Selasa, 02 September 2008

Merekayasa Yesus [Part III] - Kriteria Orisinalitas Kitab Injil

KRITERIA AUTENTISITAS

DALAM MENENTUKAN ORISINALITAS KITAB INJILPERJANJIAN BARU *

Bukan hanya titik awal beberapa ahli yang salah dan tidak tepat, metode mereka pun sering sangat sederhana dan skeptis. Beberapa ahli tampaknya berpikir bahwa jika mereka semakin skeptis, mereka akan makin kritis. Namun, mengambil posisi skeptis yang berlebihan dan tidak beralasan tidak lebih kritis daripada menerima apa pun yang muncul begitu saja. Menurut saya, banyak hal yang dipandang sebagai kritisisme ternyata tidak kritis sama sekali; tidak lebih dari sekadar skeptisisme yang berkedok sesuatu yang ilmiah. Cara berpikir seperti ini merupakan penyumbang utama bagi gambaran tentang Yesus dan Injil yang menyimpang di banyak informasi radikal saat ini.

Cara berpikir skeptis yang berlebihan ini, misalnya, menuntun pada kesimpulan bahwa sebagian besar hal yang dikatakan Yesus di muka umum atau kepada murid-muridNya secara pribadi, entah dilupakan atau tidak relevan dan karena itu, apa yang akhirnya muncul dalam Injil dalam bentuk tertulis, sebagian besar berasal dari orang Kristen belakangan, bukan dari Yesus sendiri. Sesungguhnya, hal ini tidak masuk akal. Maksudnya, jika Yesus sungguh-sungguh hanya sedikit berkata-kata tentang hal-hal kekal yang penting dan tidak mampu melatih murid-muridNya untuk mengingat dengan tepat sedikit hal yang Ia katakan, kita harus sungguh-sungguh heran mengapa gerakan Kristen bisa muncul.

Beberapa sikap skeptis ini muncul karena kriteria yang disusun secara tidak tepat, yang digunakan untuk memutuskan hal yang au­tentik dan yang tidak. Kriteria ini disebut dengan berbagai macam istilah seperti "kriteria autentisitas" atau "kriteria keautentikan." Mungkin kedengaran sangat teknis dan rumit, tetapi sesungguhnya hal ini merupakan usaha menerapkan logika untuk menentukan apa­kah dokumen kuno merupakan sumber yang dapat dipercaya untuk mempelajari apa yang terjadi dan siapa yang mengatakannya.

Tldak peduli apa pun sudut pandang yang kita kenakan pada Injil Perjanjian Baru (dan pada Injil ekstrakanonik, untuk hal itu), kita perlu memiliki kriteria itu. Kata criterion (atau jamaknya kriteria) adalah kata Yunani yang berarti "penilaian" atau "dasar untuk mele­wati penilaian". Kita semua memiliki kriteria untuk melewati peni­laian berkaitan dengan banyak hal dalam kehidupan. Ketika seseorang berkata, "Saya kira cerita ini benar," dan Anda menjawab, "Mengapa kamu berkata begitu?", Anda meminta kepada orang tersebut untuk menjelaskan kriterianya atau dasar pembuatan penilaian tersebut.

Beberapa orang Kristen konservatif, tentu saja, akan sekadar menjawab dengan berkata, "Apa pun juga yang dikatakan Injil Perjan­jian Baru sebagai sesuatu yang dikatakan atau dilakukan Yesus, saya terima sebagai hal yang bersifat historis." Hal itu bisa diterima orang­-orang yang sudah menerima inspirasi dan otoritas Alkitab. Namun bagaimana dengan orang-orang yang ingin mendapatkan alasan yang kuat dan sehat untuk menerima kisah Injil sebagai hal yang bisa dipercaya ? Memberi tahu mereka bahwa Alkitab itu diilhami dan karena itu benar tanpa memberikan kriteria yang dikenali ahli sejarah, tentu tidak akan memuaskan mereka. Bagaimanapun juga, bukankah Mormon mengatakan hal yang sama berkaitan dengan Buku Mormon? Satu demi satu kitab suci bisa dimunculkan dengan cara ini. Apakah ini satu-satunya pembelaan diri yang bisa dibuat?

Orang yang kritis menerapkan kriteria yang tepat dalam menilai suatu pernyataan (misalnya, “Itu benar”, “Itu berharga”, “Itu sung­guh-sungguh terjadi", dan sebagainya). Jadi para ahli sejarah juga menerapkan kriteria untuk menafsir nilai sejarah sebuah dokumen. Mereka mengajukan pertanyaan seperti, Kapan dokumen ini ditulis? Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah perincian dokumen ini sesuai dengan sumber lain yang dikenal dan dapat dipercaya? Apakah penulis dokumen ini mengetahui apa yang sungguh-sungguh terjadi dan apa yang sungguh-sungguh dikatakan? Apakah pernyataan dalarn dokumen ini didukung oleh bukti arkeologis dan realitas geografis?

Selama bertahun-tahun, para sarjana Alkitab telah mengem­bangkan kriteria historis dan sastra untuk menilai literatur Alkitab. Pembahasan kriteria untuk mempelajari Injil telah dilakukan secara intensif, dengan mengusulkan sejumlah besar kriteria. Saya telah melihat riset yang sangat teliti yang mendata sebanyak 25 kriteria. Beberapa dari kriteria ini tampak sangat rumit, yang lain tampak meragukan. Namun ada beberapa kriteria yang dihasilkan secara konsisten. Di bawah ini, ada tinjauan tentang kriteria yang saya kira terbaik. (Saya juga akan membahas satu kriteria yang saya kira sering disalahgunakan dan disalahterapkan).

A. Koherensi Historis

Ketika Injil memberi tahu kita hal-hal yang kita ketahui tentang sejarah Yesus dan ciri-ciri utama kehidupan dan pelayanan-Nya, cukup masuk akal untuk percaya bahwa kita berada di atas dasar pijakan yang kuat. Yesus yang memiliki banyak pengikut dan menarik perhatian penguasa dihukum mati, tetapi diberitakan sebagai Mesias Israel dan Anak Allah. Perbuatan dan perkataan yang dipandang la lakukan dalam Injil, yang sesuai dengan unsur utama ini dan sungguh-sungguh membantu kita memahami unsur utama ini, harus dipandang autentik.

Kriteria ini memberi landasan kepada kita untuk menerima ki­sah tentang Yesus di halaman bait Allah yang bertengkar dan meng­kritik imam-imam yang berkuasa (seperti kita lihat dalam Mrk. 11-12 dan perikop yang paralel dalam Injil lainnya). Kriteria ini juga mendo­rong kita untuk menerima peneguhan Yesus bahwa la sungguh-sung­guh Mesias Israel dan Anak Allah sebagai hal yang autentik (Mrk. 14:61-63). Berdasarkan pernyataan-Nya bahwa la adalah "raja orang Yahudi", membuat penyaliban menjadi masuk akal (Mrk. 15:26).

B. Pembuktian Kolektif

Kriteria ini mengacu pada perkataan dan tindakan yang dipandang dilakukan Yesus yang muncul dalam dua atau lebih sumber independen (seperti Markus dan Q, sumber perka­taan yang digunakan oleh Matius dan Lukas). Perkataan dan tindakan Yesus yang muncul dalam dua atau lebih sumber independen menyiratkan bahwa sejak awal, hal itu sudah beredar secara luas dan bukan dikemukakan oleh satu penulis tunggal. Fakta bahwa ada banyak bahan yang mendapatkan pembuktian kolektif itu sendiri merupakan saksi kekunoan dan kekayaan sumber kita.

Di sini, ada beberapa contoh perkataan dengan pembuktian kolektif sbb :

1. Perumpamaan Yesus tentang pelita muncul dalam Markus 4:21 dan dalam sumber perumpamaan (Mat. 5:15; Luk. 11:33).

2. Perumpamaan ini diikuti dengan perkataan tentang apa yang dising­kapkan, yang muncul dalam Markus 4:22 dan dalam sumber perum­pamaan (Mat. 10:26; Luk. 12:2).

3. Perumpamaan Yesus tentang genera­si jahat yang mencari tanda ditemukan dalam Markus 8: 12 dan da­lam sumber perumpamaan (Mat. 12:39; Luk. 11:29).

C. Rasa Malu

Kriteria ini mudah disalahpahami. Yang dimaksud kriteria ini adalah bahwa informasi yang potensial menciptakan sesuatu yang janggal atau memalukan bagi gereja mula-mula bukanlah sesuatu yang ditemukan orang Kristen sesudah Paskah. Perkataan dan tindakan "yang memalukan" adalah hal-hal yang melacak balik pela­yanan Yesus. Karena itu, suka atau tidak, hal itu tidak bisa dihapus­kan dari bank data Yesus.

Mungkin, contoh klasik tradisi "yang memalukan" adalah bap­tisan Yesus (Mrk. 1 :9-11 dan perikop yang paralel). Apa yang mem­buat baptisan Yesus memalukan? Baptisan Yohanes disebut baptisan pertobatan dosa, tetapi, menurut ajaran Kristen, Yesus tidak berdosa. Jadi, mengapa Yesus yang tidak berdosa pergi kepada Yohanes untuk dibaptis? Pertanyaan yang bagus. Tidak ada satu orang Kristen pun yang akan membuat cerita ini. Kisah itu tetap dipertahankan ada dalam Injil dan itu menunjukkan dengan kuat bahwa informasi itu sangat autentik. Fakta bahwa cerita itu dipertahankan dalam Injil dan tidak dihapuskan juga menunjukkan bahwa penulis Injil berupaya sedemikian rupa untuk menceritakan kebenaran.

Contoh penting lainnya terlihat dalam cerita di mana Yohanes yang sedang dipenjara mengirim utusan kepada Yesus dan bertanya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain ? (Mrk. 11:2-6; Luk. 7:18-23). Yesus menjawab pertanyaan Yohanes secara tidak langsung dan hampir terselubung, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat". Ketika disampaikan, jawaban itu terasa janggal, bahkan mungkin me­malukan. Siapa yang akan mengarang cerita di mana Yohanes - sekutu Yesus - mengungkapkan keragu-raguan tentang identitas dan misi Yesus ? Mengapa jawaban Yesus yang dikarang pengikut-Nya sesudahnya gagal menyatakan dengan jelas identitas mesias dan misi-Nya ! Mengapa mereka tidak menegaskan dengan kuat dan jelas, "Pergilah dan katakan kepada Yohanes bahwa Akulah dia yang akan datang” ? Cerita seperti yang kita miliki, yang dipertahankan dalam Matius dan Lukas, memberikan keyakinan kepada para ahli sejarah bahwa cerita itu dengan setia dan akurat melaporkan percakapan antara Yohanes dan Yesus dan bukan merupakan fiksi orang Kristen di kemudian hari.

D. Perbedaan

Tidak ada kriteria yang dibahas lebih banyak dari­pada kriteria perbedaan. Jika digunakan dengan tepat, kriteria ini bisa mendukung kesimpulan bahwa perkataan atau perbuatan tertentu autentik. Jika diterapkan dengan salah, hal ini akan menghapuskan banyak perkataan dan perbuatan secara tidak perIu dan tidak masuk akal. Jika diterapkan secara tidak tepat, hal ini akan membuktikan perkataan dan perbuatan yang dipandang dilakukan Yesus tidak co­cok dengan (atau tidak konsisten dengan) teologi gereja mula- mula serta kecenderungan dan tekanan dalam Yudaisme pada zaman Yesus. Jika Anda menemukan logikanya sulit dipahami, jangan merasa kecil hati. Logikanya memang sedikit berbelit-belit.

Yang coba dilakukan bentuk kriteria ini adalah menghapuskan perkataan dan perbuatan yang mungkin berasal dari kalangan Yahudi di satu sisi, atau di kalangan Kristen mula-mula, di sisi lainnya. Jadi, jika satu perkataan tidak cocok dengan kedua konteks ini (karena itu dalam bentuk ini disebut “perbedaan ganda”), tidak ada jaminan bahwa perkataan (atau perbuatan) itu berasal dari Yesus. Problem yang timbul jika kriterianya diterapkan sedemikian adalah hal ini akan menghapus hampir segala sesuatu yang dikenakan pada Yesus. Bagai­mana pun juga, Yesus adalah orang Yahudi dan sebagian. besar hal yang Ia ajarkan mencerminkan tema dan konsep yang populer di antara para pemimpin agama di zaman-Nya (tanpa menyebutkan Kitab Suci Israel). Jadi, tidakkah kita mengharapkan bahwa kecenderungan dan tekanan Yesus muncul dalam ajaran Yesus yang autentik? Tentu saja ! Dan gereja mula-mula berpaut pada ajaran Yesus sebagai sesuatu yang berharga. Mereka membentuk pemikiran dan praktik hidup yang sesuai dengan hal itu. Jadi, tidakkah kita mengharapkan baris-baris kontinuitas di antara Yesus dan gerakan yang la dirikan ? Ya!

Bagaimanapun juga, kriteria ini ada manfaatnya bagi kita ­asal diterapkan dengan gaya positif. Ada beberapa bahan dalam Injil Perjanjian Baru yang tidak akan dipilih untuk dikembangkan gereja mula-mula sebagai bagian dari teologi dan praktik mereka. Dengan demikian, sulit dijelaskan bahwa hal itu dikarang oleh gereja mula­-mula. Penjelasan yang terbaik adalah bahwa hal itu berasal dari Yesus. Dalam beberapa kasus, hal yang sarna juga berlaku untuk kecenderung­an orang Yahudi. Pergaulan Yesus dengan orang berdosa yang bebas dan mudah bukan merupakan sesuatu yang dilakukan oleh guru-guru agama pada zaman itu (bahkan mungkin orang Kristen tidak akan banyak berbicara tentang hal ini). Jadi sekali lagi, kita memiliki contoh di mana tindakan dan ajaran Yesus agak berbeda dari tindakan dan ajaran orang-orang Yahudi sezamanNya.

E. Latar Belakang Semitisme dan Palestina

Kriteria ini yang kadang-kadang dibagi lagi menjadi dua kriteria atau lebih, menyiratkan bahwa perkataan dan perbuatan yang mencerminkan bahasa Ibrani dan Aram (Semitisme), atau mencerminkan Palestina abad pertama (secara geografis, topografis, adat-istiadat, perdagangan) bisa kita harapkan sebagai informasi yang autentik. Tentu saja, bahan untuk dukungan kriteria ini mungkin berasal dari orang Kristen Yahudi awal dan tidak harus berasal dari Yesus. Bagaimanapun juga, kriteria ini penting. Injil ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi Injil mengakui dan mempertahankan perkataan-perkataan Yesus yang berbicara bahasa Aram dan perbuatan Yesus yang melayani di Palestina pada abad pertama. Jika Injil berbahasa Yunani ini mempertahankan perkataan dan perbuatan Yesus, maka Injil berbahasa Yunani ini harus menunjukkan bukti latar belakang Semitisme dan Palestina, dan Injil lolos kriteria ini.

F. Koherensi (atau Konsistensi)

Akhimya, kriteria koherensi (atau konsistensi) juga bermanfaat dan dalam satu hal berfungsi sebagai pengikat semuanya. Menurut kriteria ini, bahan yang sesuai dengan bahan yang dinilai autentik berdasarkan kriteria lainnya juga bisa dipandang autentik.

Semua kriteria ini memiliki tempat sendiri dan bisa (bahkan telah) memberi sumbangan yang berguna untuk riset ilmiah tentang sejarah Yesus. Hal itu memampukan para ahli sejarah untuk memberi alasan yang baik untuk menilai autentik atau tidaknya perkataan dan perbuatan Yesus. Caranya adalah dengan mengandaikan bahwa sega­la tindakan Yesus, yang tidak mendapat dukungan dari salah satu kriteria atau lebih, harus dipandang tidak autentik. Ketiadaan du­kungan dari kriteria autentisitas tidak berarti bahwa perkataan dan perbuatan yang dipertanyakan tidak bisa berasal dari Yesus.

Di sinilah saya kira banyak sarjana skeptis dan menyimpang, terutama di antara anggota utama Jesus Seminar [termasuk Frans Donald Cs a.k.a Unitarian – red]. Mereka bukan hanya salah menerapkan beberapa kriteria (seperti perbedaan) dan mengabaikan atau menyalahpahami yang lain (seperti latar belakang Semitisme dan Palestina), namun mereka cenderung berpendapat bahwa perkataan dan perbuatan yang tidak didukung oleh kriteria ini harus dinilai tidak autentik. Metode skeptis yang sembrono ini menuntun pada hasil yang terbatas, hasil yang bisa diselewengkan jauh, jika titik awalnva sendiri salah dan menuju ke arah yang salah.

Gambaran tentang Yesus bisa diselewengkan jauh melalui penerapan kriteria autentisitas yang salah pada Injil Perjanjian Baru. Jika Injil dan sumber-sumber ekstrakanonik dimasukkan dalam campuran itu dan diperlakukan seolah-olah sebagai sumber informasi yang sama kunonya dan dapat dipercaya seperti halnya Injil kanonik, problem penyimpangan dibawa pada level baru yang lebih tinggi. Inilah topik yang akan dibahas dalam bab tiga dan empat.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus, 2005 By Craig Evans

Senin, 01 September 2008

NASKAH YUNANI TERTUA DI INJIL YOHANES

NASKAH YUNANI TERTUA DI INJIL YOHANES *

Fragmen Perjanjian Baru tertua yang masih bertahan sampai saat ini ditemu­kan ditulis pada papirus. Berikut adalah papirus tertua yang menuliskan bagian-bagian Injil Yohanes.

  1. ρ5 , Paripus 5 (disimpan di Perpustakaan di London), juga disebut P.Oxy. 208 + 1781, berasal dari awal abad III. Papirus ini memuat Yohanes 1:23-31, 33-40, 16:14-30; 20:11-17, 19-20, 22-25.
  2. ρ22 , Papirus 22 (disimpan di Perpustakaan Universitas Glasgow), juga di­sebut P.Oxy.1228, berasal dari pertengahan abad III. Papirus ini me­muat Yohanes 15:25-16:2, 21-32.
  3. ρ28 , Papirus 28 (disimpan di Museum Institut Palestina di Pacific School of Religion di Berkeley, California), juga disebut P.Oxy.1586, berasal dari akhir abad III. Papirus ini memuat Yohanes 6:8-12, 17-22.
  4. ρ39 , Papirus 39 (disimpan di perpustakaan Ambrose Swasey, Rocherster Divinity School), juga disebut P.Oxy 1780, berasal dari awal abad III. Papirus ini merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 8:14-22.
  5. ρ45 , Papirus 45 (disimpan di Chester Beatty Collection, di Dublin), juga disebut P.Chester Beatty I, berasal dari akhir abad II. Ini merupakan salah satu papirus utama. Papirus ini memuat bagian-bagian besar keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Dari Yohanes, papirus ini memuat 4:51,54; 5:21,24; 10:7-25; 10:30-11:10, 18-36, 42-57. P46 (P.Chester Beatty II) memuat memuat bagian penting dari beberapa surat Paulus.
  6. ρ52 , Papirus 52 (disimpan di perpustakaan John Rylands University of Manchester) juga disebut Gr. P.457, berasal dari awal abad II dan mungkin merupakan fragmen Perjanjian Baru Yunani tertua yang masih bertahan sampai saat ini (meskipun baru-baru ini beberapa orang menyatakan bahwa fragmen Matius berasal abad pertama). Papirus 52 merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 18:31-33 (di sisi kanan), 37-38 (di sisi sebaliknya).
  7. ρ66 , Papirus 66 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer II, berasal dari abad II atau III. Papirus Bodmer sangat penting. Papirus 66 memuat Yohanes 1:1-6:11; 6:35-14:26, 29-30; 15:2-26;16:2-4, 6-7; 16:10-20; 20:20, 22-23; 2025-21:9,12,17.
  8. ρ75 , Papirus 75 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer XIV dan XV, berasal dari akhir abad II. Selain bagian-bagian Lukas, papirus ini memuat Yohanes 1:1-11:45, 48-57;12:3-13:1,8-9;14:8-29;15:7-8.
  9. ρ80 , Papirus 80 (disimpan di Fundacion San Lucas Evangelista, Barcelona), juga disebut P.Barcelona 83, berasal dari pertengahan abad III. Yang masih tetap bertahan sampai saat ini hanyalah Yohanes 3:34.
  10. ρ95 , Papirus 95 (disimpan di Bibliotheca Laurenziana, Florence), juga disebut PI.II/31, berasal dari abad III. Papirus ini memuat Yohanes 5:26-29, 36-38.
  11. Uncial 0162 (disimpan di Metropolitan Museum of Art, New York), juga disebut P.Oxy.847, bukan papirus, melainkan satu lembar kulit, atau velum. Uncial ini berasal dari akhir abad III atau awal abad IV dan merupakan contoh awal uncial berikutnya. Uncial 0162 memuat Yohanes 2:11-22.

Uncial mengacu pada kodeks Alkitab yang ditulis pada abad III sampai X pada perkamen atau velum dengan huruf-huruf besar bulat. Ini merupakan salinan naskah paling awal berikutnya setelah papirus.

P.Oxy. = Oxyrhynchus Papyri, kumpulan ribuan fragmen papirus yang ditemukan di Mesir di Oxyrhynchus, dan memuat berbagai teks dalam enam bahasa atau lebih.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans



Papyrus Injil Sinoptik Yang Tertua

PAPYRUS INJlL SINOPTIK YANG TERTUA *

Salinan naskah Perjanjian Baru Yunani yang paling awal (bahasa asli yang digunakan dalam Perjanjian Baru) ditemukan dalam fragmen papirus (jamak papyri, sering disingkat menjadi p), sejenis kertas yang terbuat dari buluh yang tumbuh sepanjang Sungai Nil. Meski tidak semua, tetapi banyak teks Perjanjian Baru Yunani tetap bertahan dalam bentuk papyri.

Semua Perjanjian baru Yunani tetap bertahan dalam bentuk kodeks yang merupakan buku kuno yang biasanya terbuat dari lembaran-lembaran velum atau kulit binatang. Papyri Yunani tertua yang memuat leks Injil Sinoptik dicatat di bawah ini bersamaan dengan halaman atau fragmen Injil yang mereka muat.

1. Papirus 67 (P.Barcelona) 125-150 M

Matius 3:9,15; 5:20-22, 25-28

2. Papirus 103 (P.Oxy. 4403) 175-200 M

Matius 13:55-57; 14:3-5

3. Papirus 104 (P.Oxy.4404) 175-200 M

Matius 21:34-37, 43, 45 (?)

4. Papirus 77 (P.Oxy. 2683 + 4405) 175-200 M

Matius 23:30-39

5. Papirus 64 (P.Magdalen 17) 125-150 M

Matius 26:7-8,10,14-15,22-23,31-33

6. Papirus 4 (P.Paris 1120) 125-150 M

Lukas 1:58-59, 1:62-2:1; 2:6-7; 3:8-4:2;4:29-32, 34-35; 5:3-8

7. Papirus 75 (John Bodmer) sekitar 175 M

Lukas3:18-22;3:33-4:2;4:34-5:10;5:37-6:4;6:10-7:32;7:35-39,41-43;7:46-9:2;9:4-17:15;17:19-18:18; 22:4-24:53

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans

Merekayasa Yesus [Part II]

Bab 2 Titik Awal Yang Salah dan Metode Kritis yang Terlalu Kaku

Apakah Yesus Memahami Dirinya Sendiri Sebagai Mesias Israel

[Hal. 33 s.d 38 *]

Hal ini merupakan tren di kalangan penyelidik Alkitab (katakanlah, dalam dua ratus tahun terakhir) untuk meragukan bahwa Yesus memandang diri-Nya sendiri sebagai Mesias. Mereka berpendapat pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias muncul dari antara pengikutNya, yang adalah orang-orang Yahudi, sebagai dampak pemberitaan Paskah bahwa Yesus telah bangkit.

Keraguan di antara kelompok ini berlanjut terus sampai abad XX, terutama di kalangan sarjana Jerman. Paling banter, beberapa sarjana bersedia menerima pemahaman mesianik tentang diri sendiri secara implisit pada pihak Yesus, seperti terlihat, misalnya, dalam ungkapan Yesus yang mengandung otoritas, entah dalam perkataan atau tindakan. Namun, gambaran itu, telah berubah tahun-tahun terakhir ini. Terima kasih terutama untuk pemahaman tentang mesianisme Yahudi yang lebih baik pada zaman Yesus dan beberapa teks pada wilayah Laut Mati yang akhirnya diterbitkan tahun 1990.

Namun, sebelum melangkah lebih lanjut dalam diskusi ini, akan berguna jika kita mendefinisikan mesianisme. Kata mesias berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ”yang diurapi”. Dalam Perjanjian Lama, kata ini digunakan sebagai rujukan untuk tiga jabatan : imam yang diurapi, raja yang diurapi, dan nabi yang diurapi. Namun biasanya, ketika kita berbicara tentang mesianisme, kita merujuk pada ide tentang raja yang diurapi, yang biasanya dipahami sebagai keturunan Daud. Pada zaman Yesus, mesianisme berkaitan dengan harapan akan kedatangan keturunan Daud yang diurapi, yang akan memulihkan Israel. Gulungan Laut Mati telah memperkaya pemahaman kita tentang ide mesianik dalam zaman kuno.

Mungkin gulungan paling penting untuk mengerti pemahaman diri Yesus sendiri sebagai mesias adalah 4Q521 (yaitu, dokumen nomor 521, dari gua 4 Qumran). Satu bagian teks ini berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi ketika Mesias Allah muncul di panggung. Bagian yang relevan berbunyi :

[Sebab sor]ga dan bumi akan mendengarkan Mesiasnya [dan semua y]ang ada di dalamnya (Mzm 146:6) tidak akan berpaling dari perintah yang mahakudus. Kuatkanlah dirimu, hai kamu yang mencari Tuhan dalam pelayanan kepada-Nya. Tidakkah kamu akan menemukan Tuhan dalam hal ini, semua orang yang berharap dalam hati mereka ? Sebab Tuhan memperhatikan orang yang saleh dan memanggil orang-orang benar dengan namanya. Di atas orang-orang rendah hati, Roh-Nya berdiam (Yes 11:2), dan Ia memperbaharui orang-orang yang beriman dengan kekuatan-Nya. Sebab Ia akan menghormati orang yang saleh di atas takhta kerajaan-Nya yang kekal, membebaskan tawanan [Mzm 146:7], mencelikkan mata orang buta, membangkitkan orang-orang yang ter[tunduk] (Mzm 146:8). Dan untuk selama-l[ama]nya Ia akan memegang erat-erat orang yang berharap pada kasih setia-Nya dan buah dari [per]uatan baik tidak akan ditunda-tunda bagi setiap orang. Tuhan akan melakukan hal-hal mulia yang belum pernah dilakukan sebelumnya, seperti yang telah Ia katakan. Ia akan menyembuhkan orang-orang yang terluka parah; Ia akan menghidupkan orang yang mati (Yes 26:19); Ia akan memberikan khabar baik kepada orang yang tertindas (Yes 61:1); Ia akan memuaskan hasrat orang miskin (Mzm 132:15); Ia akan membimbing orang yang jatuh; Ia akan membuat kaya orang yang lapar (Mzm 107:9). (4Q521 frg.2, kolom 2, baris 1-13).

(Huruf miring menunjukkan kata-kata dan frase yang dikutip atau diungkapkan ulang dari Perjanjian Lama, dengan referensi diletakkan dalam kurung. Kata-kata dan huruf-huruf yang diletakkan dalam tanda kurung persegi merupakan pemulihan huruf yang rusak [artinya, pemulihan tersebut merupakan tebakan ahli].

Fragmen 4Q521 terdiri dari sejumlah frase yang diambil dari kitab Mazmur (terutama Mzm 146) dan Yesaya. Semua frase ini dipandang sebagai nubuat yang akan digenapi ketika ”Mesiasnya” (maksudnya, mesias Allah) menyatakan diri. Penulis gulungan fragmen ini pasti tercengang pada pandangan Mesias Allah yang agak ditinggikan. Surga, bumi dan semua yang ada di dalamnya ”akan mendengarkan” atau ”menaati” Mesias. Tawanan akan dibebaskan, mata orang buta akan dicelikkan, orang yang tertunduk akan dibangkitkan, orang yang terluka akan disembuhkan (mungkin mengacu pada peristiwa setelah perang besar antara ”anak-anak terang” melawan ”anak-anak kegelapan” yang akan terjadi), orang mati akan dihidupkan dan khabar baik akan disampaikan kepada orang miskin. Semua hal yang luar biasa ini akan terjadi ketika Mesias, orang yang diurapi Allah, menyatakan diriNya.

Hal yang membuat semua ini menarik untuk memahami Yesus adalah Ia mengatakan sesuatu yang mirip dengan ini ketika menjawab Yohanes Pembaptis yang sedang dipenjara dan merasa tawar hati. Yohanes bertanya kepada Yesus, ”Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain ?” (Mat 11:3). Yesus menjawab dengan pilihan kata dan frase-Nya sendiri dari nubuat :

Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, dan orang lumpuh berjalan [Yes 35:5-6], orang kusta menjadi tahir, dan orang tuli mendengar [Yes 35:5], dan orang mati dibangkitkan [Yes 26:19] dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik [Yes 61:1]. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. (Mat 11:4-6, tekanan ditambahkan).

Yang menarik, Yesus merujuk pada beberapa perikop dan frase yang sama seperti yang digunakan penulis 4Q521. Yesus memberi tahu Yohanes bahwa orang buta mendapatkan penglihatan kembali, orang mati dibangkitkan, dan orang miskin (tertindas) mendengar kabar baik. Implikasinya sangat jelas. Dengan menjawab pertanyaan Yohanes sedemikian, Yesus dengan jelas menyiratkan bahwa Ia sungguh-sungguh adalah Mesias Israel, sebab hal-hal ajaib yang dipandang akan terjadi ketika Mesias muncul sungguh-sungguh terjadi dalam pelayanan Yesus.

Di sisi lain, Gulungan Laut Mati juga membantu kita memahami dengan lebih akurat ide tentang mesias pada zaman Yesus dan ide mesianik khusus seperti diungkapkan dalam Perjanjian Baru. Misalnya, dalam pengumuman malaikat tentang kelahiran Yesus, Maria diberi tahu bahwa anaknya akan ”disebut Anak Yang Maha Tinggi” dan ”Anak Allah” (Luk 1:32, 35). Pada satu kesempatan, beberapa kritikus berpendapat ide bahwa Mesias akan disebut ”Anak Allah” mencerminkan pengaruh Yunani-Romawi pada kekristnenan mula-mula (dimana Kaisra Romawi disebut ”anak Allah” dan hal semacam itu). Namun, tokoh penyelamat yang dinanti-nantikan dalam 4Q246, teks Aram yang berasal dari abad pertama SM, disebut ”Anak yang Maha Tinggi” dan ”Anak Allah”. Ide ini bagaimanapun asli berasal dari Palestina.

Setelah baptisanNya, Yesus diberitahu oleh suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk 1:11). Kutipan Mazmur 2:7 terlihat jelas: ”Anak-Ku engkau ! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Meskipun bagian sebelumnya dalam Mazmur 2 menunjukkan dengan jelas bahwa ucapan yang terkenal ini merujuk pada Mesias Tuhan (lihat ayat 2), beberapa ahli tidak yakin apakah mazmur ini dipahami dalam pengertian mesianik pada zaman Yesus. Salah satu gulungan Peraturan dari Qumran menunjukkan bahwa memang demikian halnya. Menurut IQSa, Mesias akan datang, ”ketika Allah memperanakkan Dia” (2:11-12).

Semua ini menunjukkan kepada kita pentingnya posisi mesianisme Yesus berakar pada ide mesianik yang populer pada zaman itu. Namun, yang lebih penting, paralelisme yang jelas antara 4Q521 dan jawaban Yesus kepada Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa Yesus jelas memahami pelayananNya dalam pengertian mesianik.

Berkaitan dengan pertanyaan apa dampak yang ditimbulkan oleh pemberitaan Paskah, tidak diragukan bahwa melihat kebangkitanNya telah meningkatkan derajat Yesus dalam pikiran para pengikutNya. Namun, tidak ada orang Yahudi kuno yang mengharapkan bahwa Mesias akan mati dan dibangkitkan. Sebab itu, kematian dan kebangkitan bukan merupakan pola mesianik. Jika Yesus tidak mendorong murid-murid untuk memikirkan tentang Dia dalam pengertian mesianik, saya sangat ragu-ragu bahwa penemuan kubur yang kosong dan penampakan kebangkitan yang menarik itu pada dirinya sendiri akan menuntun murid-murid untuk memikirkan Yesus sebagai Mesias Israel. Jika tidak ada muatan mesianik dalam ajaran dan aktivitas Yesus sebelum Paskah, sangat diragukan bahwa akan ada hal itu setelah Paskah. Penjelasan yang terbaik untuk data itu adalah bahwa Yesus sungguh-sungguh dipahami sebagai Mesias sebelum Paskah dan bahwa Paskah semakin meneguhkan pemahaman ini dalam pikiran dan iman para murid.

Akhirnya, seringnya referensi Yesus tentang diri-Nya sebagai ”Anak Manusia” juga merupakan indikasi lainnya tentang pemahamanNya sendiri sebagai mesias. Memang benar, tidak ada bukti jelas bahwa ”Anak Manusia” pada zaman Yesus dipahami sebagai gelar Mesias. Namun dengan menyebut diriNya sendiri ”Anak Manusia”, Yesus menyinggung tokoh rahasia anak manusia dalam Daniel 7. Tokoh ini mendekati Allah (“Yang Lanjut Usianya”) dan menerima kekuasaan dan otoritas kerajaan (atau hal menjadi raja). Bahwa Yesus memahami diriNya sendiri sebagai tokoh ini mendukung poin yang telah dinyatakan – Yesus sungguh-sungguh memahami diriNya sendiri sebagai Mesias Israel. Identitas Mesianik Yesus bukanlah sebagai penemuan orang Kristen setelah Paskah.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans

Merekayasa Yesus [Part I]

Trinitarian Vs Unitarian


Tema kali kita mengangkat masalah keragu-raguan orang-orang terhadap kebenaran Injil. Bahkan ada diantara mereka yang menolak ke-ilahi-an Yesus, akibat sekedar memperlakukan teks injil secara sembrono. Alih-alih sebuah kajian biblis yang ilmiah namun akhirnya mereka justru terperangkap dalam rasionalisme yang sempit hingga akhirnya jatuh dalam pelukan agnotik/gnostik. Terpesona oleh sumber-sumber yang meragukan maka sekte Unitarian, saksi Yehowa dan sejenisnya merupakan metamorfosis dari “homoseksualitas” teologi yang menitikberatkan pada paham “ketunggalan”. Mereka menjalankan evangelisasi ala “teletabbies”. Mereka menafikan sama sekali dimensi Misteri Tritunggal dan menjungkirbalikkan fakta alkitabiah sesuai logika sempit mereka. Biarkanlah Misteri tetap menjadi misteri. Apabila misteri berubah menjadi mastery [penguasaan] maka Allah bukan lagi Allah. Oleh sebab itu, mereka mencoba menguras “samudera raya” kekayaan misteri Allah. Alangkah bodohnya !

Begitu naifnya mereka, apabila diumpamakan seorang WNI yang tidak mau mengakui bahwa ideologi Indonesia bukanlah Pancasila seperti yang telah digariskan oleh founding fathers kita seperti Soekarno, Muhamad Hatta, Syahrir, Agus Salim dan Bapak-bapak sidang PPKI. Maka mereka setali tiga uang, hidup terpaut waktu 2.000 tahun lebih dari kehidupan jasmani Sang Logos namun ingin meluruskan apa yang telah dinyatakan oleh para Rasul dan Konsili-konsili Kudus ? Oh Tuhan, kasihanilah mereka sama seperti Engkau telah mengasihani kami.

Tulisan dikutip dari Sarjana Biblis Craig Evans sbb :

Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan

Bab.1 Iman Yang Salah Tempat dan Kecurigaan Yang Salah Sasaran

[Hal 1 s.d hal.5 *]

Tahun-tahun terakhir ini, beberapa buku telah muncul, ditulis oleh para ahli yang pada satu waktu hidup mereka memandang diri mereka sebagai orang-orang Kristen tradisional bahkan konservatif, tetapi dikemudian waktu menggambarkan diri mereka sendiri sangat menentang kekristenan atau bahkan agnostik, terutama berkaitan dengan gambaran tradisional Yesus dan Injil-injil yang dapat dipercaya secara historis. Satu atau dua dari mereka tidak lagi yakin Yesus sebenarnya pernah hidup atau tidak.

Kesan saya, mayoritas sarjana Alkitab, ahli arkeologi dan ahli sejarah yang memulai sebagai orang percaya Kristen terus bertahan dalam iman Kristennya dan terlibat aktif di gereja. Pandangan mereka tentang isu ini atau itu mungkin berubah pada saat mereka melakukan penyelidikan; kebanyakan dari kami yang memasuki dunia riset Alkitab sudah tidak terlalu kaku lagi dan lebih terbuka terhadap sudut pandang baru. Namun, mengapa beberapa ahli meninggalkan iman mereka dan menjadi begitu bermusuhan terhadap orang percaya ? Tentu saja, media populer senang mengeksploitasi dan melakukan sensasi kisah-kisah yang “diperkenalkan kepada masyarakat” ini.

Sebagian besar problem dimulai dengan kekristenan Protestan konservatif sendiri, terutama keberagaman kekristenan di Barat. Karena kontroversi tersebut, seperti pertikaian modernis-fundamentalis pada akhir abad XIX dan awal abad XX, terbentuk batas yang jelas dan tersusun pernyataan (atau pengakuan) iman yang terperinci. Pernyataan ini kadang-kadang berfungsi sebagai indiktor siapa saja yang ada di dalam dan siapa saja saja yang ada di luar kelompok mereka. Pelajari dan setujui pernyataan itu, semua akan beres. Jika anda menolak, berarti anda berada di luar kelompok mereka. Sesungguhnya, beberapa pernyataan itu ditempatkan lebih tinggi dari Alkitab itu sendiri.

Tidak mengherankan jika reaksi negatif muncul terhadap kekakuan semacam ini. Riset Alkitab yang teliti yang membahas pertanyaan-pertanyaan serius seperti siapa yang menulis kitab-kitab dalam Alkitab, dalam kondisi bagaimana, dengan tujuan apa, berkaitan dengan isu historis apa, seberapa akurat informasi tersebut – tentu saja bekerja bertentangan dengan fundamentalisme yang kaku. Tujuan saya di sini bukan untuk membahas pertanyaan yang lebih besar ini, tetapi hal ini perlu saya singgung karena saya berpikir hal itu memainkan peranan penting mengapa beberapa sarjana dan pendeta mengalami krisis iman dan melakukan perubahan radikal.

Ketika berbicara tentang siapa Yesus, apologet Kristen populer sering mengacu pada tiga pilihan yang diusulkan C.S Lewis setengah abad lalu: Yesus adalah seorang pembohong, orang gila atau Tuhan (liar, lunatic atau Lord). Rujukan tersebut bagus untuk menghasilkan persamaan bunyi dan mungkin bagus untuk menghasilkan retorika, tetapi itu merupakan logika yang salah. Tanpa kualifikasi lebih lanjut, orang yang berpaut pada baris argumen ini melakukan kesalahan meniadakan pilihan tengah, yaitu mereka mengabaikan alternatif lain yang mencolok. Paling tidak ada dua alternatif lain yang mungkin; keduanya berkaitan dengan bagaimana Alkitab dipahami, dan kedua-duanya muncul dalam buku-buku yang dikritik Merekayasa Yesus.

Alternatif keempat adalah bahwa Yesus bukan pembohong, orang gila atau Tuhan (dalam pengertian ortodoks, tradisional); Ia adalah sesuatu yang lain. Ia mungkin adalah mesias Israel, hamba Tuhan dan mungkin nabi terbesar yang pernah hidup. Ia bahkan bisa disebut sebagai anak Allah, tetapi bukan dalam pengertian Trinitarian, di mana Yesus dipandang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Sejauh yang kita ketahui, kurang lebih dengan pandangan kekristenan Ebionit, satu bentuk kekristenan Yahudi yang muncul pada abad kedua dan akhirnya menghilang pada abad kelima. Penganut Ebionit memiliki satu versi Injil Matius atau lebih yang sudah diedit, yang cenderung meninggikan status hukum Taurat dan meminimalkan sifat ilahi Yesus. Mereka percaya bahwa dalam pengertian itu, Raja Daud bisa disebut ”anak” Allah (seperti dalam Mzm 2:7), Yesus juga dapat disebut sebagai anak Allah. Namun penganut Ebionit tidak percaya pada apa yang disebut para teolog ”Kristologi tinggi” – pandangan bahwa Yesus sangat dekat dengan pandangan dua sarjana yang akan dibahas dalam bab ini.

Alternatif kelima adalah bahwa kita sungguh-sungguh tidak tahu siapakah Yesus, apa yang sesungguhnya Ia katakan dan lakukan, apa yang Ia pikirkan tentang diri-Nya sendiri, atau apa yang dipikirkan pengikutNya tentang Dia, karena Injil Perjanjian Baru dan sumber lain yang kita miliki tidak dapat dipercaya. Injil Perjanjian Baru mungkin menggambarkan Yesus sebagai Mesias Israel dan sebagai Anak Allah, tetapi seperti yang kita semua ketahui, itu hanyalah teologi orang Kristen yang hidup pada paruh kedua abad pertama, orang-orang Kristen yang tidak pernah bertemu Yesus dan tidak pernah mendengar Dia mengajar. Bentuk keraguan itu kadang-kadang melangkah lebih dalam, dan berpendapat bahwa Injil asli bukan hanya tidak dapat dipercaya dan bukan sejarah, kita tidak yakin apakah naskah yang kita miliki saat ini mencerminkan Injil dalam bentuk asli mereka secara akurat atau tidak. Ini adalah pandangan sekelompok sarjana lainnya yang akan kita bahas dalam bab ini.

Ketika membaca beberapa buku radikal lain tentang Yesus, saya menemukan bahwa hilangnya keyakinan terhadap keandalan historis Injil-injil Perjanjian Baru terjadi karena iman yang salah tempat dan kecurigaan yang salah sasaran. Yang saya maksud dengan iman yang salah tempat adalah iman pada hal yang salah, seperti mempercayai bahwa Alkitab pasti tidak bisa salah menurut standar idiosinkratik yang ketat dan bahwa kita harus mampu mengharmoniskan keempat injil. Jika iman kita bergantung pada ide ini, terutama dalam pengertian yang kaku, riset ilmiah bisa menuntun pada keruntuhan iman.

Yang saya maksud dengan kecurigaan yang salah sasaran adalah asumsi yang tidak masuk akal bahwa orang sezaman Yesus (maksud-nya, generasi pertama gerakan-Nya) tidak mampu mengingat atau tidak tertarik untuk mengingat dengan akurat apa yang dikatakan dan diperbuat Yesus, dan untuk mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Maksudnya adalah kritisisme yang tinggi yang terlalu umum di kalangan para ahli dan tampaknya muncul karena kita mengacaukan kritisisme dengan skeptisisme- maksudnya, berpikir bahwa makin besar keraguan seseorang, ia akan makin kritis. Skeptisisme radikal tidak lebih kritis daripada sikap terlalu mudah percaya.

Kita bisa melihat bagaimana cara pandang ini melihat secara singkat pada karya empat sarjana yang pandangan kristennya dulu cukup konservatif dan kurang lebih Injili. Kedua sarjana pertama saya sebut ”skeptis golongan lama” dan dua sarjana saya sebut ”skeptis golongan baru”. Dua sarjana pertama memilih sesuatu yang mendekati alternatif keempat yang sudah saya sebutkan secara garis besar di atas; dua yang lain memilih alternatif kelima.

Saya memilih keempat sarjana ini karena mereka membahas pandangan dan perjalanan iman, terutama berkaitan dengan pemahaman mereka tentang Yesus dan Injil. Saya bisa saja membahas sejumlah sarjana lain, tetapi tidak melakukannya karena mereka tidak mempublikasikan pandangan mereka.

Saya juga ingin memperjelas bahwa saya tidak mengkritik sarjana ini karena posisi yang mereka pilih. Perjalanan pribadi mereka merupakan urusan mereka sendiri. Saya mengutip dan membahas komentar mereka karena saya kira menggambarkan isu yang sedang kita bahas dalam bab ini, satu isu yang mendasari banyak problem dan kontroversi yang akan dibahas pada bab berikutnya. Meskipun demikian, saya bersikap kritis terhadap beberapa kesimpulan yang mereka hasilkan.

Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans


♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...