6). Dialog antar agama jelas diperlukan dan mereka yang terlibat di dalamnya sudah seharusnya duduk sederajat namun diingatkan bahwa dalam hal isi, makna dan ajaran iman, maka agama Kristen berada di atas agama-agama lainnya.

5. Orang yang beriman kepada Kristus adalah ibarat kanvas kosong yang setiap saat bisa dilukis oleh Allah melalui hati dan pikiran kita. Kalau dalam diri kita sudah masuk unsur-unsur, energi-energi asing yang adalah lawan dari Dia yang Menyelamatkan, maka bagaimana mungkin Roh Kudus dapat bertahta dalam hati dan pikiran kita ? Kalau Roh Kudus tidak ada dalam diri kita, bagaimana mungkin kita bisa tenang dan merasakan damai-suka cita ? Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kerajaan surga ? Di samping itu, mereka yang terseret dengan paham-paham diabolik di atas namun tetap berani untuk menerima komuni pertama, bukankah Saudara/i-ku malah mencederai tubuh Kristus ? Jadi tak ada gunanya Saudara/i untuk menerima komuni selain berbuat dosa. Hai Saudara/i-ku, Di luar Kristus yang ada hanya sengsara dan malapetaka.

  1. Keselamatan adalah semata-mata anugerah Allah. Untuk mencapai taraf keselamatan, yang bisa kita lakukan adalah : hidup dalam iman benar, hanya berpengharapan pada Yesus, mengamalkan kasih Kristus kepada sesama. Bagi saudara/i-ku yang pernah dan masih berkecimpung dalam dunia naturalisme, reiki dan new age, bertobatlah ! Kembalilah kepada Yesus, bergantunglah sepenuhnya kepada Dia Yang Maha Rahim. Kalian hanya korban ketidaktahuan akibat kelaliman setan yang dengan liciknya memaksakan paham-paham kesesatan untuk menjauhkan kalian dari Tritunggal Maha Kudus. Strategi utama setan di masa kini adalah meyakinkan kita semua, anak-anak Tuhan, bahwa setan itu sungguh tidak ada. Mintalah maka kamu akan diberikan, mintalah Roh Kudus (Roh Kudus pembeda - discernment Spirit) untuk membedakan tangan kiri dengan tangan kanan. Amin



[1] Wouter J. Hanegraaff, New Age Religion and Western Culture. Esotericism in the Mirror of Secular Thought, Leiden-New York-Köln (Brill) 1996, Bab 15 (“The Mirror of Secular Thought”).

[2] Kompas tanggal 19 April 2005, Berita Utama Konklaf Dimulai Tanpa Hiruk-pikuk Kampanye, hal 1

Tidak ada komentar:

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...