Senin, 01 September 2008

Merekayasa Yesus [Part II]

Bab 2 Titik Awal Yang Salah dan Metode Kritis yang Terlalu Kaku

Apakah Yesus Memahami Dirinya Sendiri Sebagai Mesias Israel

[Hal. 33 s.d 38 *]

Hal ini merupakan tren di kalangan penyelidik Alkitab (katakanlah, dalam dua ratus tahun terakhir) untuk meragukan bahwa Yesus memandang diri-Nya sendiri sebagai Mesias. Mereka berpendapat pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias muncul dari antara pengikutNya, yang adalah orang-orang Yahudi, sebagai dampak pemberitaan Paskah bahwa Yesus telah bangkit.

Keraguan di antara kelompok ini berlanjut terus sampai abad XX, terutama di kalangan sarjana Jerman. Paling banter, beberapa sarjana bersedia menerima pemahaman mesianik tentang diri sendiri secara implisit pada pihak Yesus, seperti terlihat, misalnya, dalam ungkapan Yesus yang mengandung otoritas, entah dalam perkataan atau tindakan. Namun, gambaran itu, telah berubah tahun-tahun terakhir ini. Terima kasih terutama untuk pemahaman tentang mesianisme Yahudi yang lebih baik pada zaman Yesus dan beberapa teks pada wilayah Laut Mati yang akhirnya diterbitkan tahun 1990.

Namun, sebelum melangkah lebih lanjut dalam diskusi ini, akan berguna jika kita mendefinisikan mesianisme. Kata mesias berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ”yang diurapi”. Dalam Perjanjian Lama, kata ini digunakan sebagai rujukan untuk tiga jabatan : imam yang diurapi, raja yang diurapi, dan nabi yang diurapi. Namun biasanya, ketika kita berbicara tentang mesianisme, kita merujuk pada ide tentang raja yang diurapi, yang biasanya dipahami sebagai keturunan Daud. Pada zaman Yesus, mesianisme berkaitan dengan harapan akan kedatangan keturunan Daud yang diurapi, yang akan memulihkan Israel. Gulungan Laut Mati telah memperkaya pemahaman kita tentang ide mesianik dalam zaman kuno.

Mungkin gulungan paling penting untuk mengerti pemahaman diri Yesus sendiri sebagai mesias adalah 4Q521 (yaitu, dokumen nomor 521, dari gua 4 Qumran). Satu bagian teks ini berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi ketika Mesias Allah muncul di panggung. Bagian yang relevan berbunyi :

[Sebab sor]ga dan bumi akan mendengarkan Mesiasnya [dan semua y]ang ada di dalamnya (Mzm 146:6) tidak akan berpaling dari perintah yang mahakudus. Kuatkanlah dirimu, hai kamu yang mencari Tuhan dalam pelayanan kepada-Nya. Tidakkah kamu akan menemukan Tuhan dalam hal ini, semua orang yang berharap dalam hati mereka ? Sebab Tuhan memperhatikan orang yang saleh dan memanggil orang-orang benar dengan namanya. Di atas orang-orang rendah hati, Roh-Nya berdiam (Yes 11:2), dan Ia memperbaharui orang-orang yang beriman dengan kekuatan-Nya. Sebab Ia akan menghormati orang yang saleh di atas takhta kerajaan-Nya yang kekal, membebaskan tawanan [Mzm 146:7], mencelikkan mata orang buta, membangkitkan orang-orang yang ter[tunduk] (Mzm 146:8). Dan untuk selama-l[ama]nya Ia akan memegang erat-erat orang yang berharap pada kasih setia-Nya dan buah dari [per]uatan baik tidak akan ditunda-tunda bagi setiap orang. Tuhan akan melakukan hal-hal mulia yang belum pernah dilakukan sebelumnya, seperti yang telah Ia katakan. Ia akan menyembuhkan orang-orang yang terluka parah; Ia akan menghidupkan orang yang mati (Yes 26:19); Ia akan memberikan khabar baik kepada orang yang tertindas (Yes 61:1); Ia akan memuaskan hasrat orang miskin (Mzm 132:15); Ia akan membimbing orang yang jatuh; Ia akan membuat kaya orang yang lapar (Mzm 107:9). (4Q521 frg.2, kolom 2, baris 1-13).

(Huruf miring menunjukkan kata-kata dan frase yang dikutip atau diungkapkan ulang dari Perjanjian Lama, dengan referensi diletakkan dalam kurung. Kata-kata dan huruf-huruf yang diletakkan dalam tanda kurung persegi merupakan pemulihan huruf yang rusak [artinya, pemulihan tersebut merupakan tebakan ahli].

Fragmen 4Q521 terdiri dari sejumlah frase yang diambil dari kitab Mazmur (terutama Mzm 146) dan Yesaya. Semua frase ini dipandang sebagai nubuat yang akan digenapi ketika ”Mesiasnya” (maksudnya, mesias Allah) menyatakan diri. Penulis gulungan fragmen ini pasti tercengang pada pandangan Mesias Allah yang agak ditinggikan. Surga, bumi dan semua yang ada di dalamnya ”akan mendengarkan” atau ”menaati” Mesias. Tawanan akan dibebaskan, mata orang buta akan dicelikkan, orang yang tertunduk akan dibangkitkan, orang yang terluka akan disembuhkan (mungkin mengacu pada peristiwa setelah perang besar antara ”anak-anak terang” melawan ”anak-anak kegelapan” yang akan terjadi), orang mati akan dihidupkan dan khabar baik akan disampaikan kepada orang miskin. Semua hal yang luar biasa ini akan terjadi ketika Mesias, orang yang diurapi Allah, menyatakan diriNya.

Hal yang membuat semua ini menarik untuk memahami Yesus adalah Ia mengatakan sesuatu yang mirip dengan ini ketika menjawab Yohanes Pembaptis yang sedang dipenjara dan merasa tawar hati. Yohanes bertanya kepada Yesus, ”Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain ?” (Mat 11:3). Yesus menjawab dengan pilihan kata dan frase-Nya sendiri dari nubuat :

Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, dan orang lumpuh berjalan [Yes 35:5-6], orang kusta menjadi tahir, dan orang tuli mendengar [Yes 35:5], dan orang mati dibangkitkan [Yes 26:19] dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik [Yes 61:1]. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. (Mat 11:4-6, tekanan ditambahkan).

Yang menarik, Yesus merujuk pada beberapa perikop dan frase yang sama seperti yang digunakan penulis 4Q521. Yesus memberi tahu Yohanes bahwa orang buta mendapatkan penglihatan kembali, orang mati dibangkitkan, dan orang miskin (tertindas) mendengar kabar baik. Implikasinya sangat jelas. Dengan menjawab pertanyaan Yohanes sedemikian, Yesus dengan jelas menyiratkan bahwa Ia sungguh-sungguh adalah Mesias Israel, sebab hal-hal ajaib yang dipandang akan terjadi ketika Mesias muncul sungguh-sungguh terjadi dalam pelayanan Yesus.

Di sisi lain, Gulungan Laut Mati juga membantu kita memahami dengan lebih akurat ide tentang mesias pada zaman Yesus dan ide mesianik khusus seperti diungkapkan dalam Perjanjian Baru. Misalnya, dalam pengumuman malaikat tentang kelahiran Yesus, Maria diberi tahu bahwa anaknya akan ”disebut Anak Yang Maha Tinggi” dan ”Anak Allah” (Luk 1:32, 35). Pada satu kesempatan, beberapa kritikus berpendapat ide bahwa Mesias akan disebut ”Anak Allah” mencerminkan pengaruh Yunani-Romawi pada kekristnenan mula-mula (dimana Kaisra Romawi disebut ”anak Allah” dan hal semacam itu). Namun, tokoh penyelamat yang dinanti-nantikan dalam 4Q246, teks Aram yang berasal dari abad pertama SM, disebut ”Anak yang Maha Tinggi” dan ”Anak Allah”. Ide ini bagaimanapun asli berasal dari Palestina.

Setelah baptisanNya, Yesus diberitahu oleh suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk 1:11). Kutipan Mazmur 2:7 terlihat jelas: ”Anak-Ku engkau ! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Meskipun bagian sebelumnya dalam Mazmur 2 menunjukkan dengan jelas bahwa ucapan yang terkenal ini merujuk pada Mesias Tuhan (lihat ayat 2), beberapa ahli tidak yakin apakah mazmur ini dipahami dalam pengertian mesianik pada zaman Yesus. Salah satu gulungan Peraturan dari Qumran menunjukkan bahwa memang demikian halnya. Menurut IQSa, Mesias akan datang, ”ketika Allah memperanakkan Dia” (2:11-12).

Semua ini menunjukkan kepada kita pentingnya posisi mesianisme Yesus berakar pada ide mesianik yang populer pada zaman itu. Namun, yang lebih penting, paralelisme yang jelas antara 4Q521 dan jawaban Yesus kepada Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa Yesus jelas memahami pelayananNya dalam pengertian mesianik.

Berkaitan dengan pertanyaan apa dampak yang ditimbulkan oleh pemberitaan Paskah, tidak diragukan bahwa melihat kebangkitanNya telah meningkatkan derajat Yesus dalam pikiran para pengikutNya. Namun, tidak ada orang Yahudi kuno yang mengharapkan bahwa Mesias akan mati dan dibangkitkan. Sebab itu, kematian dan kebangkitan bukan merupakan pola mesianik. Jika Yesus tidak mendorong murid-murid untuk memikirkan tentang Dia dalam pengertian mesianik, saya sangat ragu-ragu bahwa penemuan kubur yang kosong dan penampakan kebangkitan yang menarik itu pada dirinya sendiri akan menuntun murid-murid untuk memikirkan Yesus sebagai Mesias Israel. Jika tidak ada muatan mesianik dalam ajaran dan aktivitas Yesus sebelum Paskah, sangat diragukan bahwa akan ada hal itu setelah Paskah. Penjelasan yang terbaik untuk data itu adalah bahwa Yesus sungguh-sungguh dipahami sebagai Mesias sebelum Paskah dan bahwa Paskah semakin meneguhkan pemahaman ini dalam pikiran dan iman para murid.

Akhirnya, seringnya referensi Yesus tentang diri-Nya sebagai ”Anak Manusia” juga merupakan indikasi lainnya tentang pemahamanNya sendiri sebagai mesias. Memang benar, tidak ada bukti jelas bahwa ”Anak Manusia” pada zaman Yesus dipahami sebagai gelar Mesias. Namun dengan menyebut diriNya sendiri ”Anak Manusia”, Yesus menyinggung tokoh rahasia anak manusia dalam Daniel 7. Tokoh ini mendekati Allah (“Yang Lanjut Usianya”) dan menerima kekuasaan dan otoritas kerajaan (atau hal menjadi raja). Bahwa Yesus memahami diriNya sendiri sebagai tokoh ini mendukung poin yang telah dinyatakan – Yesus sungguh-sungguh memahami diriNya sendiri sebagai Mesias Israel. Identitas Mesianik Yesus bukanlah sebagai penemuan orang Kristen setelah Paskah.

* Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans

Merekayasa Yesus [Part I]

Trinitarian Vs Unitarian


Tema kali kita mengangkat masalah keragu-raguan orang-orang terhadap kebenaran Injil. Bahkan ada diantara mereka yang menolak ke-ilahi-an Yesus, akibat sekedar memperlakukan teks injil secara sembrono. Alih-alih sebuah kajian biblis yang ilmiah namun akhirnya mereka justru terperangkap dalam rasionalisme yang sempit hingga akhirnya jatuh dalam pelukan agnotik/gnostik. Terpesona oleh sumber-sumber yang meragukan maka sekte Unitarian, saksi Yehowa dan sejenisnya merupakan metamorfosis dari “homoseksualitas” teologi yang menitikberatkan pada paham “ketunggalan”. Mereka menjalankan evangelisasi ala “teletabbies”. Mereka menafikan sama sekali dimensi Misteri Tritunggal dan menjungkirbalikkan fakta alkitabiah sesuai logika sempit mereka. Biarkanlah Misteri tetap menjadi misteri. Apabila misteri berubah menjadi mastery [penguasaan] maka Allah bukan lagi Allah. Oleh sebab itu, mereka mencoba menguras “samudera raya” kekayaan misteri Allah. Alangkah bodohnya !

Begitu naifnya mereka, apabila diumpamakan seorang WNI yang tidak mau mengakui bahwa ideologi Indonesia bukanlah Pancasila seperti yang telah digariskan oleh founding fathers kita seperti Soekarno, Muhamad Hatta, Syahrir, Agus Salim dan Bapak-bapak sidang PPKI. Maka mereka setali tiga uang, hidup terpaut waktu 2.000 tahun lebih dari kehidupan jasmani Sang Logos namun ingin meluruskan apa yang telah dinyatakan oleh para Rasul dan Konsili-konsili Kudus ? Oh Tuhan, kasihanilah mereka sama seperti Engkau telah mengasihani kami.

Tulisan dikutip dari Sarjana Biblis Craig Evans sbb :

Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan

Bab.1 Iman Yang Salah Tempat dan Kecurigaan Yang Salah Sasaran

[Hal 1 s.d hal.5 *]

Tahun-tahun terakhir ini, beberapa buku telah muncul, ditulis oleh para ahli yang pada satu waktu hidup mereka memandang diri mereka sebagai orang-orang Kristen tradisional bahkan konservatif, tetapi dikemudian waktu menggambarkan diri mereka sendiri sangat menentang kekristenan atau bahkan agnostik, terutama berkaitan dengan gambaran tradisional Yesus dan Injil-injil yang dapat dipercaya secara historis. Satu atau dua dari mereka tidak lagi yakin Yesus sebenarnya pernah hidup atau tidak.

Kesan saya, mayoritas sarjana Alkitab, ahli arkeologi dan ahli sejarah yang memulai sebagai orang percaya Kristen terus bertahan dalam iman Kristennya dan terlibat aktif di gereja. Pandangan mereka tentang isu ini atau itu mungkin berubah pada saat mereka melakukan penyelidikan; kebanyakan dari kami yang memasuki dunia riset Alkitab sudah tidak terlalu kaku lagi dan lebih terbuka terhadap sudut pandang baru. Namun, mengapa beberapa ahli meninggalkan iman mereka dan menjadi begitu bermusuhan terhadap orang percaya ? Tentu saja, media populer senang mengeksploitasi dan melakukan sensasi kisah-kisah yang “diperkenalkan kepada masyarakat” ini.

Sebagian besar problem dimulai dengan kekristenan Protestan konservatif sendiri, terutama keberagaman kekristenan di Barat. Karena kontroversi tersebut, seperti pertikaian modernis-fundamentalis pada akhir abad XIX dan awal abad XX, terbentuk batas yang jelas dan tersusun pernyataan (atau pengakuan) iman yang terperinci. Pernyataan ini kadang-kadang berfungsi sebagai indiktor siapa saja yang ada di dalam dan siapa saja saja yang ada di luar kelompok mereka. Pelajari dan setujui pernyataan itu, semua akan beres. Jika anda menolak, berarti anda berada di luar kelompok mereka. Sesungguhnya, beberapa pernyataan itu ditempatkan lebih tinggi dari Alkitab itu sendiri.

Tidak mengherankan jika reaksi negatif muncul terhadap kekakuan semacam ini. Riset Alkitab yang teliti yang membahas pertanyaan-pertanyaan serius seperti siapa yang menulis kitab-kitab dalam Alkitab, dalam kondisi bagaimana, dengan tujuan apa, berkaitan dengan isu historis apa, seberapa akurat informasi tersebut – tentu saja bekerja bertentangan dengan fundamentalisme yang kaku. Tujuan saya di sini bukan untuk membahas pertanyaan yang lebih besar ini, tetapi hal ini perlu saya singgung karena saya berpikir hal itu memainkan peranan penting mengapa beberapa sarjana dan pendeta mengalami krisis iman dan melakukan perubahan radikal.

Ketika berbicara tentang siapa Yesus, apologet Kristen populer sering mengacu pada tiga pilihan yang diusulkan C.S Lewis setengah abad lalu: Yesus adalah seorang pembohong, orang gila atau Tuhan (liar, lunatic atau Lord). Rujukan tersebut bagus untuk menghasilkan persamaan bunyi dan mungkin bagus untuk menghasilkan retorika, tetapi itu merupakan logika yang salah. Tanpa kualifikasi lebih lanjut, orang yang berpaut pada baris argumen ini melakukan kesalahan meniadakan pilihan tengah, yaitu mereka mengabaikan alternatif lain yang mencolok. Paling tidak ada dua alternatif lain yang mungkin; keduanya berkaitan dengan bagaimana Alkitab dipahami, dan kedua-duanya muncul dalam buku-buku yang dikritik Merekayasa Yesus.

Alternatif keempat adalah bahwa Yesus bukan pembohong, orang gila atau Tuhan (dalam pengertian ortodoks, tradisional); Ia adalah sesuatu yang lain. Ia mungkin adalah mesias Israel, hamba Tuhan dan mungkin nabi terbesar yang pernah hidup. Ia bahkan bisa disebut sebagai anak Allah, tetapi bukan dalam pengertian Trinitarian, di mana Yesus dipandang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Sejauh yang kita ketahui, kurang lebih dengan pandangan kekristenan Ebionit, satu bentuk kekristenan Yahudi yang muncul pada abad kedua dan akhirnya menghilang pada abad kelima. Penganut Ebionit memiliki satu versi Injil Matius atau lebih yang sudah diedit, yang cenderung meninggikan status hukum Taurat dan meminimalkan sifat ilahi Yesus. Mereka percaya bahwa dalam pengertian itu, Raja Daud bisa disebut ”anak” Allah (seperti dalam Mzm 2:7), Yesus juga dapat disebut sebagai anak Allah. Namun penganut Ebionit tidak percaya pada apa yang disebut para teolog ”Kristologi tinggi” – pandangan bahwa Yesus sangat dekat dengan pandangan dua sarjana yang akan dibahas dalam bab ini.

Alternatif kelima adalah bahwa kita sungguh-sungguh tidak tahu siapakah Yesus, apa yang sesungguhnya Ia katakan dan lakukan, apa yang Ia pikirkan tentang diri-Nya sendiri, atau apa yang dipikirkan pengikutNya tentang Dia, karena Injil Perjanjian Baru dan sumber lain yang kita miliki tidak dapat dipercaya. Injil Perjanjian Baru mungkin menggambarkan Yesus sebagai Mesias Israel dan sebagai Anak Allah, tetapi seperti yang kita semua ketahui, itu hanyalah teologi orang Kristen yang hidup pada paruh kedua abad pertama, orang-orang Kristen yang tidak pernah bertemu Yesus dan tidak pernah mendengar Dia mengajar. Bentuk keraguan itu kadang-kadang melangkah lebih dalam, dan berpendapat bahwa Injil asli bukan hanya tidak dapat dipercaya dan bukan sejarah, kita tidak yakin apakah naskah yang kita miliki saat ini mencerminkan Injil dalam bentuk asli mereka secara akurat atau tidak. Ini adalah pandangan sekelompok sarjana lainnya yang akan kita bahas dalam bab ini.

Ketika membaca beberapa buku radikal lain tentang Yesus, saya menemukan bahwa hilangnya keyakinan terhadap keandalan historis Injil-injil Perjanjian Baru terjadi karena iman yang salah tempat dan kecurigaan yang salah sasaran. Yang saya maksud dengan iman yang salah tempat adalah iman pada hal yang salah, seperti mempercayai bahwa Alkitab pasti tidak bisa salah menurut standar idiosinkratik yang ketat dan bahwa kita harus mampu mengharmoniskan keempat injil. Jika iman kita bergantung pada ide ini, terutama dalam pengertian yang kaku, riset ilmiah bisa menuntun pada keruntuhan iman.

Yang saya maksud dengan kecurigaan yang salah sasaran adalah asumsi yang tidak masuk akal bahwa orang sezaman Yesus (maksud-nya, generasi pertama gerakan-Nya) tidak mampu mengingat atau tidak tertarik untuk mengingat dengan akurat apa yang dikatakan dan diperbuat Yesus, dan untuk mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Maksudnya adalah kritisisme yang tinggi yang terlalu umum di kalangan para ahli dan tampaknya muncul karena kita mengacaukan kritisisme dengan skeptisisme- maksudnya, berpikir bahwa makin besar keraguan seseorang, ia akan makin kritis. Skeptisisme radikal tidak lebih kritis daripada sikap terlalu mudah percaya.

Kita bisa melihat bagaimana cara pandang ini melihat secara singkat pada karya empat sarjana yang pandangan kristennya dulu cukup konservatif dan kurang lebih Injili. Kedua sarjana pertama saya sebut ”skeptis golongan lama” dan dua sarjana saya sebut ”skeptis golongan baru”. Dua sarjana pertama memilih sesuatu yang mendekati alternatif keempat yang sudah saya sebutkan secara garis besar di atas; dua yang lain memilih alternatif kelima.

Saya memilih keempat sarjana ini karena mereka membahas pandangan dan perjalanan iman, terutama berkaitan dengan pemahaman mereka tentang Yesus dan Injil. Saya bisa saja membahas sejumlah sarjana lain, tetapi tidak melakukannya karena mereka tidak mempublikasikan pandangan mereka.

Saya juga ingin memperjelas bahwa saya tidak mengkritik sarjana ini karena posisi yang mereka pilih. Perjalanan pribadi mereka merupakan urusan mereka sendiri. Saya mengutip dan membahas komentar mereka karena saya kira menggambarkan isu yang sedang kita bahas dalam bab ini, satu isu yang mendasari banyak problem dan kontroversi yang akan dibahas pada bab berikutnya. Meskipun demikian, saya bersikap kritis terhadap beberapa kesimpulan yang mereka hasilkan.

Sumber : Merekayasa Yesus – Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan Modern, Terjemahan Indonesia oleh Penerbit Andi tahun 2007, Judul asli : Fabricating Jesus 2005 By Craig Evans


Jumat, 27 Juni 2008

Menghitung Tanggal Paskah Orthodox

Dear Rekan-rekan Terkasih,
Mengapa tanggal Paskah Gereja Barat dan Timur berbeda ? Ternyata ini jawabannya :

Cara Menghitung Tanggal Paskah Orthodox [Menggunakan Kalender Julian]


Sisa Hasil Bagi Tahun Dengan 28

9

15

4

10

5

11

6

17

1

7

2

13

3

8

20

26

21

27

16

22

23

0

12

18

24

19

14

25

1

13

12

11

10

9

8

14

2

27

3

2

1

30

23

28

3

20

19

18

17

16

22

21

4

6

5

11

10

9

8

7

5

27

26

25

24

30

29

28

6

13

19

18

17

16

15

14

7

4

3

2

8

7

6

5

8

27

26

25

24

23

22

21

9

13

12

11

10

16

15

14

10

4

3

2

1

30

29

5

11

20

19

18

24

23

22

21

12

13

12

11

10

9

8

7

13

27

26

2

1

30

29

28

14

20

19

18

17

16

15

21

15

6

5

4

10

9

8

7

16

27

26

25

24

23

29

28

17

13

12

18

17

16

25

14

18

4

3

2

1

7

6

5

0

20

19

25

24

23

22

21

Keterangan :

1. Lihat kolom pertama yakni, : angka 1 s.d 0 ke bawah maka Sisa Hasil Bagi Tahun dengan 19.

2. Bagilah tahun yang hendak dicari dengan angka 28, lalu hasilnya kali dengan 28, kemudian tahun yang dicari dikurangi, dengan hasilnya, selanjutnya cari hasil pengurangannya di kolom 28. Jika tidak bersisa gunakan baris dengan angka 0.

3. Bagilah tahun yang hendak dicari dengan angka 19, lalu hasilnya kali dengan 19, kemudian tahun yang dicari dikurangi, dengan hasilnya, selanjutnya cari hasil pengurangannya di kolom 19. Jika tidak bersisa gunakan baris dengan angka 0.

4. Tanggal perayaan Paskah diperoleh dari persilangan baris dan kolom dari sisa pembagian di atas.

5. Angka yang diarsir menunjukkan peringatan jatuh pada bulan Mei, sedangkan yang tidak diarsir jatuh pada bulan April.

♥ HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU

 ♥ *HATIMU MUNGKIN HANCUR, NAMUN BEGITU JUGA HATIKU* sumber: https://ww3.tlig.org/en/messages/1202/ *Amanat Yesus 12 April 2020* Tuhan! Ini ...