Minggu, 10 Januari 2010

Soekarno Loves Jesus Christ


*) Indonesia pernah berwajah cantik memperagakan kehidupan beragama yang indah. Entah mengapa, paras menawan itu meluntur dan memburuk dilihat banyak orang.

BULAN Mei, Vatikan sedang disiram sengatan matahari terik sepanjang hari di musim panas tahun 1959. Cuaca cukup menyengat untuk ukuran kota Vatikan yang mungil itu. Hari Kamis pagi pada 14 Mei 1959, Vatikan kedatangan seorang tamu jauh. Dia datang disambut dengan upacara megah oleh para prajurit berseragam kebesaran a la Eropa abad pertengahan. Bahkan beberapa prajurit senior berpakaian besi seperti serdadu Romawi, karena ini menyambut sebuah kunjungan resmi seorang presiden negara besar ke negara terkecil di dunia.

Bagai seorang pangeran dari “somewhere from the East” dengan gaya berpakaian khas bertopi hitam yang menjadi cirinya di kepala. Dia datang dengan rombongan besar. Mereka tiba dengan 9 mobil yang mengantar mereka untuk beraudiensi dengan Paus Johannes XXIII, pemimpin spiritual umat Katolik sejagat yang bertubuh tambun.

Tepat pukul 7.50, sang tamu dengan berpakaian jas lengkap putih-putih, datang sambil mengempit tongkat kesayangannya di lengan atas tangan kiri. Di lehernya tergantung medali ukiran beruntai kuning emas. Dia tampak seperti sudah biasa datang Ruang Clementine atau Clement VIII Pax V, sebuah ruangan kecil dalam kompleks negara seluas lapangan golf itu, tempat pemimpin Gereja Katolik itu menerima tamu-tamu resminya. Ini kunjungannya kedua ke tempat pusat rohani umat Katolik sebumi setelah 3 tahun.

Tamu itu seorang pemimpin negara berpenduduk umat Islam terbesar sejagat, sowan ke pemimpin umat Katolik juga sejagat. Presiden Soekarno bertamu kepada Paus Johannes XXIII. Sang pemimpin umat Katolik yang bernama Kardinal Angelo Giuseppe Roncalli itu, agak senang mendapat tamu jauh dari sebuah negeri muslim, meski ia belum setahun menduduki tahta suci di Vatikan. Ia memberi penghargaan tinggi kepada tamunya dan juga anggota rombongannya, berupa kotak kecil yang diterima secara bergiliran satu per satu.

3 PAUS 8 TAHUN

Mengapa Soekarno sering berkunjung ke pusat agama Katolik sedunia itu? Sering?

Ya, untuk ukuran dan skala seorang Soekarno, bertandang ke Vatikan dan menemui paus, bisa dibilang sering. Pertemuannya dengan Johannes XXIII adalah yang kedua baginya menemui seorang paus. Sebelumnya pada Rabu 13 Juni 1956, dalam rangka tur keliling dunianya, dia pertama kalinya menginjakkan kaki di Vatikan dan menemui Paus Pius XII, yang juga bangga didatangi seorang pemimpin sebuah negeri muslim dari jauh berantah. Sang tamupun mendapat pujian dan kehormatan atas kedatangannya itu.

Hanya 10 tahun baru memimpin bangsa baru, Soekarno ingin menunjukkan bahwa takdirnya memimpin bangsa sangat majemuk ia jalankan dengan baik. Dia bukan bagai seorang raja atau pangeran yang memimpin negeri homogen dalam budaya dan agama, seperti raja, sultan atau emir di Timur Tengah atau Semenanjung Melayu. Ia ingin berdiri di semua pihak, golongan, agama, budaya dan kepentingan.

“Kami menyambut dengan hangat kedatangan Yang Mulia, dengan mengingatkan kembali kedatangan Yang Mulia menemui pendahulu kami, Paus Pius XII dan Paus Johannes XXIII”, sambutan Paus Paulus VI ketika menerima kedatangan ketiga kalinya Presiden Soekarno ke Vatikan (dan juga menjadi yang terakhir), pada Senin, 12 Oktober 1964.

Soekarno dipuji amat sangat oleh Vatikan, karena memberi sikap yang baik dan bersahabat dengan umat Katolik di Indonesia, seperti yang dikatakan Paus Paulus VI ketika menyambutnya. Setiap dia datang ke Vatikan, dia selalu diberi penghargaan oleh paus. Prestasi ini tak pernah terjadi kepada pemimpin dari negeri muslim manapun di dunia. Ini yang selalu membanggakan seorang tokoh budayawan, rohaniawan Katolik yang juga arsitek markas ABRI di Cilangkap, Romo Mangunwijaya. Ia selalu memuja penghargaan Soekarno sebagai pemimpin negeri muslim dari Vatikan, sebagai hal pertama dalam 2000 tahun sejarah Gereja Roma Katolik.

“Aku orang Islam yang hingga sekarang telah memperoleh tiga buah medali yang tertinggi dari Vatikan”, katanya dalam otobiografi yang ditulis ratu gosip AS Cindy Adams. Perhargaan ini membuat iri Presiden Irlandia Eamon de Valera, yang negerinya punya 88% umat Katolik. “Saya saja punya satu penghargaan”, katanya saat berjumpa dengan Soekarno.

API BUKAN ABU


Bagi Soekarno, umat Katolik dan kristiani umumnya, bukan hal yang asing baginya. Jauh sebelum dia menjadi pemimpin, persinggungan dengan orang-orang Katolik sudah terjadi. Ketika dipenjara di Sukamiskin, Bandung, dia banyak membaca tulisan-tulisan van Lith, seorang tokoh Katolik yang meletakkan dasar ajaran Katolik di tanah Jawa. Van Lith punya dua murid kesayangan, yang juga menjadi lebih dari sahabat bagi Soekarno, yaitu Mgr. Soegijapranata dan IJ Kasimo.

Ketika dia dibuang ke Ende, Flores, Soekarno banyak memuji cara kerja dan sistem manajemen orang-orang Katolik di pulau itu, yang memang menjadi mayoritas. Ia kadang mengkritik keras cara berpikir orang-orang Islam masa itu, yang terlalu mengurusi asesoris daripada esensi ajaran Islam, yang makin menjauhkan umat Islam dari modernitas. “Ambil apinya dari Islam, bukan abunya”, katanya mengkritik. Soekarno saat itu menggagumi buku ‘Spirit of Islam’ karya Syed Amir dari London, yang isinya ingin membangunkan umat Islam dari tidur panjang.

Pada jaman kemerdekaan, keluarga Soekarno ternyata bersahabat baik dengan Soegijapranata, murid van Lith, tokoh yang dikaguminya. Sewaktu Belanda menyerang ibukota negara di Jogjakarta, 18 Desember 1948, istrinya disembunyikan oleh Soegijapranata di rumahnya di tepi barat Kali Code, dari kejaran militer Belanda. Sedangkan Soekarno diibuang ke Prapat, Sumatera Utara. Saat ketakutan itu, istrinya punya batita dan bayi yang belum setahun, Megawati.

Ketika Soegijapranata wafat, Soekarno menjadikannya pahlawan nasional dan mengirim pesawat khusus untuk menjemput jenazahnya di Belanda. Setelah itu, istrinya Fatmawati meratapi kepergian paderi Katolik pribumi pertama itu dengan tangisan tiada henti.

HAMPA 28 TAHUN

Intensitas kunjungan Soekarno ke Vatikan sangat unik. Jarang ada seorang pemimpin dunia, apalagi dari negeri Islam, menemui tiga paus yang berbeda dalam kurun singkat, 8 tahun! Namun itu tidak diimbangi dengan kedatangan paus ke negerinya selama ia menjadi presiden. Ini sangat wajar, karena belum menjadi trend seorang paus pergi ke keliling dunia pada masa itu, seperti yang ditunjukkan Paus Johannes Paulus II.


Setelah dia tak berkuasa, baru pada 3 Desember 1970, Indonesia dikunjungi seorang paus pertama kalinya. Kedatangan Paus Paulus VI yang menjadi tamu Presiden Soeharto adalah untuk membalas kunjungan berkali-kali Soekarno ke Vatikan. Dan sejak itu, ada semacam tradisi setiap presiden Indonesia ‘harus’ beraudiensi dengan paus.

Selama berkuasa 32 tahun, Soeharto hanya sekali ke Vatikan bersama istrinya pada Sabtu 25 November 1972 menemui Paus Paulus VI. Dia enggan datang mampir bertemu Paus Johannes Paulus II ketika ada di Roma pada November 1985 untuk menerima penghargaan FAO karena prestasinya dalam ketahanan pangan. Menjadi kebiasaan, bila seorang kepala negara datang ke Roma, pasti menyempatkan ke Vatikan yang letaknya di dalam biota Italia.

Masalah gereja Katolik di Timor Timur yang langsung di bawah kendali Vatikan, menjadi isu kurang menarik baginya bila didiskusikan dengan paus. Ia menginginkan umat Katolik di Timor Timur langsung dibawa kendali Jakarta, tapi hal itu ditolak hingga propinsi kesayangan tersebut lepas menjadi negara merdeka. Namun beruntung Paus Johannes Paulus II tidak mencium bumi Timor Timur, ketika dia datang ke Indonesia pada 9 Oktober 1989, ketika menjadi tamu Soeharto. Kalau itu terjadi, sama saja mengakui propinsi itu sebagai negara terpisah dari Jakarta.

Sejak 1972, hampir 28 tahun lamanya, tidak ada seorang presiden Indonesia pun yang datang Vatikan. Barulah kebekuan itu mencair ketika Presiden Abdurrahman Wahid menemui Paus Johannes Paulus II pada Sabtu 5 Februari 2000, yang kondisinya sudah agak sakit-sakitan. Pada pertemuan bersejarah itu, ada kejadian janggal. Biasanya seorang wanita yang bertemu paus ‘wajib’ mengenakan gaun hitam. Namun Ibu Shinta Wahid memakai gaun putih cerah.


Kedatangan Wahid diikuti oleh penggantinya, Presiden Megawati Soekarnoputri menemui tuan rumah yang sama pada Senin 10 Juni 2002. Inilah terakhir kali seorang presiden Indonesia datang ke Vatikan. “God Bless Indonesia”, kata paus kepada Megawati sebelum pamit.


DISAYANG GEREJA DICINTAI MUSLIM

Meski Soekarno sangat disayangi oleh Vatikan, tidak menjauhi dia dari dunia Islam. Justru sebaliknya, dia dianggap pahlawan Islam oleh komunitas muslim dunia. Organisasi internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika menjulukinya Amirulmukminin. (pemimpin umat Islam). Anehnya, julukkan itu bukan untuk raja-raja Islam di Timur Tengah yang sangat kental dengan keislamannya.

Dia hanya ingin menunjukkan sebuah contoh kepada dunia, bahwa Indonesia adalah landskap indah sebuah negara majemuk, yang menjadi tempat damai bagi semua golongan apapun. Para penggantinya, berusaha sebaik mungkin menunjukkan kepada dunia upaya seperti itu, meski tidak sesempurnya dia. Tetapi citra Indonesia sebagai negara yang damai bagi semua golongan terawat rapi selama pemerintahan Soeharto, yang selalu memakai Pancasila untuk melegalkan segala tindakannya demi menjaga kerukunan hidup beragama.

Kehebatannya itu pernah dipuji oleh Paus Johannes Paulus II di depan Soeharto. “Falsafah Pancasila telah menjadi nakhoda bagi negeri ini untuk mengakui bahwa hanya satu landasan utama bagi persatuan nasional yang menghormati perbedaan apapun yang ada pada masyarakat majemuk Indonesia”.

Soeharto merawat kerukunan hidup beragama itu dengan cara mencampur pemerintahan bergaya Jawa yang sulit ditebak dan otot kekerasan militer. Resep terakhir diperuntukkan bagi pihak yang “coba-coba” merusak SARA (suku, agama, ras dan antara golongan) di negeri ini.

Saya agak geram, mengapa Saudi Arabia menjadi sponsor konferensi dialog Islam dan barat pada akhir 2007? Padahal negeri itu sangat tidak ramah bagi pemeluk non-Islam dan hak wanita serta minoritas. Mungkin saja karena Raja Abdullah yang menjadi sponsor utama dialog itu, punya ‘minyak pelet’ pada dunia barat, yaitu cadangan minyaknya. Sedangkan Indonesia, tak ada yang bisa dibanggakan untuk itu. Seharusnya, peran itu dijalankan oleh Indonesia. Kita pernah punya pemimpin yang bisa membuktikan peran tersebut.

Memang agak aneh, setelah Soeharto turun dari kekuasaan, kerukunan beragama sedikit terganggu yang dipicu oleh pihak tertentu. Mulailah subur tumbuh pertikaian horisontal antara masyarakat beragama yang menodai wajah Indonesia di mata dunia. Sebagian umat beragama minoritas mengalami kesulitan dalam banyak hal dalam menjalankan ibadah mereka. Mengapa ini bisa terjadi? Dan mengapa pada saat Indonesia hidup dalam tirani, kerukunan justru terjaga meski terkesan seperti “menyimpan abu dibalik karpet”?

Ada yang salah dengan demokrasi?

Yang bisa jawab hanya ‘anak ideologi’ Soekarno, Abdurrahman Wahid. (*)



SUMBER FOTO:

  • Paus Johannes XXIII - Presiden Soekarno (AP/Kompas), Presiden Soeharto - Paus Paulus VI (Jejak Langkah Pak Harto), Paus Johannes Paulus II - Presiden Wahid (Reuters/Kompas) dan Paus Johannes Paulus II - Presiden Megawati (AP).
Penulis: Iwan Satyanegara Kamah - Jakarta
sumber: http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/3/1157/soekarno_loves_jesus_christ

Selasa, 22 Desember 2009

Selamat Natal

Sebagai seorang Muslim, penulis mengucapkan selamat hari raya Natal kepada saudara-saudari Kristiani di mana pun berada.

Bagi seorang Muslim, mengucapkan selamat hari raya Natal bukan hanya menjadi kesadaran persaudaraan, melainkan tuntunan keimanan yang sangat mendasar. Karena Nabi Isa atau Yesus menegaskan (sebagaimana disampaikan Al Quran), keselamatan atas diriku ketika dilahirkan, ketika meninggal dunia, dan ketika (nanti) dihidupkan kembali, Qs 19: 22.

Dalam konteks negara majemuk seperti Indonesia, ucapan selamat hari raya Natal merupakan salah satu bentuk kesadaran kebangsaan yang harus senantiasa dijaga dan dipelihara; bahwa Indonesia adalah negara bagi semua agama yang ada di haribaan Bumi Pertiwi; bahwa setiap pemeluk agama memiliki kebebasan untuk merayakan dan menjalankan keyakinannya; dan bahwa penganut satu agama di Indonesia harus menghormati penganut agama lain.

Kerukunan

Bagi agamawan, mengucapkan selamat kepada umat agama lain dalam merayakan hari besar keagamaan, seperti Natal, mempunyai makna yang sangat penting. Selain tuntunan agama, ucapan selamat bagi seorang agamawan bisa juga karena menjadi langkah awal untuk menciptakan kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan umat beragama, terutama dalam kehidupan bangsa majemuk seperti Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh agamawan di Mesir bisa dijadikan sebagai contoh oleh para agamawan di Tanah Air. Dalam persoalan hari raya Natal, contohnya, sejumlah agamawan terkemuka di Mesir, seperti Grand Syeikh Al-Azhar Kairo, Sayyid Muhammad Thanthawi, tak hanya membolehkan seorang Muslim turut merayakan hari raya Natal. Lebih daripada itu, mereka memberikan keteladanan baik dengan menghadiri undangan perayaan Natal umat Kristen (Koptik) di sana. Momen-momen damai seperti ini digunakan oleh sejumlah agamawan di Mesir untuk mengukuhkan tali persaudaraan kebangsaan, mengukuhkan bangunan perdamaian, dan menghormati segala jenis perbedaan.

Begitu pun sebaliknya, sejumlah pemimpin Kristen (Koptik) di Mesir turut merayakan dan mengucapkan selamat ketika hari raya keagamaan umat Islam tiba. Suasana damai, kondusif, dan penuh persaudaraan menyelimuti kehidupan masyarakat di sana, dimulai dari kalangan agamawan kemudian diikuti oleh segenap umat dan pengikutnya.

Peran agamawan seperti di Mesir memberikan sumbangsih cukup besar bagi terjaganya hubungan damai dalam kehidupan masyarakat Mesir, terlepas apa pun agama ataupun kelompoknya. Setidak-tidaknya masyarakat Muslim di sana tidak diharamkan bila turut merayakan Natal bersama sahabat atau kerabat yang beragama Koptik.

Pengalaman Mesir seperti di atas sangat patut dipertimbangkan. Sejauh ini, konflik berbau agama jarang terjadi di Negeri Piramida itu.

Melahirkan ketegangan

Hal inilah yang jarang terjadi dalam kehidupan umat beragama di Tanar Air. Peran agamawan sangatlah terbatas dalam mendorong bangsa ini terbebas dari konflik agama. Sebaliknya, peran dan keterlibatan agamawan yang cukup masif terjadi dalam kehidupan politik, apalagi pada saat menjelang pemilu.

Hingga hari ini, konflik antaragama masih terus membayang, bahkan juga konflik intraagama. Umat beragama tidak disuguhi pemandangan damai dari kalangan agamawan yang mengucapkan selamat kepada umat agama lain dalam merayakan hari besarnya, termasuk hari raya Natal. Dan hingga hari ini masih terdapat sejumlah pihak yang mengharamkan hadir pada perayaan Natal bagi seorang Muslim atau hari raya agama lainnya.

Pengharaman seperti di atas tidak melahirkan apa pun, kecuali ketegangan dalam kehidupan umat yang berbeda agama. Pihak paling diuntungkan oleh fatwa seperti ini adalah mereka yang ”bersyahwat” politik. Bangsa, masyarakat, dan agama adalah pihak yang paling dirugikan oleh pengharaman seperti di atas yang merupakan akibat tak langsung keterlibatan kaum agamawan dalam dunia politik pragmatis yang cukup masif, baik perpolitikan nasional maupun lokal.

Dikatakan akibat tidak langsung karena tidak semua dan tidak setiap saat agamawan melakukan ”politisasi agama” dalam bentuk fatwa-fatwa politis atau lainnya. Harus jujur diakui, masih terdapat sekian agamawan yang turun ke kancah politik dengan niat tulus-ikhlas dan membawa tujuan perjuangan murni. Namun, agamawan seperti ini tampak sangat terbatas.

Natal adalah momen penting yang bisa digunakan oleh kaum agamawan untuk menyampaikan sabda perdamaian, kasih sayang, dan menghormati perbedaan keagamaan. Silaturahim antaragamawan dapat dilakukan dalam momen-momen keagamaan seperti Natal ini. Hingga umat beragama terbiasa dalam menghormati perbedaan dan perayaan hari besar agama lain.

Penulis: Hasibullah Satrawi Alumnus Al-Azhar Kairo, Mesir; Aktivis Moderate Muslim Society, Jakarta
Sabtu, 19 Desember 2009 | 02:58 WIB

Source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/19/02582247/selamat.natal

Minggu, 20 Desember 2009

Gereja St. Albertus Bekasi Dihujani Lemparan Batu dan Nyaris Dibumihanguskan

Peristiwa pelemparan batu dan pembakaran gereja terjadi di kawasan Perumahan Harapan Indah, Kota Bekasi, Kamis (17/12/2009) malam. Massa yang terdiri dari ratusan orang mulai dari anak-anak hingga orangtua termasuk ibu-ibu mendatangi Gereja Katolik Santo Albertus yang terletak di Jalan Boulevard untuk merusak serta membakar fasilitas gereja.

Ketua Umum Pembangunan Gereja Santo Albertus, Kristina Maria R, dalam keterangan per telepon kepada Kompas.com, menjelaskan, massa yang menumpangi beberapa mobil dan motor sempat melempari gereja yang tengah dalam tahap akhir pembangunan itu sebelum akhirnya dibubarkan oleh polisi dari Polsek Harapan Indah dan Polres Bekasi. Selain melempari gereja, massa membakar pos satpam, 1 motor satpam, dan kontainer yang dijadikan sebagai kantor kontraktor pembangunan gereja.

Kristina Maria R yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menko Polhukam menguraikan, massa juga membuang sejumlah marmer dan keramik yang akan digunakan untuk pembangunan gereja ke jalan sekitarnya. Massa tampak melengkapi diri dengan minyak tanah untuk melancarkan aksinya dan ini terbukti dari 1 jeriken berisi minyak tanah yang ditemukan di lokasi.      

"Satu komputer dari kantor kontraktor diinjak-injak massa dan ditemukan di got depan gereja," jelas Kristina yang tidak mengira apabila massa yang berpapasan dengannya saat ia akan pulang ke rumahnya tadi malam melakukan aksi perusakan gereja.

"Gereja ini sudah mendapatkan izin pembangunan dan tiang pancang pertamanya sudah sejak 11 Mei 2008," tambah Kristina. Menurut Kristina, aparat mulai dari Danrem hingga Kapolres Bekasi telah menjamin keamanan bagi kegiatan ibadah ataupun acara penyambutan Natal di gereja ini.

Polisi yang mendapatkan laporan massa berasal wilayah utara Kabupaten Bekasi sempat memasang police line di sekitar gereja pada malam hari sebelum mencabutnya kembali Jumat pagi. Massa dapat dibubarkan aparat menjelang pukul 24.00 tadi malam dan beberapa orang yang dicurigai sebagai otak aksi perusakan gereja juga telah diringkus.

Jumat, 18 Desember 2009 | 12:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com —http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/18/12204719/gereja.dihujani.lemparan.batu.dan.nyaris.dibumihanguskan

Jumat, 18 Desember 2009

Pesan Yesus Tanggal 13 Desember 2009

Urgent Severe Message of God December 13, 2009!!

December 14, 2009
Vassula writes:

This past Saturday here in Rhodes we have our prayer meeting. Not everyone was present that day but some only. Towards the end we took up the prayer I have given you, that one of the 25th November and we all prayed it. After that we opened the Greek bible (that was brand new) and I opened it. My finger went on Ezekiel  ch. 7,  verses 1-14. While reading it we all felt that it was like we were reading again the prayer!  A continuation. When I opened the English bible so that I read it as my Greek is not that perfect, I had a book mark just there. What we understood from this is that the Lord was trying to emphasize the seriousness and urgency of His previous message which is the prayer.

(This was the prayer, sent out on November 28: )

"Address Me Vassula in this way:

Tender Father, lash not Your wrath on this generation, lest they perish altogether;
Lash not on Your flock distress and anguish,
for the waters will run dry and nature will wither;
all will succumb at Your wrath leaving no trace behind them;

The heat of Your Breath will put aflame the earth turning it into a waste!
From the horizon a star will be seen;
The night will be ravaged and ashes will fall as snow in winter,
covering Your people like ghosts;

Take Mercy on us, God, and do not assess us harshly;
Remember the hearts that rejoice in You and You in them!
Remember Your faithful and let not Your Hand fall on us with force,
But, rather in Your Mercy lift us and place Your precepts in every heart. Amen”


The next day on Sunday, as I sat at Church, after 5 minutes or so, I heard the Lord call me and speak to me. My worry was that I would not remember to write what He said. Our Lady in the end said just a few words. But, our Lord made me understand that I do not have to worry because He will remind me when I will write His words, in fact He will lead my hand again. So this is what Jesus Christ said yesterday and today, Monday 14 December His Words were written.

Testify my child on My behalf and in My Name, and speak and tell this generation:

do not listen anymore to false prophets who keep stroking you with caresses telling you that all is well and that you have improved when you, at the same time who call yourself a Christian do not behave like one, for you hardly act on My Words in the Gospel; for I tell you, if your virtue in being a Christian goes no deeper than the godless ones, My Father, not recognizing Me in you will never allow you to enter in Our Kingdom! My Father’s wrath will unleash on you; have you not learnt that My severity is as great as My Mercy? You who sell yourself to your surrounding as a good Christian, giving them this false image of Christianity, when you are just the opposite, you will be uncovered and your sin as well; and you, you whose tongue never stopped judging unjustly, your sin will recoil on your own head; My anger rages against your sort and I will judge you for your conduct as it deserves;

you who cannot forgive and forget as I forgive and forget, My Father too will hold that sin against you! Yahweh is near, coming with all speed, so tell Me, where will you hide? To lead a sinful life is to belong to the devil; you have learnt in which manner you will be judged when you are unwilling to reconcile with the one you still hold a grudge against him; I tell you, this sin of unwillingness to come to terms with the one you hold responsible, will be bitterly paid by you till the last penny; have I not said: you must love your neighbour as yourself and even more that you must learn to love your enemies? Well, what have My Eyes been witnessing?  I have been witnessing a meager lot who truly follow My ways, but the majority are in sin and doing Satan’s work; do not deceive yourselves, for in these coming days you are bound for destruction because you are not following My Word*1; if anyone refuses to this day to obey My principles My Father too will refuse him an abode in heaven; and you who have taken My Name*2, yet act in violence, anger and pride, that same scourge your sharp tongue used on your brothers, you will receive likewise and your sin will condemn you; and you who still sleep in your apathy and lethargy do not think that I have not noticed you, you will be ranked among the pagans and you will be reaping what you have sown;

as for the apostates, they will taste the fire of hell! My Father’s wrath is lit up with this evil and pervert generation; how can I hold back His Arm furthermore from lashing on you? Turn back from your evil ways was Our constant theme, but good and bad have been refusing to abandon their ways of life; the good for not taking My Words seriously in these messages and acting on them, the bad for refusing to be saved, refusing My Mercy, refusing My Hand; tell Me what will you do when you realize that Day that you are mere clay and that clay without My Presence within you, you are nothing but dust?

disaster is just around the corner and the foliage will turn dry; amend all of you your conduct and actions, let not destruction overtake you; take the right course and stop your abominations and your perversions; set your heart on Me your Lord, if not  you will crumble down in ashes like a burnt city;

now, even if I distressed you, even for a mere moment, it was out of the greatness of the love I have for you; I want to lead you to repentance and save you; I want lips that are clean to invoke My Holy Name, especially in these days where My Holy Name will be profaned and mean nothing to many while they celebrate My birth without honour and praise; repent all of you and focus on Me; and pray that this generation’s guilt will not be the cause of your destruction; otherwise the Father’s wrath will lead Him to cry out: enough! And His fiery rage will cover many nations and the world will disintegrate; happy the man who listens to Me now and purifies himself; I will support him;

I am Jesus Christ and am the Author of these Messages and I am known to govern you with lenience; I am known to flower you if you are willing and if need I water you with My Tears; I am known as the Good Shepherd who never abandons His sheep; I lead you into green pastures, but when treaties are broken, witnesses that I am sending despised and rejected, could I keep silent? When I know you are heading to a fatal destruction, would I not react? On that Day of the Father’s wrath those who had forgotten Me, will remember Me; and they will be treated accordingly;

Many indeed ask, what sins? sins that I have mentioned and sins of your blasphemy against My Holy Spirit, sins of your rebellion and of your division, sins of perversion that are an abomination in My Eyes, sins of prejudice, sins of contempt, of corruption, of haughtiness, of pride, sins of degradation and of lethargy, the world is polluted with sin; understand now how My Sacred Heart is offended and is in pain; master your thoughts and sin no more;   never forget Me, Vassula, and let My people know of My warnings; I am here; ic

*1 Holy Bible
*2 Christians

Then our Lady said:

Follow and write down all that My Son has given you, never fear;

Kamis, 22 Oktober 2009

Uskup Agung Anglikan Menyambut Baik Solusi Benediktus XVI

Anglican Archbishop: Our Prayers Have Been Answered
Welcomes Pope's Offer of Personal Ordinariates

BLACKWOOD, South Australia, OCT. 20, 2009 (Zenit.org).- The prayers of Anglicans wishing to enter into full communion with the Catholic Church have been more than answered today, according to the primate of the Traditional Anglican Communion.

Archbishop John Hepworth said this today in a statement that responded to the Vatican announcement that Benedict XVI would allow Anglicans to enter full communion with the Catholic Church while preserving elements of the Anglican spiritual and liturgical tradition.

This policy has been established in a forthcoming apostolic constitution, and it responds to requests from Anglicans who have expressed wishes to become Catholic, particularly as the Anglican Tradition continues to take steps toward opening their priesthood and episcopate to women and active homosexuals, and blessing same-sex unions.

Between 20 and 30 Anglican bishops have made such a request.

The constitution was announced at a press conference at the Vatican today, offered by Cardinal William Levada, prefect of the Congregation for the Doctrine of the Faith.

Hepworth, who also heads the Diocese of Australia in the Anglican Catholic Church in Australia, said that the Traditional Anglican Communion is "profoundly moved by the generosity of the Holy Father, Pope Benedict XVI."

Dedicated to unity

"He offers in this Apostolic Constitution the means for 'former Anglicans to enter into the fullness of communion with the Catholic Church,'" Hepworth explains. "He hopes that we can 'find in this canonical structure the opportunity to preserve those Anglican traditions precious to us and consistent with the Catholic faith.'

"He then warmly states 'we are happy that these men and women bring with them their particular contributions to our common life of faith.'"

"May I firstly state that this is an act of great goodness on the part of the Holy Father," continued Hepworth. "He has dedicated his pontificate to the cause of unity."

"It more than matches the dreams we dared to include in our petition of two years ago," he added. "It more than matches our prayers.

"In those two years, we have become very conscious of the prayers of our friends in the Catholic Church. Perhaps their prayers dared to ask even more than ours."

The archbishop said he would take the offer of the Holy See to each of the national synods of the Traditional Anglican Communion.

"Now the Holy See challenges us to seek in the specific structures that are now available the "full, visible unity, especially Eucharistic communion," for which we have long prayed and about which we have long dreamed. That process will begin at once," he affirmed.

Noting that the Anglican Office of Morning Prayer included the Hymn of Thanksgiving, the Te Deum, Hepworth added: "It is with heartfelt thanks to Almighty God, the Lord and Source of all peace and unity, that the hymn is on our lips today.

"This is a moment of grace, perhaps even a moment of history, not because the past is undone, but because the past is transformed."

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...